Dunia Penyihir

Menyesuaikan Diri (Bagian 2)



Menyesuaikan Diri (Bagian 2)

0"Tidak banyak orang yang mampu bertahan hidup melawan serangan seorang pembunuh bayaran Black-Mask Assassin. Aku juga dapat merasakan kekuatan aneh di sekitar sini," kata ketua yang lain dengan lirih. Dia melepaskan helm baju zirahnya, memperlihatkan wajahnya yang berwarna biru, daun telinga yang berbentuk seperti sirip, dan pupil mata berwarna putih – sangat jelas jika ia bukan manusia.     

"Kalian dari bangsa duyung sangat sensitif terhadap kekuatan-kekuatan misterius. Jika kau benar, berarti kelompok Snake of Sand Dust sedang melawan…" Ketua pertama terdiam, tapi ekspresi ketakutan terlihat jelas di wajahnya.     

"Kau benar. Pertama kali aku melihat kekuatan ini sekitar 13 tahun lalu. Aku masih benar-benar ingat kejadian itu." kata duyung tersebut sambil mengangguk. Ekspresi wajahnya terlihat serius.     

"Sebaiknya kita tidak berurusan dengan orang ini…" lanjutnya.     

"Aku akan melaporkan situasi ini kepada Perwira Senior," kata pria kedua.     

"Sudah lama sekali semenjak kali terakhir aku melihat kekuatan ini," jawab duyung itu.     

"Ayo pergi. Masih banyak yang harus kita lakukan. Bawalah beberapa anak buah, dan laporkan semua ini kepada Perwira Senior," lanjutnya.     

Selama mereka bercakap-cakap, Angele bersembunyi di balik gedung itu. Setelah beberapa saat, terdengar suara derap langkah kaki mereka meninggalkan tempat itu.     

"Bangsa duyung ini bisa menjadi masalah bagiku…" gumam Angele sembari mengernyitkan alisnya.     

'Tetapi sepertinya mereka tidak terlalu peduli dengan orang-orang yang telah kubunuh. Ditambah lagi, sepertinya mereka takut akan kekuatan para penyihir,' pikir Angele. Ia mengendap-endap keluar dari gang itu.     

Dengan mengikuti jalan yang ia tempuh sebelumnya, tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke toko yang baru saja ia beli. Tidak ada orang di sana, hanya terlihat jejak kaki para preman. Seseorang telah mencuri kedua kudanya, namun ia tidak peduli, karena ia telah membawa semua barang berharganya sebelum pergi.     

Angele berjalan masuk, meletakkan busur, panah, dan tasnya, lalu ia mengunci pintu sebelum pergi. Dia mendapatkan cukup banyak koin emas dari para preman itu, namun stok makanan keringnya hilang, jadi ia harus membeli makanan.     

Dia berjalan ke sebuah kafe di tepi jalan, dengan tanda yang bertuliskan 'Darling's Pie House' di luarnya. Ia masuk dengan pedang tersemat di punggungnya. Kafe itu bernuansa sederhana namun bersih. Di sana, ada meja kasir berwarna putih dan juga 7 atau 8 meja makan yang bersih dan tertata rapi. Beberapa pekerja sedang menjual pie yang sudah dibungkus kepada para pembeli yang sedang mengantri.     

Angele mencium bau sedap pie yang baru saja dimasak, yang membuat mulutnya basah karena lapar. Dia berjalan ke arah meja kosong dan duduk di sana. Walaupun ramai, toko itu tidak benar-benar penuh sesak. Terlihat beberapa pelayan sedang berbincang-bincang dengan para pembeli.     

"Halo, Anda mau pesan apa?" seorang pelayan melihat Angele duduk di sana, jadi ia langsung melayani pesanannya. Ia bertanya sembari mengelap telapak tangannya di apron putihnya.     

"Apa yang kau tawarkan?" tanya Angele.     

"Menu andalan kami adalah Scallion Meat Pie. Kami juga menyediakan Sesame Sweet Bread, Deep Fried Dough, dan Vegetable Pie," jawab pelayan itu dengan suara yang jelas dan halus.     

"Aku mau pesan satu Scallion Meat pie. Berapa harganya?" tanya Angele.     

"Dua koin perak," jawab pelayan itu. Angele mengambil dua koin perak dari kantongnya, dan memberikannya kepada si pelayan. Sepuluh menit kemudian, makanan itu dihidangkan. Bagian luarnya berwarna kuning emas dan renyah, dengan daging cincang dan daun bawang di dalamnya. Angele memotong kue itu menjadi beberapa bagian, dan memakan salah satu potongan dengan garpu. Teksturnya sangat baik, kulitnya renyah, dan isinya sedap: tidak terlalu berminyak dan tidak terlalu asin, sehingga Angele langsung menyukai pie itu.     

Setelah menghabiskan makanannya, ia memesan porsi kedua, dan dengan cepat menghabiskannya. Angele berdiri dan mendekati meja kasir. Saat itu, kafe sudah sepi, karena waktu makan siang sudah lewat.     

"Ada yang bisa kubantu, Tuan?" tanya seorang pelayan.     

"Apakah kau menerima pesan antar? Bisakah kau mengantar pie daging ini ke rumahku setiap hari? Aku akan memberimu waktu dan lokasinya" tanya Angele.     

"Tentu, kami bisa mengantarkannya untuk Anda," jawab pelayan itu.     

"Dan bawakan juga segelas susu dan jus buah," tambahnya.     

Dua puluh menit kemudian.     

Setelah memesan pie dari kafe itu, Angele tidak perlu lagi memikirkan makanan untuk setiap harinya. Dia berjalan kembali ke tokonya, menutup pintu, dan memutuskan untuk mulai bermeditasi. Tokonya masih kosong, tanpa barang jualan, namun Angele tidak peduli. Ia langsung duduk bersila di lantai. Bagi Angele, seorang petarung tingkat ksatria, selama lingkungannya tak terlalu buruk, ia bermeditasi di mana saja.     

Infeksi yang dideritanya dalam perjalanan kemungkinan besar disebabkan oleh jarum hitam itu. Jika tidak, ia tidak mungkin semudah itu terkena infeksi. Namun, tidak ada data tentang jarum hitam itu di chip-nya, sehingga ia tidak bisa memastikannya. Ia juga tidak bisa menggunakan berbagai jenis peralatan lab begitu saja di hutan rimba.     

Setelah bermeditasi selama satu jam, Angele menyimpan Mantra Pelumpuh itu ke dalam chip-nya, dan memutuskan untuk pergi berbelanja. Ia ingin membeli pakaian, sepatu bot, perabotan dasar, tempat tidur, dan kebutuhan sehari-hari.     

Di kota ini, hanya para bangsawan yang bisa membeli dan mengenakan pakaian berwarna-warni. Namun, itu bukanlah masalah bagi Angele, karena dia dapat membuktikan statusnya sebagai bangsawan.     

Selama 15 hari berikutnya, Angele hidup sendiri di toko itu. Ia menghabiskan waktunya untuk tidur, makan, dan bermeditasi. Ia jarang keluar, dan hanya akan keluar saat berbelanja. Saat ini, akhirnya Angele memiliki waktu untuk mempelajari informasi yang tersimpan dalam chip-nya dan mempelajari teknik rahasia kelompok Snake of Sand Forest. Bagi Angele, teknik itu cukup berguna karena telah membantu pembunuh bayaran itu menyembunyikan keberadaannya.     

Saat ini, Angele telah menguasai dasar sihir Tangan Penyerap Tenaga, namun ia membutuhkan banyak kekuatan mental agar chip-nya bisa memperbaiki mantra itu, sehingga ia memutuskan untuk menundanya terlebih dahulu.     

Tok! Tok! Tok!     

Terdengar suara ketukan pintu saat Angele sedang berlatih teknik berpedang. Ia menghapus keringatnya sebelum membuka pintu. Seorang gadis berumur sekitar 10 tahun, yang rambutnya dikuncir kuda, berdiri di depannya. Gadis itu mengenakan apron polkadot, ikat kepala putih, dan membawa kotak logam berwarna hitam.     

"Tuan Angele, pie Anda sudah datang," kata gadis itu dengan sopan.     

"Tinggalkan saja di meja." Angele berjalan kembali ke halaman belakang untuk melanjutkan latihan pedangnya. Halaman belakang cukup luas, dan ada sumur di tengahnya, jadi ia bisa langsung minum saat haus.     

Angele memegang pedang crossguard-nya, dan mengayunkan pedang itu sesuai teknik sayatan depan, sayatan atas, dan sayatan samping. Dia terus melatih ketiga teknik itu dengan sangat cepat, hingga tidak terdengar suara dari pedangnya. Ia seolah menggambar segitiga perak di udara.     

"Kau masih belum pergi?" Tiba-tiba, Angele memasukkan pedang itu ke sarungnya, dan melihat ke arah pintu. Gadis itu mengintip dan menatap teknik berpedangnya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Wajah gadis itu menjadi pucat saat menyadari Angele mengetahui keberadaannya.     

"Maafkan saya," gadis itu berjalan maju, dan membungkuk hormat padanya.     

"Tuan Angele, saya hanya ingin tahu apa yang sedang Anda lakukan…" kata gadis itu dengan suara yang gemetar. Angele menatap gadis itu. Tingginya wajar untuk anak seumurannya, namun tubuhnya sangat kurus seperti kekurangan gizi. Gadis kecil inilah yang mengantar makanan Angele setiap hari. Dia sangat sopan, tidak pernah terlambat, dan selalu hormat kepada Angele. Bagi Angele, kelakuan gadis itu sangat baik. Ia setuju bahwa seseorang harus bekerja keras dan rendah hati agar menjadi orang sukses.     

"Tidak apa-apa, aku tidak marah. Kau suka ilmu berpedang?" Angele berjalan mendekati gadis itu. Ia bertanya dengan perlahan agar tidak membuatnya takut.     

"Iya, Tuan. Saya hanya… ingin tahu. Tolong ampuni saya karena telah berjalan masuk ke halaman belakang Tuan tanpa izin!" Gadis itu membungkuk lagi dan memohon maaf. Ketakutan terlihat jelas di wajahnya.     

"Kau beruntung, suasana hatiku baik hari ini, Nak. Siapa namamu?" tanya Angele. Ia merasa senang karena ia hampir bisa menguasai teknik persembunyian rahasia kelompok Snake of the Sand Forest.     

"Tia. Nama saya Tia," gadis itu langsung menjawab.     

"Besok, setelah kau mengantarkan makanan, kau boleh tinggal sebentar dan melihatku berlatih." Angele sadar jika Tia tidak hanya sekedar ingin tahu. Dari ekspresi gadis itu, kemungkinan besar ia sangat ingin belajar teknik berpedang. Angele tidak peduli jika ada yang mengikuti tekniknya. Ia bukanlah bangsawan yang sombong akan statusnya, dan dia akan senang jika melihat orang lain bisa menentukan takdirnya sendiri. Tia menjadi sangat gembira mendengar perkataan Angele, hingga lupa berterimakasih. Ia hanya berdiri terdiam di sana.     

"Nah, lihatlah gerakanku baik-baik," Angele berjalan kembali ke halaman belakang, dan mengajari Tia dasar-dasar teknik berpedang. Walaupun teknik dasar mudah dipahami, menguasainya sangatlah sulit. Tapi, dasar-dasar itu akan sangat penting nantinya.     

Selama ribuan generasi, manusia menghabiskan seluruh hidupnya untuk memperbaharui dasar-dasar, dan seseorang harus menguasai semua dasar sebelum bisa belajar teknik lain yang lebih sulit. Jika seseorang tidak mempelajari teknik dasar dengan baik, tulang dan sendi orang tersebut akan rusak, sehingga terjadi cacat permanen.     

Dunia ini sangat berbeda dengan bumi, dan senjata dunia ini jauh lebih kuat dari senjata di bumi. Pedang, busur, dan busur silang di dunia ini sangat berat, dan kekuatan serangan ketiga senjata itu jauh lebih besar. Jika seseorang bisa menggunakan pedang seberat 25 kilogram dengan kecepatan yang sama saat ia menggunakan pedang seberat 10 kilogram, orang itu akan menjadi jauh lebih kuat. Namun, ia akan tetap butuh banyak waktu untuk latihan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.