Dunia Penyihir

Desersi (Bagian 2)



Desersi (Bagian 2)

0Di pusat perbelanjaan, benda penyimpan mantra dasar harganya 2000 magic stone, namun Angele tidak membutuhkan benda itu untuk saat ini. Sehari setelah menandatangani kontrak, gadis kedua yang dijanjikan Ansett datang, namun Angele tidak terlalu tertarik padanya. Menurutnya, Ansett saja sudah cukup. Keluarga Carter telah mengirimnya banyak magic stone, bahan-bahan, serta kesempatan untuk belajar di kelas berbayar. Ia puas telah menandatangani kontrak tersebut. Ia hanya harus menunjukkan hubungannya dengan Keluarga Carter.     

Lima belas hari berlalu, namun Angele hanya bisa menyimpan Mantra Pelumpuh di chip-nya, karena Tangan Penyerap Tenaga membutuhkan Root Dust sebagai bahan tambahan. Bahan tersebut tidak bisa ia simpan dalam chip-nya.     

"Apa?! Manas berkhianat dan mengikuti organisasi lain?!" Angele berteriak terkejut, hingga berdiri saat makan. Para calon penyihir lainnya hanya melihat mereka sesaat. Wajah mereka tidak berekspresi, seakan hanya ingin tahu apakah ada pertengkaran. Ansett telah mengatakan hal itu sebelumnya, namun Angele tidak menyangka jika itu akan benar-benar terjadi.     

"Iya, itu terjadi kemarin." Ansett terlihat sedikit sedih.     

"Dia berkhianat dan mengikuti Ur Caesar, sang 'Pembaca Pikiran yang Dingin', bersama dengan beberapa calon penyihir lain," lanjutnya.     

"Apa yang terjadi? Tidak ada alasan baginya untuk melakukan itu." Angele menarik nafas dalam-dalam, dan duduk perlahan untuk menenangkan dirinya.     

"Aku tidak tahu. Aku hanya mendengar bahwa semua orang yang berhubungan dengan keluarga Manas sudah berkhianat. Sepertinya, ada skandal besar, namun kita masih tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi di balik semua ini," Ansett menggelengkan kepalanya.     

"Bencana semakin dekat." Ekspresi Angele berubah, seakan menyadari sesuatu. Ia menatap Ansett, gadis yang telah berhubungan seks dengannya selama beberapa kali. Mereka lebih dari sekedar teman, namun Ansett lebih memilih untuk menghabiskan waktunya bermeditasi agar bisa mencapai tingkat 2.     

"Bagaimana menurutmu? Kudengar, kita akan kalah melawan Aliansi Utara," Ansett berbisik lirih.     

"Bagaimana menurutmu?" Angele tidak menjawab, dan malah balik bertanya. Dia tidak banyak menghabiskan waktu dengan gadis itu, karena ia hanya ingin mendapatkan sumber daya pemberian keluarga Carter.     

"Aku… harus kembali ke keluargaku. Situasi ini membuat orang tuaku khawatir," jawab gadis itu.     

"Maukah kau ikut denganku? Aku akan pergi ke perbatasan Kerajaan Ramsoda dan mencari pekerjaan di sana. Tempat itu cukup aman. Hanya ada manusia biasa, dan tidak ada bahan-bahan penting, sehingga para penyihir tidak akan terlalu peduli. Pertarungan di sini tidak akan mempengaruhi keadaan di perbatasan kerajaan," bisik Angele lirih.     

"Aku? Aku akan tinggal dengan keluargaku saja. Ayah, ibu, dan saudara-saudaraku semua ada di sana, dan aku tidak akan meninggalkan mereka," jawab Ansett sembari tertawa kecil.     

"Kau yakin?" Angele terdiam. Mereka sadar, jika berpisah sekarang, kemungkinan besar mereka tidak akan bisa bertemu lagi untuk waktu yang lama. Berdasarkan kontrak yang telah diberikan keluarga Ansett, Angele harus menolong mereka setelah ia menjadi penyihir sejati, namun itu tidak akan terjadi dalam situasi seperti ini. Ansett telah mengatakan akan kembali ke keluarganya tanpa mempedulikan kontrak, pertanda bahwa Keluarga Carter telah menghapus kontrak mereka dengan Angele.     

Mereka tidak membicarakan tentang kontrak itu, namun Angele tahu maksud Ansett di balik pertanyaan tersebut. Ia mengerti bahwa Keluarga Carter tidak akan lagi membantunya, dan Angele tidak perlu membayar apapun kepada mereka setelah menjadi penyihir sejati. Situasi sekolah saat ini terlalu berbahaya bagi Keluarga Carter untuk menunggu.     

"Kau yakin tidak mau pergi bersamaku?" Angele mengulang pertanyaannya. Ansett terdiam sejenak. Ia berpikir dan mempertimbangkan sisi positif dan negatif tawaran itu, namun setelah beberapa saat, Ansett menggelengkan kepala. Ia tetap bersikukuh untuk kembali pada keluarganya.     

Setelah itu, tidak ada lagi perbincangan di antara mereka, dan Angele segera meninggalkan ruang makan untuk pergi ke ruangan Master Liliana. Master Liliana, yang mengenakan jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya, duduk di tengah ruang belajar. Angele membuka pintu dan berpapasan dengan seorang penyihir berjubah putih, yang akan keluar dari ruangan itu.     

Angele membungkuk hormat dan melihat wajah penyihir itu sesaat. Jubah putihnya menunjukkan statusnya sebagai penyihir sejati.     

Wanita itu terlihat seperti mayat. Jika ia menutup mata, eyeshadow-nya yang berwarna hitam legam menciptakan ilusi seolah ada dua lubang di rongga matanya. Tubuhnya penuh bekas luka hitam seperti daging busuk, tidak seperti luka pada umumnya, yang berwarna kemerahan.     

'Mayat yang melarikan diri dari alam kubur,' pikir Angele. Wanita itu bahkan tidak melihatnya. Ia terus berjalan dan menghilang di ujung lorong.     

"Angele, kan? Masuklah." panggil Liliana dari dalam ruangan. Dia segera masuk dan menutup pintu.     

"Namanya Penyihir Christina, muridku juga," kata Liliana sembari menyunggingkan senyum, namun ia terlihat lebih mengerikan saat tersenyum.     

"Master… Saya…" potong Angele.     

"Aku mengerti. Kau ingin pergi ke perbatasan, kan? Kau adalah murid ke-15 yang datang padaku, dan semuanya meminta hal yang sama. Aku hanya punya 18 murid, dan 15 di antaranya ingin pergi." Liliana menghela nafas.     

"Aku tahu, kau berhasil selamat setelah berpartisipasi dalam misi Khedira, dan situasi sekolah semakin buruk hari demi hari. Kurasa pilihanmu benar. Di perbatasan, tidak ada banyak bahan-bahan sihir, namun kau akan aman dari pertarungan penyihir," lanjut wanita tua itu.     

"Terima kasih atas pengertian Anda, Master," Angele menunduk hormat.     

"Ada banyak negara di sekitar perbatasan, kau ingin ke mana? Yang dekat dengan sekolah, seperti Kerajaan Ramsoda, atau yang jauh, seperti Santiago?" tanya Liliana.     

"Kerajaan Ramsoda. Saya mungkin akan kembali ke sini suatu hari nanti," kata Angele.     

"Baiklah. Kau adalah orang ketiga yang mau pergi ke sana. Sebagian besar murid memilih untuk pergi ke tempat lainnya. Kerajaan Ramsoda memiliki 24 provinsi dan merupakan negara yang sangat luas, sehingga kecil kemungkinan kalian akan bertemu. Kau akan sendirian di sana. Kau harus mencari sendiri semua bahan yang kau butuhkan," kata Liliana.     

"Setidaknya, saya tidak perlu kembali ke negara asal saya. Tidak ada bahan-bahan sihir di sana. Selain itu, saya juga sudah memiliki cukup magic stone. Masih maukah Anda menjual Ramuan Timah Hitam itu…?" Angele tersenyum.     

"Baiklah, ini ramuannya." Liliana tersenyum dan mengambil sebuah botol kecil berwarna perak dari lemarinya. Dengan gembira, Angele membayar ramuan itu dengan satu magic stone kelas atas. Satu magic stone kelas atas sama dengan lebih dari 10 magic stone kelas menengah. Jumlah itu cukup untuk membayar Ramuan Timah Hitam itu. Angele membungkuk hormat setelah menerima ramuan itu.     

"Aku akan bicara pada para pengawal agar mereka membiarkanmu lewat. Sekarang, kau boleh pergi," kata Liliana.     

"Terima kasih, Master." Angele mengucapkan selamat tinggal, dan keluar dari ruangan itu.     

Belum lama semenjak ia pertama kali menginjakkan kaki ke sekolah ini, namun ia harus pergi dan mencari informasi di luar, sehingga ia merasa sedikit kecewa. Walaupun informasi yang telah ia rekam dari Keluarga Carter dan perpustakaan sekolah sudah cukup untuk membantunya menjadi penyihir sejati, ia masih harus mengatur rencana untuk masa depan.     

Jika saja Angele sempat mencapai tingkat 3, ia pasti bisa menjadi murid di bawah pelatihan privat Master Liliana, dan mendapatkan akses bebas berbagai hal seperti Ramuan Timah Hitam. Namun sekarang, Angele hanyalah seorang calon penyihir biasa yang harus membayar untuk tetap bersekolah, sehingga pihak sekolah tidak akan terlalu memperhatikannya. Mereka bahkan tidak terlalu peduli jika ia pergi.     

"Mungkin, meninggalkan sekolah ini adalah pilihan terbaik bagiku," gumam Angele sembari berjalan melewati lorong.     

'Zero, bagaimana keadaan mentalku?' tanyanya.     

'Kekuatan mental anda 3.4. Anda membutuhkan 6 poin kekuatan mental untuk mencapai tingkat selanjutnya,' lapor Zero.     

"Aku akan mengunjungi pusat perbelanjaan dulu sebelum pergi," gumamnya.     

Pusat perbelanjaan bawah tanah.     

Kebanyakan toko telah menghilang, dan orang yang menjual peralatan meramu padanya juga telah pergi. Di sana, hanya ada sedikit calon penyihir dibandingkan sebelumnya. Sekitar 6 toko tersisa di tempat yang sangat sepi itu. Hanya terdengar suara api dari obor-obor yang tergantung di dinding.     

Lantai tempat itu sangat kotor. Sampah, sisa-sisa peralatan kaca, cincin perunggu yang retak, dan kain jubah abu-abu yang sudah sobek-sobek. Bahkan Angele bisa melihat darah berceceran di tanah, sehingga Angele mengernyitkan alisnya. Terdengar beberapa kelompok calon penyihir sedang bergosip tentang situasi sekolah dan banyaknya orang yang memilih untuk meninggalkan tempat ini.     

Angele memutuskan untuk tidak mendengarkan mereka dan cepat-cepat berjalan ke sebuah toko. Ia melihat-lihat barang-barang yang dijual di situ, lalu ia memutuskan untuk membeli sekantong bubuk perak.     

"Bubuk Pendar, harganya dua magic stone." kata pemilik toko itu. Ia adalah seorang calon penyihir berjenggot. Angele mengangguk dan melihat-lihat barang yang dijual disana, sembari mengingat semuanya karena ia tidak tahu kapan lagi akan melihat pasar sihir seperti ini.     

Seorang calon penyihir masuk ke toko. Dia adalah murid berambut pirang yang pernah ia temui di toko peralatan meramu. Ia tidak berubah sama sekali.     

"Pak, aku mempunyai beberapa barang. Maukah kau melihat-lihat sebentar?" tanya remaja itu.     

"Kau lagi? Sudah kubilang, aku tidak butuh peralatan untuk Ilmu Ramuan. Aku memberimu magic stone karena kita mempunyai master yang sama," kata bapak pemilik itu kesal.     

'Benda yang berhubungan dengan Ilmu Ramuan?' pikir Angele.     

"Bolehkah aku melihat-lihat? Aku mencari peralatan untuk meramu," tanya Angele. Ia yakin bahwa remaja itu adalah orang yang berpapasan dengannya saat membeli bahan-bahan ramuan.     

"Kau yakin?" Remaja berambut pirang itu memandangnya dan bertanya.     

"Iya, aku yakin." Angele masih punya 5 magic stone. Bebatuan itu tidak bisa digunakan di luar sekolah. Melihat lelaki berambut pirang itu berusaha menukar peralatan meramunya membuat Angele sadar jika situasi sekolah ini telah menjadi sangat buruk, sehingga ia tidak lagi memiliki waktu untuk belajar meramu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.