Dunia Penyihir

Harga (Bagian 1)



Harga (Bagian 1)

0Hanya dalam satu menit, tumbuhan aneh setinggi manusia dewasa itu berbunga. Angele pun terkejut melihat pemandangan itu, sementara murid lainnya bertepuk tangan. Bagi Angele, pemandangan ini sangat menakjubkan. Master Angelina melambaikan tangannya, sehingga bintik-bintik cahaya pada bunga itu terbang ke udara dan menghilang. Tanaman itu pun layu dan berubah menjadi gundukan serbuk hitam.     

"Mantra ini berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman hingga batas maksimal menggunakan energi negatif. Jika kalian tertarik, belilah pola mantra dasarnya dariku. Hanya aku yang berhak menjual pola mantra ini, dan jika ada yang menjualnya, akan kugantung dia," kata Angelina dengan nada serius.     

Angele menjadi gugup. Ia sadar bahwa rencananya untuk menjual pengetahuan Nekromansi telah gagal karena ia tidak mengetahui sistem 'hak cipta' di sekolah ini. Dengan terpaksa, ia harus membatalkan rencananya.     

"Yah, kalau begitu akan kugunakan cara lain. Meditasi dan mengumpulkan magic stone adalah prioritasku sekarang," Angele menggelengkan kepalanya.     

Enam bulan kemudian...     

Di atas Perguruan Ramsoda.     

Hari masih pagi, namun telah ada sekelompok orang berjubah abu-abu yang perlahan berjalan di jalan setapak di dalam hutan yang luas. Mereka masing-masing membawa senjata seperti pedang, busur, panah, dan tongkat pendek berbahan kayu. Selain itu, ada lencana salib hitam Perguruan Ramsoda di bagian belakang jubah mereka. Orang yang membawa busur kayu putih di punggungnya dan pedang crossguard perak di pinggangnya adalah Angele. Rambut pendeknya yang berwarna cokelat membuatnya terlihat berantakan. Ia terus memeriksa keadaan di sekitarnya seperti calon penyihir lainnya.     

"Anak baru, jangan takut. Kita masih ada di teritori Ramsoda, jadi tidak akan ada yang berani menyerang kita. Mereka pasti akan menghindari kita," kata pria itu. Dia berumur sekitar 20 tahun, berambut hitam, dan bermata hijau.     

"Terakhir kali aku patroli di sini, aku diserang secara tiba-tiba. Jangan panggil aku 'anak baru'. Aku benci panggilan itu." jawab Angele sembari tersenyum. Enam bulan lalu, ia bergabung dengan kelompok patroli dengan gaji 1 magic stone per bulan. Walaupun gaji ini tidak seberapa, Angele bisa mengetahui daerah sekitar sekolahnya.     

Perguruan Ramsoda terletak di tempat terpencil. Hampir tidak ada orang yang tinggal di sana, dan banyak sekali hewan-hewan buas yang berkeliaran. Jika ada yang berusaha masuk ke hutan itu, bahkan orang yang kuat pun akan diserang oleh kerumunan lalat. Itulah alasan mengapa nyaris tidak ada orang yang hidup di daerah ini. Misi kelompok patrol ini adalah menjaga agar hewan buas tidak masuk ke area sekolah. Walau gajinya tidak banyak, Angele bisa melihat calon penyihir tingkat tinggi dan penyihir sejati bertarung. Ia juga bisa mendapat pengalaman.     

"Waspada! Kadal pemakan manusia!" teriak pria di posisi terdepan.     

"Waspada! Berhati-hatilah. Masha, gunakan posisi bertahan." Pria berambut hitam, sang ketua kelompok, langsung meneriakkan perintah dengan ekspresi wajah serius.     

"Anak baru, pakai busurmu. Andrew, bantu Masha dalam posisi bertahan dan waspadalah. Jangan buang-buang penawar racun," Ia terus meneriakkan perintah, dan kelima orang di sana bersiap-siap dalam posisi masing-masing. Tidak lama kemudian, muncul seekor kadal raksasa dari semak-semak di depan mereka. Kulitnya yang berwarna hijau membuatnya mudah untuk berkamuflase. Kadal itu memandang kelima orang tersebut dengan mata cokelatnya.     

"Hanya satu. Segera bunuh monster itu." Pria berambut hitam itu terlihat lega.     

"Narus!" Pemimpin kelompok itu meneriakkan sebuah mantra, dan tiba-tiba tubuhnya berpendar hitam. Ia menarik pedang pendeknya sembari berlari ke arah reptil itu, lalu ia menusuk tepat di kepala kadal itu. Sementara itu, seorang calon penyihir mengatakan mantra untuk memperkuat panah Angele, sehingga panah-panah itu juga berpendar hitam aneh. Dengan kecepatan supersonik, panah itu terbang dan menusuk mata kanan kadal tersebut.     

Pedang dan panah melukai kadal itu secara bersamaan, sehingga kepalanya berlubang besar dan matanya tertancap anak panah. Darahnya yang berwarna hijau mulai mengalir ke tanah. Lukanya pun cepat membusuk. Pria berambut hitam itu menembakkan cahaya merah dari pedangnya, dan kadal itu mati seketika. Bersama-sama tim-nya, pria itu mundur dari mayat itu dan melihat keadaan di sekitarnya.     

"Ada kadal dari luar teritori lagi. Seharusnya orang-orang sudah tahu bahwa tempat ini adalah daerah kekuasaan kita," kata pria itu sambil menggelengkan kepala.     

"Tetapi, aku bisa mengeluarkan racun infeksi dari kelenjar monster ini untuk penelitianku. Bolehkan aku memiliki mayatnya?" lanjutnya.     

"Beri kami masing-masing 1 magic stone, dan kau boleh memilikinya," kata gadis yang memperkuat panah Angele tadi.     

"Tidak masalah," jawab pria berambut hitam itu. Ini adalah bonus untuk kelompok patroli. Jika ada salah satu anggota yang ingin memiliki hasil buruan kelompok, dia harus membayar seluruh anggota kelompoknya. Angele tersenyum. Magic stone akan membantunya untuk belajar dan mengambil banyak kelas. Tanpa magic stone dan poin misi, Angele tidak akan bisa melanjutkan sekolah. Mereka membutuhkan kedua benda itu setiap tahunnya.     

Setelah pertarungan singkat itu, tidak ada yang terjadi. Mereka menyelesaikan shift saat hari sudah siang. Angele pun kembali ke kamarnya. Kamar itu berukuran sama dengan kamarnya di Sekolah Pelabuhan Marua, hanya saja, di kamar ini ada sebuah lampu minyak yang tergantung di dinding. Konon, lampu itu telah disihir agar tidak akan pernah kehabisan minyak. Tapi, sebenarnya itu adalah mantra penyihir sejati untuk terus menerangi ruangan tanpa henti. Angele duduk bersila di tempat tidurnya dan bermain-main kantong kecilnya. Ia menuang seluruh isinya ke tempat tidurnya. Kantong itu berisi 5 magic stone dan satu mutiara kecil berwarna merah. Angele memandang mutiara itu selama beberapa saat, tapi ia tak melakukan apapun.     

Angele bermain-main dengan magic stone itu untuk beberapa saat, lalu ia memasukkannya kembali ke kantong itu dengan hati-hati. Ia kembali bermeditasi karena ia ingin segera naik menjadi calon penyihir tingkat 3 setelah baru saja naik menjadi tingkat 2. Ia sudah memiliki magic stone yang cukup untuk membeli metode meditasi baru dari sekolah, sehingga perkembangannya menjadi lebih cepat. Namun, sekarang perkembangan itu sedikit melambat. Mutiara merah yang baru saja dimainkannya itu diambil dari Red Pearl Bird saat ia sedang berpatroli. Benda itu berfungsi untuk meningkatkan efektivitas meditasi, namun hanya bisa digunakan satu kali. Ia harus membayar banyak kepada timnya hanya untuk mendapatkan mutiara itu.     

Sekarang ia kesulitan bermeditasi, itulah alasan mengapa ia ingin menggunakan mutiara itu. Dia bermeditasi selama beberapa saat. Kemudian, ia meminta Zero untuk menunjukkan kondisi tubuhnya.     

'Zero, tunjukkan kondisi tubuhku.'     

'Angele Rio: Kekuatan 2.9. Kecepatan 4.1. Daya tahan 3.5. Keadaan: Sehat." jawab Zero.     

'Apakah kau memiliki cukup informasi untuk menampilkan kekuatan mentalku dalam angka?' tanya Angele.     

'Ya. Sekarang, kekuatan mental Anda dapat ditampilkan sebagai angka sesuai permintaan Anda,' lapor Zero. Selama bersekolah di sini, ia telah mengumpulkan banyak data karena ia ingin mengukur kekuatan calon penyihir dan penyihir lain.     

'Tunjukkan kekuatan mentalku.' perintah Angele, dengan wajah serius.     

'Data telah dikumpulkan. Membandingkan data. Memulai pengukuran…' lapor Zero     

'Angele Rio: Kekuatan mental 3.1' Tidak lama kemudian, Zero melaporkan hasilnya,     

'3.1… Zero, tunjukkan padaku syarat mencapai tingkat 3,' Angele berpikir sejenak, kemudian memberi perintah pada chip-nya.     

'Misi telah dimulai. Mengumpulkan data… selesai. Membuat alat peraga, mensimulasikan perkembangan…' Di depan mata Angele, Zero menunjukkan sebuah simulasi tubuh manusia berwarna biru yang berputar secara perlahan. Ada banyak pembuluh berwarna perak pada gambar peraga itu.     

'Analisa dimulai… Rencana terbaik: Berlatih hingga mencapai tingkat kekuatan mental 6.0, pelajari dan pahami lebih dari 2 pola mantra, dan konsumsi 500 mililiter Ramuan Timah Hitam. Tingkat kesuksesan: 79.43%.' lapor Zero.     

'Menganalisa perbandingan kekuatan mental… Mohon segera tingkatkan kekuatan mental Anda.' Zero mengingatkan.     

'Ternyata benar!' Angele tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.