Dunia Penyihir

Pertempuran Kecil (Bagian 2)



Pertempuran Kecil (Bagian 2)

0PANG!     
0

Pelindung transparan berwarna keperakan muncul di depan Angele. Namun, tiba-tiba tembakan air itu tercerai-berai menjadi ratusan tembakan kecil, sebelum akhirnya menabrak pelindung tersebut.     

Tembakan-tembakan kecil itu terlalu cepat, sehingga Angele tidak dapat menangkis semuanya. Dadanya pun menjadi basah kuyup.     

Pelindung itu menghilang di udara, sehingga air yang telah ditangkisnya jatuh membasahi lantai. Angele menepuk noda basah di dadanya. Ia benar-benar tertarik dengan ikan itu.     

"Hei, bisa tolong masukkan ikan ini ke dalam akuarium untukku?" tanyanya kepada pelaut yang berdiri di sampingnya. Pelaut itu masih terkejut setelah melihat pelindung perak Angele.     

Di dalam kamar, Angele berdiri di samping mejanya sambil menatap ikan yang baru saja ia dapatkan dengan seksama. Di dasar akuarium itu, seekor Red Sphere Fish mengeluarkan gelembung-gelembung kecil saat bernafas. Ikan itu terlihat santai.     

Angele menatap ikan itu selama beberapa saat, sebelum akhirnya duduk di kursi di depan mejanya. Ia mengambil sebuah pena bulu dan menuliskan sebuah judul di atas kertas baru.     

"Kemungkinan Simulasi Pembagian Serangan Jarak Jauh Tanpa Menggunakan Medan Sihir."     

Zero telah selesai memperkuat sihir Bola Api Tingkat Rendah, sehingga Angele meminta chip-nya untuk membantu membuat rencana mendetail tentang cara memaksimalkan Sihir Logam. Ia telah menyimpan proses kedua agar analisa dapat dilakukan dengan lebih sederhana.     

Setelah melihat tembakan ikan itu, Angele ingin tahu cara kerja pembagian arah tembakan air tersebut. Jika ia bisa mengaplikasikan cara kerja tembakan ikan itu ke medan pelindungnya, kemampuan bertarungnya akan menjadi jauh lebih baik.     

Selain itu, sekarang ia harus memodifikasi Bola Api Tingkat Rendah dengan menggunakan metode tradisional para Penyihir. Ia tidak merasa bosan, karena masih ada banyak hal yang harus ia lakukan selama perjalanan di atas kapal itu.     

Angele menghabiskan siang harinya dengan memaksa ikan tersebut untuk menggunakan tembakan airnya. Ia mencatat semua informasi yang ia dapatkan pada secarik kertas.     

Salah satu buku yang dibacanya di perpustakaan membahas cara kerja fisika di dunia ini. Ia menggabungkan informasi dari buku tersebut dengan pengetahuannya yang ia dapat di bumi. Akhirnya, ia mengerti bagaimana cara kerja tembakan ikan itu.     

Tembakan itu terbagi-bagi karena sebuah reaksi berantai. Ternyata, cairan itu bukanlah air biasa, melainkan cairan spesial. Saat cairan itu meninggalkan tubuh ikan tersebut, cairan itu akan meledak dan menembak ke berbagai arah.     

Setelah menyadari hal itu, Angele membutuhkan waktu tiga hari untuk mengaplikasikannya pada prosedur penguatan mantranya.     

Setelah gosip tentang Velvet dan Angele menyebar, gadis itu mengunjungi Angele beberapa kali untuk menunjukkan rasa terima kasihnya. Ramuan Angele berhasil meningkatkan kemampuan mentalnya dengan sangat baik. Velvet sadar bahwa Angele tidak mencoba menghentikan gosip yang menyebar di antara para pelaut karena gosip itu akan melindunginya. Velvet berkali-kali mencari motif Angele melakukan hal itu, tapi akhirnya ia sadar bahwa Angele tulus membantunya. Angele tidak menginginkan imbalan apapun.     

Ia sangat berterima kasih karena Angele tulus membantunya hanya karena dia adalah teman lama Angele.     

Waktu pun berjalan.     

Akhirnya, kapal Harapan telah tiba di dermaga selanjutnya.     

Dermaga inilah tempat dimana Luc Lando, Nancy, dan beberapa calon penyihir lainnya turun. Di sana, nyaris tidak ada orang. Hanya ada bebatuan yang berserakan menutupi pantai, dan gunung kelabu raksasa di samping hutan. Ada jembatan sederhana yang terbuat dari kayu di dermaga itu.     

Jembatan kayu sederhana berwarna cokelat itu ditopang oleh empat batang kayu yang sudah membusuk dan nyaris hancur. Langit berselimut awan kelabu yang tebal, dan angin bertiup kencang.     

Ada dua orang yang sedang berdiri di atas dok itu. Keduanya mengenakan pakaian putih khas bangsawan. Si wanita menyandarkan kepalanya pada si pria muda di sebelahnya.     

Mereka naik ke kapal dan membungkuk hormat pada kedua penyihir, lalu mereka pergi menuruni tangga. Angele tidak tahu siapa mereka sebenarnya, namun ia tahu bahwa semua orang yang menumpang kapal ini memiliki hubungan dengan dunia Penyihir. Selain pasangan muda itu, tidak ada yang menaiki kapal, sehingga kapal itu segera kembali berlayar.     

Angele berdiri di atas dek sambil menatap pantai yang perlahan-lahan menghilang.     

"Apa kita sedang menuju laut lepas?" tanyanya pada pelaut di belakangnya. Pria itu berkepala botak dan berjenggot tebal. Ia sedang menghisap rokok.     

"Iya, Master. Dermaga selanjutnya berada di seberang lautan." Pria itu tersenyum. Para pelaut itu dipekerjakan oleh organisasi Penyihir, sehingga mereka mengerti siapa sebenarnya atasan mereka.     

"Kira-kira kapan kita berhenti lagi?"     

"Kita sedang berlayar melawan arus angin, dan sekarang adalah musim dingin, jadi kita harus sangat berhati-hati. Kalau tidak, kita bisa celaka. Kira-kira dua bulan lagi kita bisa berhenti di dermaga selanjutnya," jawab pria botak itu.     

"Dua bulan?" Angele mengernyitkan alisnya.     

"Dan celaka karena apa?"     

"Sick Sawtooth Fish, yaitu daerah terlarang milik bangsa Duyung, mymarid, dan lautan dengan ombak besar di musim dingin. Tanpa nahkoda yang berpengalaman, orang-orang tidak akan berani berlayar pada musim ini." kata pria itu dengan bangga akan kemampuannya sebagai seorang nahkoda.     

"Ah, jadi kau nahkoda kami?" Angele bertanya penuh rasa ingin tahu.     

"Aye," Pelaut itu tertawa.     

"Namaku Carthage Memnon, Tuan Penyihir." kata pria itu seraya menggenggam setir kapal dengan tangan kanannya. Ia meletakkan tangan kirinya di dada sebagai tanda hormat.     

"Kupercayakan pelayaran ini padamu, Pak." Angele tersenyum.     

"Nahkoda terbaik dari Dermaga Seahawk sedang melayani Anda." jawab Carthage dengan tenang. Setelah melihat pakaiannya, Angele tahu bahwa pria ini adalah seorang bangsawan.     

"Kami, para pelaut, menyebut musim ini 'musim terkutuk'. Setahuku, hanya beberapa pelaut dari negeri timur yang berani berlayar ke Lautan Permata."     

"Lautan Permata? Itu nama laut yang memisahkan kedua negeri?"     

"Iya, itulah nama yang tertulis di peta. Tempat itu sangatlah indah, dan air lautnya sangat jernih hingga terlihat seperti permata."     

Angele mengangguk.     

"Tunggu, apa kau lihat makhluk-makhluk aneh yang terbang ke arah kita di langit itu?" Angele menunjuk ke sisi kiri Carthage.     

Carthage segera menoleh. Ekspresinya langsung berubah setelah melihat makhluk-makhluk itu.     

"Harpy! Sialan, kukira mereka tidak akan mendekati kapal ini, karena kapal ini bukan kapal biasa." teriak Carthage sambil mengusir makhluk itu dengan kedua tangannya.     

"Bersiaplah untuk bertarung, saudara-saudaraku! Musuh kita adalah kelompok Harpy yang ingin menjarah kapal ini. Lindungi Harapan hingga titik darah penghabisan!"     

"Harpy? Berani sekali mereka! Aku membunuh tiga Harpy beberapa waktu lalu!" teriak seorang pria kekar.     

"Ambil senjata dan perisai masing-masing! Jangan membuang-buang waktu!"     

"Jangan sampai terkena batu-batu mereka!"     

Suasana dek kapal menjadi riuh karena semuanya bersiap-siap untuk bertarung.     

Para pelaut mengambil tombak dan pisau. Mereka menggunakan perisai dan helm besi berwarna hitam untuk melindungi diri. Mereka terlihat seperti prajurit yang sangat terlatih.     

Para calon penyihir, termasuk Velvet, berdiri di samping tangga sambil menonton pertarungan itu.     

Angele dan Tymoral berdiri di ujung kapal. Keduanya mendongak dan melihat langit. Para pelaut menjauh dari kedua penyihir itu, karena mereka tidak ingin terkena efek mantra jarak jauh mereka berdua.     

Kelompok Harpy yang sedang beterbangan di udara itu terlihat seperti titik-titik hitam yang memenuhi langit. Setelah beberapa saat, akhirnya Angele dapat melihat makhluk-makhluk yang sedang terbang mendekati Harapan dengan jelas.     

Semua makhluk itu memiliki sayap dan kaki seekor elang, dengan kepala wanita dan tubuh burung. Mereka semua bertelanjang dada, dan bagian bawah tubuh mereka tertutup bulu-bulu berwarna kelabu. Sayap-sayap mereka berwarna gelap. Dengan kecepatan tinggi, makhluk-makhluk itu terbang mendekati kapal.     

Para Harpy tersebut sangat buruk rupa. Buah dada mereka tidak tertutup apa pun. Angele melihat cakar kuning yang aneh di ujung kedua sayap mereka.     

KAK! KAK!     

Suara mereka keras dan aneh.     

Mereka mencengkram bebatuan seukuran kepala manusia pada kuku kaki mereka.     

"Berlindung!" teriak seorang pria, yang sepertinya adalah ketua dari para pelaut itu. Semua pelaut kompak mengangkat perisai mereka untuk menangkis bebatuan yang akan menjatuhi mereka.     

Akhirnya, para Harpy itu sampai. Mereka semua menjatuhkan bebatuan di atas dek.     

BRAK!     

Batu pertama hancur berkeping-keping karena ditangkis oleh seorang pelaut.     

Batu kedua, ketiga, dan lain-lainnya berhasil ditangkis para pelaut. Beberapa orang terluka karena terkena percikan pecahan batu itu, namun tidak ada yang terkena batu secara langsung.     

Angele mendongak dan melihat langit. Para Harpy itu masih berputar-putar di atas langit setelah menjatuhkan bebatuan.     

"Harpy memiliki sebagian darah kuno, namun sekarang mereka jauh lebih lemah ketimbang manusia biasa," Tymoral melihat Angele dan tersenyum.     

"Mereka benar-benar lemah." Angele mengangguk.     

Tiba-tiba, sebongkah batu menjatuhi kepala Angele.     

BUM!     

Medan pelindung perak muncul di atas Angele dan menangkis batu itu, yang kemudian jatuh ke dalam lautan.     

"Menyedihkan. Mereka bahkan tidak tahu sekuat apa musuh yang sedang mereka serang. Kukira hewan buas tanpa akal pun bisa lari setelah menyadari bahwa lawan mereka terlalu kuat." Angele menggelengkan kepalanya.     

"Aku tahu bahwa para Harpy adalah spesies kuno yang biasa menculik pria muda untuk berkembang biak. Setelah mereka puas bermain dengan pria itu, pria tersebut akan dimakan. Setiap kelompok Harpy memiliki seekor ratu, yang ditandai dengan corak bulu putih. Aku pernah membaca informasi ini di buku, tapi aku tidak tahu apa informasi ini masih akurat."     

"Kau tahu banyak, hebat sekali." Tymoral terlihat agak terkejut.     

"Aku tidak tahu habitat mereka. Informasi itu tidak penting bagiku, namun aku butuh darah mereka. Banyak Penyihir yang berusaha mencari rahasia bangsa kuno, namun semuanya gagal. Mereka akhirnya hanya membuang-buang uang. Menurutku, masih ada harapan untuk menemukan darah kuno."     

"Menarik." Angele berkedip.     

"Mungkin aku akan menangkap seekor Harpy untuk penelitianku di masa depan."     

"Haha, haruskah kita melihat siapa yang lebih cepat membunuh kelompok Harpy itu? Bagaimana menurutmu?" Tymoral tertawa dan mengedikkan bahunya.     

"Tentu." Angele mengangkat kedua tangannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.