Dunia Penyihir

Kembali (Bagian 1)



Kembali (Bagian 1)

0Cahaya keemasan matahari pagi menembus celah-celah di antara dedaunan di hutan yang gelap.     

Namun, cabang-cabang pohon masih tidak terlihat. Glowing Mushroom di akar pohon tidak bersinar karena sedikitnya cahaya matahari yang mencapai tanah. Pepohonan, rerumputan, dan dedaunan bercampur menjadi satu dalam kegelapan.     

Angele menunggang kudanya perlahan seraya melihat sekelilingnya. Namun, semuanya gelap. Tidak ada yang terlihat di bawah terpaan sinar matahari pagi.     

Keadaan hutan sangatlah sepi. Tidak ada suara kicau burung dan serangga yang terdengar. Hanya ada suara tapak kaki kuda hitam yang ditungganginya.     

"Sepertinya, inilah waktu tergelap hutan ini," gumam Angele, "Setidaknya, malam lebih terang karena ada Glowing Mushroom. Ini jauh lebih baik ketimbang cahaya redup matahari pagi."     

Ia berjalan menyusuri hutan dengan kudanya, dengan pedang crossguard yang tergantung di pinggangnya. Tubuhnya sedikit bergetar seiring dengan gerakan kuda. Cahaya matahari yang redup dan berpendar biru yang aneh menyinarinya dari samping.     

Udara terasa lembab dan dingin. Baunya seperti rumput bercampur jamur.     

Angele memicingkan matanya. Pandangannya tertuju ke depan, sementara tangannya terus mengendalikan tali kekang kuda sesuai arah yang ditujunya.     

Satu hari sudah berlalu semenjak Angele meninggalkan Kota Emma. Saat ini, ia sedang membawa Air Asu, benda berharga yang tidak boleh hilang. Karena itu, ia ingin semuanya berjalan lancar. Untuk sementara ini, ia tidak bisa mendapatkan Air Asu tambahan, sehingga kedua botol itu sangat berharga baginya.     

Angele terus berjalan melalui jalan-jalan pintas semenjak ia keluar dari Kota Emma. Dengan bantuan Zero, ia dapat membuat simulasi peta sekitarnya dan mencari rute terbaik.     

Berdasarkan perhitungannya, ia akan sampai di gerbang perguruan sekitar dua jam lagi, tepat saat matahari benar-benar terbit. Rute yang ia pilih mengurangi kemungkinan adanya penguntit yang ingin mengikutinya setelah melihatnya barter dengan Delanya. Rute ini juga akan mempercepat perjalanannya ke perguruan, karena ia ingin segera kembali ke sana. Walaupun penampilan Master Liliana sangat mengerikan, dan ada gosip yang mengatakan bahwa wanita tua itu pernah memakan manusia hidup-hidup, wanita itu akan berusaha keras untuk melindungi murid-muridnya.     

Para guru sihir di Dunia Penyihir biasanya sangatlah ramah pada calon penyihir berbakat yang menjadi muridnya, karena para calon penyihir itu akan menjadi bagian dari koneksi mereka, bahkan setelah mereka pergi dan tinggal di berbagai kerajaan lainnya. Mereka akan menjadi penghubung sang guru sihir dan kerajaan tersebut. Kekuatan kelompok yang dihasilkan dari proses ini jauh lebih kuat ketimbang keluarga besar di dunia ini. Saat seorang penyihir ingin memiliki kekuatan politik, mereka harus merekrut murid.     

Murid resmi para penyihir akan mengadakan pertemuan dari waktu ke waktu. Aliansi yang terbentuk akan cukup kuat untuk bertarung dengan musuh mereka. Sistem hubungan ini dinamakan Fraksi Perguruan.     

Sebagai penyihir tingkat tinggi dari Perguruan Ramsoda, nama Liliana sangat dikenal oleh organisasi musuh, yaitu Aliansi Utara. Jika seorang calon penyihir diterima sebagai muridnya, calon penyihir tersebut akan menerima kekuatan dari fraksi Liliana.      

Angele harus mengambil kesempatan ini. Jika ia berhasil menjadi penyihir sejati, ia akan diterima menjadi bagian fraksi yang tidak diketahui ini. Namun, tingkat potensi sihirnya sangat kecil, hanya tingkat dua, sehingga ia khawatir jika dua porsi Air Asu tidak akan cukup baginya.     

Setelah Angele diterima menjadi murid Master Liliana, ia akan mendapatkan satu porsi Air Asu lagi. Dengan tiga porsi Air Asu, kesempatannya untuk melampaui batas kekuatannya akan menjadi semakin tinggi.     

Lagipula, jika ia menjadi murid Liliana, ia akan mendapat izin masuk ke Toko Bahan. Dengan izin itu, ia dapat meramu Ramuan Mimpi Buruk agar tingkat kesuksesannya semakin bertambah.     

Tik-tuk, tik-tuk, tik-tuk     

Suara kaki kuda yang menginjak kayu bergema di hutan yang sangat sunyi itu.     

Setelah beberapa lama, tiba-tiba Angele menarik tali kekangnya.     

'Daerah terbatas. Harus melakukan proses deteksi ulang,' pikir Angele seraya menyuruh kudanya untuk berhenti.     

'Zero, aktifkan pendeteksi makhluk hidup.'     

'Pendeteksi makhluk hidup telah diaktifkan. Jarak maksimal 32.1 meter. Musuh akan ditandai dengan warna merah,' lapor Zero. Jarak maksimal sensor sesuai dengan batas maksimal kelima indera Angele dan keadaan daerah sekelilingnya. Jika ia sedang berada di tempat yang tinggi, jarak maksimalnya akan bertambah, begitu pula sebaliknya.     

Angele menutup matanya dan langsung membukanya kembali. Kilat biru berpendar melewati pupil hitamnya.     

Shing!     

Semua benda yang berada dalam jarak pandang Angele menjadi berselimut pendar biru. Dalam beberapa detik, pendar biru itu menghilang.     

Sesuatu bertanda merah muncul di depan matanya, dengan berbagai macam informasi tertulis di samping tanda itu.     

Angele menoleh ke kiri. Ia melihat tanda merah itu berhenti di dekat sebatang pohon hitam yang besar.     

Berbagai macam informasi muncul di depan pohon tersebut, 'Black Skin Tree. Usia 132 tahun. Tidak berbahaya.'     

Tingkat kekerasan, kelembaban, kegunaan, dan syarat pertumbuhan tertulis di samping pohon tersebut. Angele melihat sekelilingnya. Matanya membelalak lebar, dan ada partikel cahaya biru yang berkelap-kelip di kedua matanya.     

Setelah beberapa detik, wajahnya menjadi tenang, 'Aku sudah dekat dengan perguruan. Sepertinya tidak ada bahaya di sekitar sini.'     

Tiba-tiba, bulu kuduknya berdiri, sehingga ia berhenti fokus pada pikirannya.     

'Peringatan! Peringatan! Makhluk kuat terdeteksi! Jarak dari anda, 103 meter.'     

Ekspresi Angele berubah, dan ia memandang ke tempat yang ditunjukkan oleh Zero. Di sisi kiri lautan pohon di hutan itu, terdapat lapangan berumput.     

Sesuatu berwarna hitam sedang tergeletak di tanah. Ada banyak benang yang bergerak di sekitar tubuhnya. Makhluk hitam itu berukuran sebesar banteng.     

Makhluk itu tidak meraung. Angele hanya mendengar suara orang-orang tertawa dan bertepuk tangan. Terdengar pula suara anak-anak kecil sedang menari, namun hanya ada makhluk hitam itu di sana.     

'Aku harus mencari jalan lain...'     

Angele menggenggam erat tali kekang kudanya. Ia ingin berbalik dan mencari jalan lain, namun kuda itu tidak mau bergerak. Kuda itu gelisah, dan nafasnya terengah-engah. Angele terus berusaha memerintahkan kuda itu untuk bergerak, namun hasilnya nihil.     

"Sial!" umpat Angele. Ia melompat turun dan mengikat kuda tersebut pada salah satu batang pohon.     

'Makhluk tidak diketahui itu sedang mendekati anda. Jarak: 102 meter, 100 meter, 98 meter, 96 meter...' Zero terus melaporkan seiring dengan pergerakan makhluk tersebut.     

Angele sadar bahwa ia telah ketahuan.     

Ia mencoba kabur dari bahaya, sehingga ia hendak mencari rute lain karena ia sedang membawa benda-benda langka. Namun, kudanya ketakutan, sehingga kuda tersebut butuh waktu untuk menenangkan diri.     

Tanpa bersuara, Angele menarik pedang crossguard-nya dan mengendap-endap ke arah makhluk tersebut.     

Akhirnya, setelah mendekat, ia dapat melihat bayangan hitam di bawah cahaya matahari dengan jelas.     

'Kaktus hitam, namun durinya digantikan dengan tangan yang bergerak-gerak...' Itulah kesan pertama Angele setelah melihat makhluk itu.     

Bayangan hitam itu akhirnya menampakkan wujud. Makhluk itu berbentuk seperti bola, dengan lengan dan tangan manusia menutupi seluruh tubuhnya. Terdapat sekitar 80 lengan pada makhluk itu. Di tengah setiap telapak tangannya, terdapat mata berwarna merah gelap.     

Merasakan kehadiran Angele, makhluk itu menjadi gembira, sehingga semua mata di tengah telapak tangan makhluk tangan tertuju padanya.     

"Ha... Ka... KAKAKA..." Terdengar suara-suara aneh dari tengah semua telapak tangan itu.     

"Hundred-Eyed Monster... Jadi ini yang namanya Hundred-Eyed monster!" Di depan matanya, Zero terus menganalisa makhluk tersebut.     

'Hundred-Eyed Monster: Monster berukuran sedang yang kuat. Kekuatan: 5. Kecepatan: 3. Daya tahan: 21. Kekuatan mental: 5. Tidak ada kemampuan spesial yang diketahui. Informasi tidak lengkap. Mohon tetap di jarak aman,' lapor Zero, sementara makhluk itu semakin mendekat. Tanda merah menandakan bahwa makhluk itu berbahaya untuk Angele.     

Angele berkedip dan mematikan pendeteksi Zero. Ia sangat waspada dan menggenggam pedang crossguard-nya kuat-kuat.     

Ia pernah mendengar informasi tentang monster ini. Monster ini sangat kuat, agresif, dan sering menelan mangsanya bulat-bulat. Setelah dewasa, makhluk itu akan menjadi sangat kuat. Namun, berdasarkan ukurannya, makhluk itu masih sangat muda. Hundred-Eyed Monster dewasa memiliki berat lebih dari 10 ton. Ukurannya jauh lebih besar ketimbang Glowing Elephant. Selain itu, nyaris tidak ada informasi tentang kemampuan bertarungnya. Satu-satunya cara bagi Angele untuk mengetahuinya hanyalah dengan bertarung.     

"KAKAKAKA... KAKA!" Monster itu melambaikan lengan-lengannya, seakan ingin mengatakan sesuatu.     

Angele berada sekitar sepuluh meter dari makhluk itu, namun ia tidak mengerti apa maksud makhluk tersebut, sehingga ia hanya berdiri diam dan mengamati gerakan monster tersebut.     

Karena Angele tidak merespon, makhluk itu menjadi marah.     

"KAKA!" Terdengar suara melengking dari mulutnya. Makhluk itu kemudian berlari menerjang Angele, seakan berusaha memeluknya dengan puluhan lengannya. Semua mata merah pada telapak tangan makhluk tersebut berkedip, sementara semua tangan tersebut berusaha menggapai Angele dari berbagai sisi.     

Kulit kepala Angele menjadi kaku. Ia pun mundur selangkah.     

BUM!     

Makhluk itu menggapai pohon di belakang Angele dengan semua lengannya, sehingga pohon itu terbelah menjadi dua. Dedaunan berjatuhan saat makhluk itu mengangkat batang pohon yang telah patah itu.     

Dengan kecepatan tinggi, batang pohon itu diayunkan ke arah Angele.     

Hundred-Eyed Monster itu menerjang maju, sementara batang pohon tersebut dilemparkan ke arah Angele. Tubuh raksasa makhluk itu, ditambah dengan lengan-lengan tersebut, membuat Angele tidak dapat menghindar. Jika dilihat dari kejauhan, makhluk itu terlihat seperti gumpalan lendir raksasa yang siap menerkam Angele.     

Krek!     

Terdengar suara seperti pakaian yang sedang dirobek.     

Angele melompat mundur sejauh beberapa meter dan mendarat di rerumputan. Ia menghindari terkaman semua lengan itu. Tidak ada ekspresi di wajah pemuda itu. Hanya terlihat darah yang menetes dari ujung pedang crossguard peraknya.     

Beberapa lengan makhluk itu terpotong hingga jatuh ke tanah. Jari-jari lengan tersebut masih berkedut, sementara mata merah darah pada telapaknya masih berkedip beberapa kali.     

Makhluk itu kembali menyerang dan mengayunkan batang pohon pada genggamannya keras-keras, hingga terdengar suara 'wuss' saat batang pohon itu digerakkan.     

Lagi-lagi, Angele hanya mundur selangkah untuk menghindari batang pohon itu.     

"Ysta-man... Zio!" raung Angele sambil menekan pedangnya dengan salah satu tangannya.      

Dalam beberapa detik, kilat-kilat listrik berwarna biru muncul dan menyelimuti seluruh pedang tersebut.     

Pedang crossguard itu berubah menjadi biru, dan berhiaskan kilat-kilat yang terus menyambar-nyambar di sekitarnya. Suara pedang itu sangatlah mengganggu.     

Ketika melihat makhluk itu hendak menyerangnya sekali lagi, Angele membungkuk dan menerjang maju.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.