Dunia Penyihir

Pemikiran (Bagian 1)



Pemikiran (Bagian 1)

0SHING!     

Simitar Gondor melesat cepat hingga membentuk garis putih di udara. Simitar itu mendarat di tanah dan memotong rerumputan.     

Angele mundur selangkah. Jika ia maju satu sentimeter saja, ia akan terkena serangan pedang itu.     

Ia menatap Gondor yang telah kehilangan kewarasannya. Gondor berlari keluar dari semak belukar dan mencabut pedang yang baru saja dilemparnya.     

Melihat gurunya telah tiada, kemarahan Gondor membabi buta, namun semua serangannya dihindari Angele dengan mudah dan cepat. Angele terus mundur dan memiringkan tubuhnya ke kanan untuk menghindari semua serangan Gondor.     

Pertarungan itu sangat tidak berimbang – lebih mirip bermain ketimbang pertarungan sesungguhnya.     

"Berhenti!" Gondor mendengar suara berat dari belakangnya, "Aku masih hidup!"     

Gondor ragu sesaat, namun tiba-tiba ia mengayunkan pedangnya ke depan.     

CHI!     

Angele melompat mundur dan menatap Gondor dengan tenang. Bahkan, ia tidak mencoba menyerang balik dan menancapkan kedua pedangnya di atas tanah berumput itu.     

"Baiklah, ini sudah cukup. Berikan resep ramuannya padaku. Aku tidak tertarik dengan urusan Keluarga Nunnally dan Keluarga Stephen." kata Angele santai.     

Aqua tersenyum kecut. Ia berdiri dengan dibantu oleh Gondor.     

"Sepertinya, aku akan mati jika aku tidak cepat-cepat memberikan tawaranku. Kau cukup kuat."     

"Tentu saja. Aku berencana membunuhmu dan menjarah mayatmu." Angele mengangkat bahunya, "Namun, tawaranmu sangat menarik."     

Angele mengambil sebuah tabung kecil dan melemparkannya pada Aqua.     

Aqua menangkap tabung itu, membuka tutup penyumbatnya, dan mengendusnya.     

"Ramuan penyembuh? Terima kasih!" Dengan meminta bantuan Gondor, Aqua duduk bersandar pada batang pohon besar. Ia merobek bajunya dan mengoleskan ramuan pemberian Angele pada lukanya.     

Ramuan itu diserap oleh lukanya, dan asap hijau membumbung dari luka tersebut. Aqua mengerang kesakitan.     

"Guru!" Gondor menjadi panik. Ia nyaris merampas tabung di tangan Aqua. "Guru, kau tidak apa-apa? Apa yang terjadi?"     

"Tenanglah, aku baik-baik saja. Lukaku tidak fatal, karena ia tidak menyerang organ vitalku. Aku hanya harus menghentikan pendarahannya." Aqua tersenyum getir.     

Angele berhenti menatap mereka dan berjalan mengelilingi lapangan itu untuk mencari apakah ada tanaman yang tidak diketahui di sekitar sini.     

Setelah beberapa lama, akhirnya Aqua selesai menjelaskan situasi saat ini pada Gondor.     

"Master Angele, maafkan kami telah membuatmu menunggu." Aqua berusaha berdiri.     

"Tidak apa-apa." Angele tersenyum dan berbalik ke arah mereka. "Sekarang, dapatkah kau berikan resep, pola mantra Sihir Logam, dan informasi yang kau miliki? Aku sangat tertarik dengan Sihir Logam. Kuharap aku bisa memadukannya dengan teknik berpedangku."     

"Tentu, tentu. Itu barter yang cukup adil." Aqua pun tersenyum. Setelah mendengar penjelasan tentang situasi mereka saat ini, ekspresi Gondor menjadi lega.     

"Terima kasih, Master Angele, untuk ramuannya… Dan semuanya, aku telah salah paham," Gondor membungkuk hormat dan meminta maaf pada Angele.     

Angele sangat terkejut melihat hal itu. "Kau meminta maaf padaku? Apa kau bodoh? Aku baru saja menusuk dada gurumu itu."     

Gondor berdiri tegak dan menggelengkan kepalanya.     

"Aku mengerti mengapa kau melakukannya. Kau tidak salah. Saat itu, guruku adalah musuhmu, namun kau masih membiarkannya hidup. Sekarang, aku mengerti bahwa kau hanya ingin pengetahuan yang kami punya," jawab Gondor dengan nada serius.     

Aqua hanya diam dan mendengarkan, namun Angele tahu bahwa Aqua cukup puas dengan perkataan Gondor. Ia sempat mengira bahwa Gondor akan benci padanya karena ia nyaris membunuh gurunya. Ia tidak menyangka jika Gondor akan meminta maaf.     

Ia sempat berpikir bahwa Gondor hanya menyindir, namun ternyata Gondor benar-benar meminta maaf dengan tulus.     

"Kuharap suatu hari nanti aku bisa menjadi sepertimu. Aku sangat kagum pada orang-orang yang mau melakukan apa saja untuk mendapatkan pengetahuan," lanjut Gondor.     

Inilah pertama kalinya Angele dipuji karena hal itu…     

"Yah… Terima kasih. Mari kita selesaikan barter ini terlebih dahulu." Angele memotong pembicaraan Gondor. "Aqua, bisakah kita mulai sekarang?"     

Aqua lebih berpengalaman daripada Angele. Ia bermaksud untuk menunda barter itu karena ia masih belum benar-benar mempercayai Angele.     

'Bagaimana jika anak itu membunuh kita setelah mendapat apa yang ia inginkan…' Aqua berpikir dengan ragu.     

"Jangan khawatir, Guru. Orang-orang yang mau melakukan apa saja untuk pengetahuan, seperti Angele, pasti menepati janjinya. Kita harus mempercayai orang-orang yang suka belajar." kata Gondor sambil tersenyum setelah mengetahui apa yang dipikirkan Aqua. Gondor yang sekarang sangat berbeda dengan Gondor yang menyerang Angele tadi.     

Wajah Angele berkedut. Ia sungguh ingin mengatakan pada Gondor bahwa ia bukanlah orang yang dapat dihormati seperti itu, namun senyum tulus Gondor membuat bulu kuduknya berdiri.     

"Baiklah… Ayo kita barter." Angele berencana membiarkan Aqua hidup setelah mempelajari Sihir Logamnya. Jika Aqua mati, Angele hanya akan mendapatkan resep ramuan, namun jika Aqua masih hidup, Angele masih bisa mempelajari berbagai hal darinya.     

Ia tidak menepati janjinya pada Kelly, karena saat ini ia hanya peduli dengan siapa yang bisa memberinya lebih banyak keuntungan. Sekarang, membiarkan Aqua hidup adalah pilihan terbaik. Menolong Kelly hanya akan memberikan keuntungan jangka pendek, sementara menolong Aqua akan memberikannya berbagai keuntungan jangka panjang.     

Angele menengadah dan melihat keadaan cuaca. Kemudian, ia berjalan mendekati Gondor dan Aqua. Ia pun duduk di atas rumput tepat di samping mereka.     

"Sihir Logam adalah salah satu cabang Sihir Kuno. Sekarang, nyaris tidak ada satu pun buku di dunia ini yang memuat informasi ini. Tidak ada keahlian khusus yang diperlukan, karena seperti halnya partikel energi air, tubuh manusia memiliki partikel energi logam. Penyihir menyebut semua sihir yang bisa mengeraskan zat sebagai 'Sihir Logam'. Sihir itu kebanyakan digunakan dalam ilmu arsitektur dan teknik, namun seorang calon penyihir berhasil menciptakan Sihir Logam sendiri, dan ia menggunakan hasil karyanya itu untuk bertarung. Membutuhkan banyak kekuatan mental dan mana untuk menggunakan sihir Logam."     

Aqua menyesap sedikit air yang dibawakan muridnya, lalu ia melanjutkan ceritanya.     

"Sihir Logamku kutemukan di dalam reruntuhan. Seratus tahun lalu, aku direkrut untuk menjadi petarung bayaran dan menemani seorang calon penyihir muda yang ingin berpetualang di reruntuhan tersebut, namun hanya aku yang berhasil lolos hidup-hidup. Aku keluar dari tempat itu dengan membawa catatan calon penyihir tersebut. Aku cukup berbakat. Dengan rune dan semua informasi yang kudapat dalam catatan si calon penyihir itu, aku menjadi seperti sekarang ini."     

Angele mengangguk. "Jadi… Sihir Logam dapat digunakan dengan baik untuk pertarungan jarak dekat."     

"Bisa saja, namun kau membutuhkan kekuatan penyihir sejati untuk mempelajari cara kerja spesial Sihir Logam. Setelah itu, kau masih membutuhkan banyak waktu untuk mempersiapkan sihir tersebut. Sihir Logam bukanlah sihir untuk bertarung, sehingga walaupun kau benar-benar menguasainya, kau mungkin tidak akan pernah mencapai kesuksesan hanya dengan menggunakan sihir ini. Aku percaya bahwa suatu hari nanti, sihir ini akan punah, karena tidak banyak calon penyihir yang mau mempelajari sihir yang 'tidak berguna' seperti ini." Aqua menghela nafas. Rasa putus asa terpatri di wajahnya.     

"Aku tertarik." Angele memegang gagang pedangnya kuat-kuat.     

"Sudah kubilang bahwa ini tidak akan mudah, namun jika kau memaksa, mari kita barter. Jika kau setuju untuk berhenti menolong Kelly membunuh kita, akan kuberikan semua pola mantra Sihir Logam yang kutahu dan juga informasi yang kau butuhkan untuk mempelajarinya." Aqua tersenyum.     

"Baiklah." Angele mengangguk.     

"Bagian tersulit dari Sihir Logam adalah pola mantra. Pola mantra elemen itu sangatlah rumit. Ditambah lagi, kau harus memiliki mana yang cukup…" Aqua segera menjelaskan semuanya kepada Angele, sementara Gondor duduk bersila di sampingnya dan ikut mendengarkan dengan seksama.     

Tiga jam kemudian…     

Perlahan-lahan, Angele berjalan keluar dari semak belukar.     

Ia menoleh ke belakang dan melihat Aqua dan Gondor menunggunya pergi.     

"Aku tidak menyangka bahwa penelitiannya serumit itu. Seorang calon penyihir biasa memiliki kekuatan sehebat itu. Aku jadi ingin tahu, sebenarnya apa lagi yang ada di dunia ini?     

'Zero, apakah proses pembuatan sistem untuk Sihir Logam telah selesai?"     

'Sistem sedang dibuat. Persentase: 13%. Satu pola sihir didapatkan. Potensi peningkatan kekuatan sihir ini adalah 54%.'     

Angele membuat teknik perhitungan persentase keberhasilan, karena ia ingin tahu seberapa besar perbaikan yang dapat ia lakukan pada sihir-sihirnya. 0% berarti bahwa sihir itu sudah sempurna, namun 100% berarti bahwa sihir itu masih dapat menjadi jauh lebih kuat. Persentase keberhasilan akan berkurang saat sihir diperkuat, hingga akhirnya mencapai 0%. Biasanya, pola mantra dasar memiliki tingkat persentase keberhasilan yang tinggi.     

Ia membersihkan sisa rumput dari tubuhnya. 'Dengan resep Ramuan Mimpi Buruk ini, aku sudah mendapatkan semua benda yang kubutuhkan.'     

Angele tersenyum. Ia telah memberikan beberapa butir magic stone berkualitas tinggi sebagai bayaran kepada Aqua. Ia tahu bahwa resep itu jauh lebih mahal, namun pria tua tersebut cukup puas dengan barter mereka.     

Setelah menuruni tebing, Angele langsung berjalan ke Kota Emma. Hari masih siang, namun cahaya matahari yang redup itu tidak dapat menghangatkan tubuhnya.     

Setelah 10 menit, ia melihat jalan utama menuju ke Kota Emma. Banyak kereta kuda berlalu-lalang, bersama-sama dengan beberapa petualang yang membawa tas di punggungnya.     

Seorang pria paruh baya yang berbekal keranjang kecil sedang mencari tanaman obat. Tidak ada yang terlalu memperhatikan keberadaan Angele.     

Semua orang di sana hanya melirik Angele sesaat.     

Tanpa jubah kelabunya, ia terlihat seperti pemburu biasa. Ia segera meninggalkan hutan dan bergabung dengan orang-orang yang akan memasuki kota.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.