Dunia Penyihir

Manor (Bagian 2)



Manor (Bagian 2)

0"Nu… Ri… Bass!" seru Crab Warrior pria lainnya. Suaranya terdengar marah bercampur terkejut. Ia berbalik ke arah Angele. Angele tidak tahu apa arti seruannya, namun sebelum ia sempat berpikir, Crab Warrior itu mengangkat capit besarnya dan berlari ke arah Angele dengan sangat cepat, hingga tubuhnya terlihat seperti kilat kuning.     

Angele menggumamkan mantra dengan suara lirih dan cepat-cepat mengangkat pisaunya untuk menangkis serangan itu.     

CLANG!     

Mereka berdua mundur saat menyadari bahwa mereka memiliki kekuatan yang nyaris sama.     

Setelah mundur selangkah, Angele mencoba menusuk kepala sang Crab Warrior. Gerakan pisaunya sangat cepat, hingga terlihat seperti garis berwarna perak di udara.     

Dua sinar cahaya merah meninggalkan ujung pisaunya. Salah satu titik menghilang, namun titik kedua mengenai kepala makhluk itu, sehingga gerakan makhluk itu menjadi sedikit lebih lamban.     

Dengan mudah, Angele menusuk mata kanan makhluk itu, hingga separuh pisau tertancap ke dalam kepalanya.     

Setelah pisau itu ditarik keluar, darah mengucur dari luka itu, dan sebuah bola mata berwarna kuning jatuh menggelinding ke tanah.     

Crab Warrior itu mundur dan terjatuh berlutut, sebelum akhirnya berhenti bergerak. Angele membunuh Crab Warrior kedua dengan cara yang sama, hingga tubuh kedua makhluk itu jatuh tersungkur ke tanah dan membentuk kubangan darah.     

'Jadi, mereka harus mengaktifkan medan pelindung mereka secara manual, dan medan itu sepertinya tidak bisa bertahan lama. Kemampuan pertarungan jarak dekatku sangat cocok untuk melawan mereka. Aku hanya harus menunggu kesempatan itu.' Angele berbalik, mengibaskan pisaunya untuk menghilangkan cipratan darah, dan memasukkan pisau itu kembali ke sarungnya.     

Lutut gadis itu bergetar, lalu ia jatuh ke tanah karena kelelahan. Nafasnya terengah-engah, dan wajahnya terlihat sangat pucat. Sepertinya ia kelelahan setelah dikejar oleh dua ekor Crab Warrior.     

"Kau tidak apa-apa?" tanya Angele seraya menatap gadis itu.     

"Iya… Aku baik-baik saja." Gadis itu langsung menjawab. "Terima kasih."     

Angele melihat luka-luka pada kaki dan lengan gadis itu.     

"Bagus." Angele mengangguk. Ia berjalan ke kedua mayat itu dan mencelupkan jarinya ke dalam genangan darah. Kemudian, ia memasukkan jari itu ke dalam mulutnya.     

'Peringatan! Parasit tidak dikenal terdeteksi! Segera bersihkan mulut Anda, jika tidak, Anda akan terinfeksi,' lapor Zero.     

Saat mendengar peringatan itu, ekspresi Angele berubah. Ia segera memuntahkan darah dari mulutnya dan mengambil beberapa helai daun dari kantongnya. Ia mengunyah daun itu dan memuntahkannya beberapa kali.     

'Parasit telah hilang.' Akhirnya, Zero melapor lagi.     

Angele tersenyum kecut. Ia memutuskan untuk tidak lagi meletakkan benda-benda asing ke dalam mulutnya. Sebelum kejadian ini, ia tidak pernah terkena parasit, dan ia tidak ingin terkena infeksi parasit saat sedang berpetualang. Ia membersihkan darah dari kukunya, mengambil pisau, dan mulai memotong capit kedua Claw Warrior itu.     

Seperti dugaannya, cangkang mereka sangat keras, hingga Angele menghabiskan banyak waktu hanya untuk memotong salah satu capit. Walaupun kulit mereka terlihat mirip dengan kulit manusia, teksturnya jauh lebih keras seperti besi. Awalnya, Angele mengira jika kerang penutup puting susu Crab Warrior betina itu terbuat dari bahan spesial, namun harapan itu berubah menjadi kekecewaan setelah ia melihat bahwa kerang itu hanyalah kerang biasa.     

"Ayo kita pergi," Angele mengambil capit itu dan berdiri. " Cepatlah, waktu kita hanya satu jam."     

"Baiklah," jawab gadis itu. "Tapi, satu jam? Kukira kita punya waktu satu setengah jam." Tiba-tiba, gadis itu tersadar.     

"Tidak, hanya satu jam." bisik Angele.     

Mereka berjalan melalui pintu yang mereka masuki sebelumnya, dan akhirnya mereka berhasil sampai ke teras tadi. Dua ekor Crab Warrior telah dibunuh Angele saat mereka mengejar gadis itu, sementara sisanya pergi mengejar Messi dan kedua penyihir lainnya, sehingga tempat itu menjadi sangat sunyi.     

Angele langsung berjalan masuk ke taman di seberang teras itu, sementara si gadis kecil mengikutinya dengan ekspresi lega.     

Taman itu berukuran sama dengan halaman belakang pada umumnya. Berbagai macam tanaman langka tumbuh di sana. Angele nyaris tidak mempercayai penglihatannya sendiri setelah melihat berbagai macam bahan yang sangat mahal itu memenuhi halaman seperti tanaman rumahan biasa.     

Angele melihat sekelilingnya, dan sekelompok jamur raksasa membuatnya tertarik. Jamur itu berukuran setinggi manusia dewasa, dengan tangkai putih dan topi merah. Entah mengapa, jamur itu terlihat aneh, namun menarik.     

"Perro Flower… Ada Perro Flower!" Gadis itu menjadi gembira seraya mengambil peralatan memetik bunga dan berlari ke arah sekumpulan bunga berwarna biru.     

Angele mengernyitkan alisnya dan melihat sekeliling.     

'Apakah ada pergerakan yang mencurigakan?' tanya Angele.     

'Tidak ada pergerakan yang terdeteksi.' Suara robotik Zero menggema di kepalanya.     

Angele menggenggam pisaunya kuat-kuat dan mulai berjalan masuk mengelilingi taman. Taman itu sangat kecil, hingga ia bisa berjalan menyeberanginya hanya dalam 15 langkah. Sepertinya, taman itu dibuat khusus untuk membudidayakan bahan-bahan langka.     

Di sana, ia menemukan berbagai macam tanaman yang hanya pernah ia baca di buku, seperti Rainbow Flower, Black Chrysanthemum, Ear Flower, dan Maggot Grass.     

Angele berhenti berkeliling. Ia berjongkok untuk melihat jamur-jamur putih kecil yang terlihat aneh. Semua jamur itu memiliki wajah senyum pada bagian topinya, seakan-akan ada yang menghias jamur tersebut dengan menggunakan spidol.     

Angele tidak pernah membaca tentang jamur seperti itu. Ia kembali mengernyitkan alisnya dan perlahan-lahan mengulurkan pisaunya untuk memotong satu jamur itu.     

"Hehehehehe…" Jamur-jamur itu tertawa dan berdiri. Kaki dan tangan muncul pada tubuh mereka. Mereka memegang tangan satu sama lain dan membentuk lingkaran dengan cepat untuk mengepung Angele.     

"La~ LaLaLa~ LaLaLa~" Kelompok jamur itu bernyanyi dan berputar-putar di sekeliling Angele.     

Angele melihat senyum merah yang tergambar pada topi mereka dan merasakan bulu kuduknya berdiri. Ia menendang beberapa jamur dan berlari menyusuri jalan utama taman itu, namun semua jamur itu segera mengikutinya sambil tertawa dan bernyanyi.     

Jamur-jamur yang jatuh perlahan-lahan bangkit berdiri dan ikut mengejarnya. Walaupun Angele sadar bahwa gambar pada topi jamur bukanlah ekspresi asli mereka, pemandangan itu masih terlihat sangat mengerikan.     

"Apa-apaan ini?! Bangs*t, tempat macam apa ini!" teriak Angele. Ia berbalik dan berlari ke arah pintu keluar dengan paniknya.     

Dengan terburu-buru, ia mengambil semua benda yang dapat ia raih, termasuk Dragon Scale Flower yang diincarnya, seraya terus berlari dari kejaran jamur-jamur itu.     

Jamur-jamur itu terus bernyanyi, melompat-lompat, dan tertawa, namun Angele tidak melihat ke belakang. Tiba-tiba, terdengar suara kicauan burung di langit. Kerumunan burung hitam yang sangat banyak terbang mengitari langit di atas kepalanya, hingga terlihat seperti awan hitam.     

Tepat setelah Angele mendekati jamur-jamur itu, langit berangsur-angsur berubah dari kelabu menjadi merah. Kerumunan burung hitam yang menyerupai awan, jamur yang tertawa dan bernyanyi, serta langit yang memerah membuat suasana semakin mencekam.     

"Ayo!" Angele menarik tangan gadis itu dan berlari bersamanya.     

Namun, ia tidak merasakan berat seorang manusia di belakangnya, sehingga ia berbalik dan melihat sebuah pelindung dada dari kulit di tangannya. Tidak ada tanda-tanda keberadaan gadis itu. Namun, ia yakin bahwa ia masih melihat gadis itu sebelum ia menarik tangannya.     

Lagi-lagi, bulu kuduk Angele berdiri. Ia melemparkan pelindung dada itu ke tanah dan melihat sekelilingnya. Ia berusaha mencari gadis itu, tapi ia tidak menemukan tanda keberadaannya. Ia tahu bahwa tadi gadis itu mengenakan terusan berwarna merah di balik pelindung dada berbahan kulit itu. Hanya ada warna merah dari wajah jamur-jamur yang mengejarnya dan langit yang semakin memerah.     

Langit menjadi semakin gelap, dan Angele sendirian di taman itu. Entah dari mana asalnya, semakin banyak jamur datang ke arah Angele sambil tertawa.     

"Sialan!" Angele dapat merasakan kulit kepalanya menjadi kaku. Akhirnya, ia sampai ke pintu keluar dan kembali ke teras.     

Angele terkejut setelah melihat bahwa teras itu sudah berubah. Air kolam telah mengering, dan dasar kolam itu retak-retak, seakan tidak pernah dibasahi air.     

Karena masih dikejar jamur-jamur itu, Angele tidak mempunyai waktu untuk memeriksa kolam itu. Ia terus berlari ke arah pintu keluar.     

'Zero, catat semua perubahan di sekitar sini.' Angele mengikatkan capit yang ia dapatkan di punggungnya dan memasukkan semua bunga di tangannya ke dalam kantongnya yang lebih besar.     

'Medan gaya sedang bereaksi dengan cepat… Anda sedang ada dalam medan gaya raksasa… Situasi tidak diketahui. Segera tinggalkan tempat ini…' Suara Zero tidak jelas karena interferensi medan gaya itu.     

Bulu kuduk seluruh tubuh Angele berdiri, sementara jumlah jamur yang mengejarnya menjadi tiga kali lebih banyak.     

Angele terus berlari semakin dekat dengan pintu keluar, dan ia menarik busurnya.     

"Atoria, Masnightin!" Angele meneriakkan mantra.     

Rune berwarna biru muncul di ujung anak panah. Simbol itu berkelok-kelok seperti tulisan angka 4 yang jelek. Listrik biru menyambar-nyambar di sekitarnya, sehingga terdengar suara kilat.     

Angele menarik busur itu kuat-kuat dan mengarahkan panahnya ke lautan jamur itu. Ia melepaskan panahnya tanpa ragu, hingga menjadi garis berwarna biru yang melesat cepat ke tengah lautan jamur yang masih terus mengejarnya.     

Panah berlistrik itu sepertinya manjur, dan banyak jamur berjatuhan setelah tersetrum aliran listrik.     

Keringat membasahi wajah Angele, namun ia terus berlari. Akhirnya, ia berhasil melalui gerbang putih dan sampai ke jalan dari Screaming Brick beberapa waktu lalu.     

Angele cepat-cepat menapakkan kakinya ke atas jalan batu itu, namun tidak terdengar suara teriakan apapun, seakan-akan kejadian beberapa waktu lalu tidak terjadi dan jalan itu hanya terbuat dari batu bata biasa. Terlihat ada seseorang yang sedang berlari di depannya. Ia adalah si jubah hitam.     

Langit sangat gelap, dan cercahan cahaya terakhir menerangi jalan. Benda-benda di sekitar mereka nyaris tidak terlihat.     

'Waktu habis.' Angele memeriksa waktu dengan bantuan Zero. Nyaris satu jam telah mereka habiskan di sana. Jamur-jamur putih yang mengejar Angele berhenti di dekat gerbang putih itu, seakan tidak bisa melewatinya.     

Mendengar suara tapak kaki, si jubah hitam berbalik dan melihat siapa yang ada di sana. Saat melihat bahwa suara itu berasal dari Angele, wajahnya terlihat terkejut, namun mereka tidak berbincang-bincang dan terus berlari.     

Tudung jubah pria itu terjatuh karena terpaan angin, dan akhirnya Angele sadar bahwa 'pria' itu adalah seorang wanita setelah ia melihat rambut panjang berwarna cokelat dan lehernya yang kurus dan cantik.     

Angele dapat berlari jauh lebih cepat dari wanita itu, sehingga ia segera meninggalkan wanita itu jauh di belakang.     

KAK! KAK!     

Burung-burung hitam masih mengitari langit sambil berkicau dengan nyaring dan aneh. Melihat mereka membuat Angele ingin muntah.     

"Tolong aku! Aku Putri Delanya dari Liliado! Kumohon…" Gadis itu nyaris menangis.     

Angele berbalik dan memandang wanita itu. Wajah wanita itu terlihat ketakutan, dan air mata menetes dari dagunya. Bayangan hitam sedang mengejarnya, hingga nyaris mencapai kakinya.     

Walaupun Angele tahu bahwa wanita itu tidak menolongnya saat kejadian di kolam tadi, ia tetap memutuskan untuk menolong wanita itu. Ia menarik tangan wanita itu dan kembali berlari. Angele berlari jauh lebih cepat ketimbang bayangan itu, hingga akhirnya mereka sampai di penanda jalan yang mereka lewati.     

Akhirnya, mereka keluar dari daerah Moon Gin Manor. Cahaya matahari kembali bersinar, dan langit terlihat cerah.     

Angele menutup matanya dengan tangannya karena cahaya langit masih terlalu terang baginya. Terdengar suara nafas terengah-engah wanita itu di sebelahnya.     

"Akhirnya… Kita berhasil!" Wanita itu duduk di tanah.     

"Manor yang membawa kematian…" gumam wanita itu seraya menghapus air matanya.     

Angele melihat ke arah manor itu. Jalan masih tertutup ilalang, dan tidak ada jejak kaki, seakan-akan mereka tidak pernah masuk ke sana.     

"Jangan khawatir, kita aman." Wanita itu berdiri dan melepaskan topengnya. Kulitnya bersih dan bibirnya merah merona. Wanita itu terlihat lemah lembut dan mulia, sehingga Angele percaya bahwa ia adalah seorang putri.     

Sepasang anting-anting perak bercahaya tersemat di kedua telinganya, dan Angele menduga jika anting-anting itu adalah benda sihir. Ia berhenti melihat ke arah manor dan memeriksa barang yang didapatkannya. Satu capit Crab Warrior dan beberapa macam tanaman langka berhasil didapatkannya saat berlari keluar.     

'Bagus.' Angele menenangkan dirinya. Ia gembira dengan benda-benda yang berhasil ia dapatkan.     

"Terima kasih telah menyelamatkanku. Namaku Delanya, dan ini sedikit hadiah untukmu. Akan kuingat apa yang kau lakukan padaku, dan akan kubalas budimu suatu hari nanti." Wanita itu kembali mengenakan topeng dan tudungnya, lalu ia memberikan tabung cokelat yang berbentuk seperti teleskop pada Angele.     

Delanya segera pergi setelah memberikan tabung itu, sementara Angele berdiri diam di sana selama beberapa saat. Pandangannya tertuju ke arah Moon Gin Manor sekali lagi, lalu ia pergi kembali ke kota.     

"Kuharap aku tidak perlu kembali ke tempat sialan ini…" gumam Angele.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.