Dunia Penyihir

Undangan (Bagian 2)



Undangan (Bagian 2)

0Jam sibuk telah berlalu, sehingga jalan menjadi semakin sepi. Hanya ada beberapa kereta kuda para bangsawan yang berjalan melewati mereka. Mulai terdengar gemuruh petir, seiring dengan langit menjadi semakin gelap. Bayangan hitam menutupi segalanya, seakan sudah malam, padahal hari masih siang.     

Angin dingin yang menusuk tulang bertiup ke dalam kereta melalui jendela, sehingga Angele menaikkan kerahnya untuk menghangatkan diri. Namun, usahanya percuma karena pakaian mewah berkerah tinggi dan bermotif bunga perak yang dikenakannya itu bukanlah pakaian yang dapat melindungi tubuhnya dari cuaca. Jika saja Angele tidak sedang pergi ke pesta makan malam, dia tidak akan mengenakan pakaian yang tidak berguna seperti itu.     

Kemeja putih berkerah tinggi yang dikenakannya sekilas terlihat mirip dengan kemeja seorang perwira, namun dekorasinya lebih sederhana, seperti kemeja yang digunakan oleh seorang pendekar pedang.     

Kereta kuda mereka terus berjalan maju selama 30 menit kemudian. Tiba-tiba, terdengar suara raungan keras yang memecah keheningan. Suara itu semakin dekat, sehingga Angele mengintip keluar lewat jendela, dan melihat keretanya sedang berjalan menaiki tanjakan gunung.     

Angele melihat sekelilingnya. Di sisi yang berlawanan, terdapat pegunungan, disertai sungai yang mengarah ke air terjun besar. Ternyata air terjun itu adalah sumber suara raungan tadi. Bebatuan besar, yang basah dan terlihat berkilau karena terkena air, tergeletak di bawah sana.     

Kereta kuda yang ia tumpangi sedang berjalan di jalan setapak berliku-liku, tepat di sebelah air terjun itu.     

"Kita hampir sampai!" teriak Gerac dari luar. Suaranya berusaha melawan suara air terjun yang deras itu agar semua anggota dapat mendengarnya. Angele mengangguk dan menutup jendela agar pakaiannya tidak basah. Situasi ini membuatnya merindukan jubah abu-abu pemberian Perguruan Ramsoda, karena jubah itu memiliki sihir yang mampu membuat pakaian tersebut selalu terlihat bersih dan rapi, sehingga ia tidak perlu mencucinya. Semenjak ia tiba di Kota Lennon, sama sekali tidak ada berita mengenai Perguruan Ramsoda.     

"Aku sudah 16 tahun…" Angele menghela nafas dan menutup matanya. Sudah banyak yang terjadi semenjak ia pertama kali bereinkarnasi ke dunia ini. Ia sadar bahwa ia harus berpikir dua kali sebelum mengambil keputusan, tapi tetap saja ada keputusan yang disesalinya. Angele menarik nafas, menghirup udara lembab dan sejuk di sana, dan berhenti memikirkan masa lalu.     

Tidak lama kemudian, kereta kuda itu sampai di puncak tebing, di mana sebuah kastil besar berwarna abu-abu berdiri. Kastil itu dilindungi oleh dinding yang tinggi dan tebal. Hanya ada satu jalan untuk masuk ke kastil, yaitu sebuah gerbang raksasa, di mana kereta kudanya berhenti. Angele membuka pintu dan melompat turun dari kereta.     

Karena sudah lama tidak dipotong, rambut panjang Angele yang berwarna cokelat itu bergerak mengikuti angin yang bertiup. Ia mengenakan kemeja putih yang memperlihatkan tubuh kekar dan rambut panjangnya, sehingga membuatnya terlihat liar namun ramah dan lemah lembut.     

"Saya akan melaporkan kedatangan kita." Gerac membungkuk hormat, dan masuk melalui gerbang besar itu. Sementara itu, Angele menunggu di luar, ditemani oleh beberapa pengawal lainnya.     

Sembari menunggu, Angele berdiri di samping kereta kuda sambil melihat sekelilingnya. Ia melihat tebing kedua di sisi lain air terjun, di mana ada sebuah kastil yang sedikit lebih kecil dibandingkan kastil yang ada di depannya ini. Beberapa menara pengamat dibangun di sekitar jalan menuju kastil.     

Air terjun yang bergemuruh di antara kedua kastil itu membuat tempat itu terlihat sangat indah.     

"Tempat yang bagus," puji Angele.     

"Bagus, kan?" Terdengar suara seseorang dari gerbang, dan Angele pun berbalik. Pandangannya bertemu seorang pria tua yang kekar berotot dan mengenakan kemeja kulit berwarna putih. Pria berwajah pucat itu duduk di kursi roda, namun wajahnya terlihat sangat senang.     

"Selamat datang di Kota Lennon. Sudah bertahun-tahun kami tidak bertemu dengan orang berkekuatan misterius seperti dirimu. Tanpa bantuan teman kami dari bangsa duyung, kami tidak akan tahu keberadaanmu." Pria tua itu tersenyum seraya menyuruh pelayannya untuk mendorong kursi rodanya mendekati Angele.     

"Namaku Alford Reed, Walikota Lennon. Senang bertemu denganmu," kata pria tua itu.     

"Nama saya Angele, saya senang akhirnya mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan Anda," Angele meletakkan tangan kirinya di dadanya dan membungkuk hormat.     

"Pesta makan malamnya akan mulai sebentar lagi, masuklah dan bersenang-senanglah bersama kami," kata Alford.     

Angele mengangguk dan berjalan mengikuti pria tua itu masuk ke kastil, bersama dengan Gerac dan sekelompok pengawal itu. Gerac berjalan di depan, menemani tuannya bersama seorang pendekar berbaju zirah berwarna putih, sementara sisanya mengikuti mereka bertiga. Ketika ia memasuki gerbang, terdengar suara dua kereta kuda berderap di belakangnya.     

"Ayah! Mengapa kau tidak memberitahuku jika akan ada tamu hari ini?" tanya seorang remaja berambut pirang dari dalam kereta sembari menyunggingkan senyum. Wajah remaja itu terlihat cantik, dengan kulit yang halus dan lembut. Sebelum Angele dapat melihatnya dengan jelas, Angele mengira bahwa remaja itu adalah wanita. Di belakang pria cantik itu, terdapat sekelompok pengawal yang sedang mengikutinya.     

Sebelum kereta kudanya sempat berhenti, pria muda itu melompat turun. Ekspresi wajah Alford menjadi aneh saat melihat pria muda itu, namun ekspresi tersebut hanya muncul sesaat.     

"Anakku, ayah tidak sempat memberitahumu tentang Tuan Angele. Ayah baru saja melihat laporannya hari ini, dan memutuskan untuk mengundangnya saat itu juga," jawab Alford sambil tersenyum.     

"Namaku Tinos Reed, kau boleh memanggilku Tinos. Selamat datang di Kota Lennon," kata pria berambut pirang itu sembari mengangguk. Angele menyadari ekspresi ketakutan Alford kepada anaknya.     

Entah mengapa, Angele masih tidak percaya jika Tinos adalah seorang pria. Wajah remaja itu sangat feminin, dengan kulit putih yang halus, dan juga rambut pendek yang bersih dan rapi. Ia mengenakan pakaian berburu berwarna hitam yang ketat. Saat ia tersenyum, bibir ungunya terlihat cantik dan menarik, namun terlihat aneh, seakan Angele sedang melihat bunga mawar ungu berduri yang beracun.     

Di belakang Tinos, terdapat dua orang pengawal berbaju zirah kulit. Pengawal pertama lebih tinggi. Terlihat senyum tersungging di wajahnya yang tampan. Rambut putih sebahu tergerai di bahunya. Pengawal pria itu memegang sebilah pisau hitam.     

Pengawal kedua yang sedikit lebih pendek adalah seorang wanita. Wajahnya tertutup topeng hitam. Ia membawa batu kecil di kedua tangannya. Mata dan rambut wanita itu berwarna hitam. Baju zirah kulitnya membuatnya terlihat semakin cantik. Di belakang kedua pengawal itu, terdapat sepuluh pengawal lainnya, dan semuanya adalah lelaki tampan dan wanita cantik.     

"Senang bertemu denganmu, Tuan Tinos," kata Angele sambil tersenyum lembut.     

"Aku langsung meninggalkan kastil setelah mendengar kedatangan Tuan Angele ke Kota Lennon. Sayangnya, ayahku sampai terlebih dahulu," jawab Tinos. Bagi Angele, senyum Tinos sangatlah indah. Berdiri di samping pria itu membuat Angele merasa sedikit iri dan rendah diri. Padahal, sebelumnya Angele tidak pernah peduli dengan penampilan dan wajahnya yang biasa saja.     

"Sebentar lagi hujan akan turun, bagaimana kalau kita lanjutkan pembicaraan di dalam? Kudengar, Tuan Walikota telah menyiapkan makan malam," lanjut Tinos.     

"Baiklah," jawab Alford, dan Tinos mengangguk. Alford berjalan di depan, diikuti oleh Tinos dan Angele. Beberapa pengawal dibubarkan, sementara sisanya mengawal ketiga orang itu ke kastil.     

Angele ingin memastikan kecurigaannya akan perasaan aneh yang ia dapatkan dari Tinos. Pria muda itu berkulit lebih halus dari wanita. Ia juga tidak memiliki kumis atau jenggot sama sekali. Bau wangi khas wanita yang tercium dari pria itu membuat Angele bingung, apa sebenarnya jenis kelamin Tinos? Ia terus meyakinkan diri bahwa Tinos adalah pria.     

Mereka berjalan bersama-sama selama beberapa saat. Angele menyadari bahwa setiap kali ia berjalan mendekati Tinos, pria cantik itu selalu berusaha menjauh, seakan tidak ingin bersentuhan dengan Angele.     

'Zero, periksa kondisi tubuh Tinos, dan konfirmasi jenis kelaminnya,' perintah Angele.     

'Menganalisa… Tinos Reed: Kekuatan 2.0. Kecepatan 2.7. Stamina 2.4. Kekuatan mental 1.2. Mana 0. Kekuatan belum mencapai batas keturunan. Keadaan: Sehat. Jenis kelamin: Laki-laki,' lapor Zero.     

'Jadi dia benar-benar seorang pria… dengan kekuatan setara seorang ksatria tingkat menengah,' pikir Angele. Ia tidak yakin apakah itu kemampuan Tinos yang sebenarnya. Walaupun chip-nya bisa mencari informasi tentang kekuatan seseorang, chip itu tidak dapat mengetahui pengalaman bertarung dan bakat unik seseorang.     

Setelah Angele menjadi semakin kuat, hasil yang ditunjukkan chip-nya menjadi semakin akurat. Saat ini, ia sedang berada 1-2 meter dari Tinos, dan sedang memeriksa kekuatan semua orang di daerah sekitar 5 meter darinya. Kedua pengawal berbaju zirah hitam itu memiliki kekuatan setingkat ksatria dan kecepatan yang tinggi, sementara pengawal lainnya memiliki tingkat kekuatan yang sama dengan orang biasa, bahkan mungkin lebih buruk ketimbang kekuatan para petugas Keamanan Kota.     

Angele tidak menyangka akan melihat banyak sekali petarung setingkat ksatria di sekitar sini. Tempat yang ditinggali orang terpenting di Kota Lennon pastilah memiliki keamanan tertinggi di seluruh kota.     

'Yah, sepertinya Tinos hanya menyukai pria tampan dan wanita cantik. Mungkin ia membenci orang berpenampilan biasa,' Angele membuat kesimpulan. Tuan Alford memiliki kekuatan yang tinggi, sekitar 5.0, namun kecepatannya hanya 0.5, dan daya tahannya hanya sekitar 1.0. Sepertinya ia tidak bisa berjalan, karena ia duduk di kursi roda sepanjang waktu. Kemungkinan besar, ia adalah seorang ksatria tingkat atas, sebelum akhirnya menjadi cacat seperti sekarang.     

Angele juga menyadari bahwa Gerac dan para pengawal berbaju zirah putih lainnya terus menatap para pengawal berbaju zirah hitam milik Tinos. Angele menyadari bahwa ada yang aneh di tempat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.