Dunia Penyihir

Misi (Bagian 1)



Misi (Bagian 1)

0Terdengar suara raungan hewan buas dari laboratorium itu setelah Angele menutup pintu. Ia pun segera meninggalkan lorong itu.     

'Ini terjadi setidaknya satu kali dalam sehari. Efeknya sangat mengerikan,' Angele menggelengkan kepalanya.     

***************     

Satu bulan kemudian...     

Aula penjualan, di bawah tanah.     

Tempat itu penuh kerumunan orang. Hampir semua orang melihat ke arah sebuah dinding batu yang menampilkan informasi tentang misi yang saat ini ditawarkan. Tulisan pada dinding itu terlihat indah seperti lukisan, dan berubah-ubah dalam waktu tertentu seperti slideshow. Kebanyakan murid di sana mengenakan jubah abu-abu. Hanya beberapa yang mengenakan jubah putih dan hitam. Banyak orang yang menyapa orang berjubah putih, namun tidak ada yang mau mendekati orang berjubah hitam.     

Ada yang asyik mengobrol, dan ada juga yang menatap informasi pada dinding itu dengan seksama.     

"Misi tingkat 3! Itu tidak mungkin!" teriak salah satu calon penyihir. Seketika itu pula seluruh ruangan menjadi ramai.     

"Misi ini memberi imbalan yang paling tinggi?" tanya murid lain.     

"Misi tingkat tiga! Mary, kau mau...?"     

"Pemimpin misi ini adalah Khedira..." Sekelompok calon penyihir lainnya mulai berdiskusi.     

Saat mendengar nama itu, seketika semua ekspresi wajah murid berubah suram. Bahkan kelompok yang tadinya berbincang-bincang di sudut ruangan juga terlihat ragu. Di samping mereka, sepasang calon penyihir bergosip tentang Khedira.     

"Aku tidak percaya kalau Master Khedira adalah pemimpinnya. Ia punya potensi tingkat 4, dan baru tahun lalu menjadi penyihir. Ia terkenal sebagai calon penyihir yang sangat hebat. Bagaimana kalau kita ikut saja? Hadiahnya 50 magic stone per orang, dan tidak ada batasan jumlah orang yang bisa ikut," kata salah satu dari mereka.     

"Hadiahnya 50 magic stone, dan tidak ada batas jumlah partisipan... Misi ini pasti sangat sulit dan mungkin bukan untuk calon penyihir muda seperti kita," jawab murid kedua dengan ekspresi ragu.     

Di tengah semua perbincangan itu, Angele mendengarkan dengan teliti. Ia berusaha mencari informasi tentang misi yang bisa membantunya mendapatkan magic stone dengan cepat. Bulan ini, Angele sudah menyelesaikan tiga misi yang cukup mudah, dan ia mendapat 30 magic stone. Namun, ia nyaris mati di salah satunya. Misi tersebut meminta Angele beserta 5 murid lainnya untuk memeriksa pepohonan yang mengering di daerah sekolah, namun misi itu memakan 4 korban luka dan 1 korban jiwa. Walaupun imbalan misi-misi tersebut cukup menggiurkan, resikonya sangat tinggi.     

"50 magic stone..." gumam Angele. Ia tertarik dengan kesempatan untuk mendapatkan banyak magic stone. Walaupun ia sadar jika misi itu akan berbahaya, kemampuan memanahnya sangat hebat, dan kelompoknya akan melindungi penyerang jarak jauh dengan baik. Perlindungan itu membantunya tetap hidup dalam misi. Panahnya akan menjadi semakin cepat dan kuat jika diberi mantra penambah kekuatan     

'Dengan bantuan Zero, aku bisa memeriksa area yang lebih luas daripada calon penyihir pada umumnya. Selain itu, aku bisa kabur dari calon penyihir tingkat 3 jika ia tidak terlalu dekat denganku,' pikir Angele. Seorang pria muda setinggi kira-kira 1.8 meter dan berjubah hitam tiba-tiba masuk ke aula penjualan. Wajahnya tampan, namun ekspresinya dingin. Ia membawa tongkat kayu hitam yang lebih tinggi dari dirinya sendiri.     

"Namaku Khedira. Semuanya, 10 menit yang lalu, tragedi terjadi di kaki Gunung Achslach." Kepala pria itu tertunduk, dan tangannya bergetar menggenggam tongkat hitamnya.     

"Adikku, Asan, seorang calon penyihir tingkat 3 yang berbakat di sekolah ini, dibunuh setelah menyelesaikan misinya," lanjut Khedira dengan nada yang terdengar sangat sedih.     

"Misi ini baru diumumkan setelah aku memohon-mohon kepada para guru." Akhirnya, Khedira berhenti menunduk. Ia memperlihatkan tatapan penuh kebencian, tatapan orang yang haus akan pembalasan dendam.     

"Ada yang tega membunuh adikku! Dia adalah salah satu calon penyihir terbaik di Perguruan Ramsoda, dan pewaris kedua Keluarga Caesar!" Ia melihat ke sekeliling aula. Tiba-tiba, matanya berkilat marah.     

"Tidak peduli siapapun itu, aku akan membalaskan dendam ini kepada pembunuh adikku!" teriaknya dengan mata yang berkilat merah darah. Kemudian, ia cepat-cepat berlari keluar dari ruangan.     

"Seseorang sedang memprovokasi kita!" kata salah seorang murid dengan suara berat.     

"Asan telah tiada... Pasti Keluarga Caesar juga akan mengirim orang untuk memeriksa situasi di sana."     

"Mungkin ada perang saudara antar anggota keluarga mereka. Aku tidak ingin terlibat."     

"Benar, keadaan Keluarga Caesar sekarang kan..." Ruangan kembali riuh dengan suara gosip para murid.     

Angele berdiri di sudut ruangan, mendongakkan kepalanya untuk membaca informasi misi yang terpasang di dinding.     

Pembalasan dendam: Siapapun yang berani bermain-main dengan nyawa dari Perguruan Ramsoda harus mati!     

Imbalan: 50 magic stone biasa.     

Tingkat bahaya: Tinggi     

Batas jumlah partisipan: Tidak ada     

Tulisan di pengumuman itu berwarna merah, seakan mengumumkan keinginan pembuat misi untuk mencabut nyawa pembunuh tersebut. Angele melihat tulisan tersebut sebentar, lalu ia mengambil keputusan. Ia menyentuh pedang crossguard yang tersemat di pinggangnya, dan berjalan ke lorong yang gelap, meninggalkan para murid di aula yang masih bergosip itu.     

**********************     

Sebulan kemudian     

Reruntuhan Kota Tua, di atas Perguruan Ramsoda.     

Hari masih sangat pagi. Angele nyaris tidak dapat melihat matahari terbit di ufuk timur. Di pintu masuk kota tersebut, sekelompok orang berjubah sedang berdiri di jembatan. Ada yang mengenakan jubah abu-abu, dan ada yang mengenakan jubah hitam. Terdapat simbol salib berwarna hitam di bagian belakang jubah mereka. Mereka semua menggunakan tudung jubah itu, hingga menutupi wajah mereka. Sementara itu, pemimpin kelompok itu menggenggam tongkat kayu panjang berwarna hitam, dan seekor burung merpati hitam bertengger di bahu kanannya.     

Pria itu mengetuk tongkatnya ke tanah, tanda agar semua anggota mendengarkannya.     

"Para penerima misi," panggil pria itu dengan suara berat.     

"Aku tidak akan mengulangi seberapa berbahaya misi kita sekarang ini. Gunakan senjata rahasia apapun yang kau simpan. Jika kita berhasil, keluargaku akan melipatgandakan hadiahnya," lanjut pria itu.     

"Melipatgandakan? Keluargamu masih punya magic stone sebanyak itu?" tanya salah satu murid berjubah hitam.     

"Bagaimana kita bisa tahu jika kau tidak membohongi kami?" lanjutnya.     

"Aku mengerti. Sekarang, Keluarga Caesar memang telah melemah, tetapi kita tidak kekurangan magic stone." jawab sang pemimpin dengan santainya.     

"Kami percaya janjimu, Penyihir Khedira. Mari kita teruskan perjalanan kita, jangan menghabiskan waktu," kata seorang penyihir berjubah putih.     

Ketiga orang itu adalah satu-satunya penyihir di antara 10 partisipan di misi ini, sementara sisanya adalah calon penyihir yang hanya bisa mengikuti apapun rencana tiga pemimpin itu. Angele berdiri di tengah barisan, membawa busur logam di punggungnya. Ia berbaur dengan kelompok dan terlihat seperti calon penyihir biasa.     

Tiga kereta kuda berkusir kurcaci kecil datang menjemput mereka. Tiga kurcaci itu memakai baju linen berwarna abu-abu. Mereka terlalu takut untuk bertatapan dengan para penyihir dan calon penyihir di sana.     

Semua mulai menaiki kereta. Angele memilih kereta kedua di tengah, bersama 3 calon penyihir lainnya, satu lelaki dan dua perempuan.     

'Zero, dapatkah kau memeriksa tingkat kekuatan orang-orang ini?' tanya Angele.     

'Dalam batas wilayah pemeriksaan. Memeriksa... Informasi telah ditampilkan di depan Anda,' Angele menutup mata sejenak. Saat ia membuka mata kembali, ia melihat sekumpulan tulisan berwarna biru muda di depan matanya. Pandangannya tertuju ke seorang calon penyihir pria di depannya.     

"Hai, namaku Angele, calon penyihir dari Fakultas Energi Negatif. Aku pandai serangan jarak jauh. Mungkin nanti aku akan membutuhkan perlindunganmu," kata Angele sambil tersenyum.     

"Tentu saja. Jangan khawatir. Kita harus saling tolong-menolong. Namaku Andre, dari Fakultas Mutasi." Remaja itu terlihat kaget. Sepertinya ia tidak biasa berbicara dengan orang lain.     

'Andre. Kekuatan 0.9. Kecepatan 1.1. Daya tahan 3.1. Kekuatan mental 4.7. Calon Penyihir Tingkat 2.' Zero melapor. Semua angka itu tertulis di samping Andre. Angele mencoba menyapa para murid lain, namun mereka terlihat tidak ingin mengobrol. Tujuan perbincangan ini adalah mencari info kekuatan mereka, karena Zero dapat mencari kekuatan orang yang tidak memiliki medan pelindung dalam jarak tertentu. Mereka yang mau mengikuti misi seperti ini biasanya adalah orang miskin yang yakin akan kekuatan mereka sendiri. Bahkan, Zero menemukan benda sihir pada gadis bernama Marylin, salah satu penumpang kereta kuda itu.     

Angele mencoba mencairkan suasana, namun tidak ada yang ingin mengobrol, jadi kereta itu kembali menjadi sunyi. Semua penumpang kereta itu adalah calon penyihir tingkat 2. Marylin sepertinya adalah anggota terkuat di sana karena ia memiliki benda sihir, namun sisanya hanyalah calon penyihir di atas rata-rata seperti Angele.     

Gadis yang kedua bernama Griffia. Di antara kedua gadis itu, tidak ada yang cantik. Marylin sedikit gendut, sementara Griffia terlihat cukup seksi dan menarik di mata kedua lelaki di sana. Andre dan Griffia tidak memiliki benda sihir. Jubah mereka memiliki banyak bekas tambalan, dan mantra pembersih pada jubah itu telah melemah.     

'Mereka miskin sekali," pikir Angele sembari menggelengkan kepala. Namun pada kenyataannya, dirinya pun tidak akan mau membayar 5 magic stone hanya untuk jubah baru. Lebih baik ia membayar 1 magic stone kepada seorang calon penyihir tingkat 3 untuk memperkuat kembali sihir pembersih pada jubah tersebut. Kemungkinan besar, itulah yang dilakukan kedua orang tersebut.     

15 hari kemudian.     

Ketiga kereta kuda memasuki kota kecil saat hari sudah malam. Beberapa orang berpakaian khas bangsawan menunggu mereka dengan sabar dan sopan. Para bangsawan itu menyapa para calon penyihir itu, kemudian mengantar mereka ke sebuah villa pribadi. Mereka beristirahat selama semalam sebelum pergi ke tempat pembunuhan Asan.     

Mereka membutuhkan satu hari untuk mencapai tebing itu. Hari sedang berawan, dan kabut memenuhi lembah.     

Rerumputan layu memenuhi lembah, diselingi oleh pohon-pohon berdaun kecil berwarna hijau. Kabut menutupi gunung di kedua sisi mereka. Bebatuan yang tergeletak di tanah terlihat aneh. Terkadang, suara 'krisik-krisik' terdengar saat hewan kecil melewati rumput. Rumput yang bergerak membuat keberadaan binatang kecil itu diketahui. Di sana, sekelompok pendekar pedang berbaju zirah lengkap menjaga pintu masuk lembah. Seseorang berjubah hitam berjalan mendekati Khedira. Sepertinya ia adalah ketua kelompok itu.     

"Master Khedira, Anda telah sampai. Kami telah menjaga tempat ini agar tidak ada yang keluar, bahkan burung sekalipun," kata pria itu.     

"Bagus, tetap jaga pintu masuk ini. Kita akan masuk dan menyelesaikan masalah ini," Khedira mengangguk. Ketua kelompok itu juga mengangguk, dan melihat para calon penyihir di belakang Khedira dengan rasa hormat sekaligus takut.     

Angele terkejut saat memeriksa tingkat kekuatan ketua pendekar itu. Ternyata, ketua itu adalah ksatria tingkat atas. Setelah memasuki lembah, dia berusaha tetap ada di tengah formasi. Ia menyiapkan panah berbulu hitam sembari memeriksa sekelilingnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.