Dunia Penyihir

Lelang (Bagian 2)



Lelang (Bagian 2)

Perasaan ingin tahu itu sama persis dengan perasaannya saat membaca resep Ramuan Kepekaan untuk pertama kalinya. Tidak ada rahasia pada resep itu sendiri, namun cara penulisan rune dan kata-kata pada resep itu menciptakan ilusi seakan-akan ramuan itu berasal dari zaman kuno.     

Perasaan aneh itu hanya terasa saat membaca tulisan fisik ramuan itu dengan mata kepalanya sendiri, tapi ia tak merasa aneh saat membaca ramuan itu dari memori Zero.     

Angele menatap resep itu selama beberapa saat, namun akhirnya ia meletakkan kembali kertas itu ke dalam buku, dan memasukkan buku itu kembali ke rak-nya sembari menaruh sedikit energi negatif pada buku itu. Energi itu akan memastikan jika hanya para Penyihir yang bisa membuka buku itu tanpa terluka.     

'Tempat ini kurang aman. Mungkin aku harus mencari tempat tinggal baru. Toko ini masih bisa kugunakan untuk menjual ramuan dan mendapatkan uang banyak.'     

Suasana toko yang saat ini ia tinggali sangat tenang, namun kurang aman. Ditambah lagi, ia memiliki banyak peralatan dan bahan-bahan, sehingga ia membutuhkan tempat yang lebih luas.     

Rak buku coklat pada dinding toko itu memiliki dua tingkat. Tingkat pertama berisi buku, sementara tingkat kedua berisi dua buah kotak. Kotak yang kecil berisi mutiara merah hadiah dari misi saat ia masih berada di Perguruan Ramsoda, sementara kotak besar berwarna hitam di sampingnya berukiran garis-garis dan rune aneh.     

Dengan hati-hati, Angele membuka kotak itu. Di dalamnya terdapat dua jantung yang berpendar api hijau dan masih berdetak.     

"Jantung Glowing Elephant… Aku bisa mengubah keduanya menjadi benda sihir, namun sayang sekali jika aku mengubahnya begitu saja. Sepertinya, aku tidak akan bisa menemukan benda seperti kedua jantung ini lagi." gumam Angele. "Kalau saja aku punya cukup informasi, pasti aku bisa mengubah kedua jantung ini menjadi inti familiar-ku."     

Angele menggelengkan kepala dan mengambil kedua jantung itu.     

'Zero, apa jantung ini memiliki kegunaan lain selain untuk membuat benda sihir?' tanyanya.     

'Menganalisa…     

Kegunaan A: Membuat benda sihir tingkat rendah.     

Kegunaan B: Membuat benda sihir sekali pakai.'     

'Benda sihir sekali pakai… Tidak pernah terpikirkan olehku. Apakah benda itu cukup kuat?' tanya Angele.     

'Kekuatannya akan setara dengan 12.7 kali kekuatan benda sihir tingkat rendah.'     

Angele memicingkan matanya. 'Aku akan mencoba membuat satu benda sihir tingkat rendah. Jika aku berhasil membuatnya dalam percobaan pertama, aku akan bisa…'     

'Misi telah dibuat. Waktu: 7.12 hari. Energi yang digunakan: 11.4 derajat. Kekuatan mental yang dibutuhkan: 9.'     

Sepuluh hari kemudian.     

Malam.     

Kereta kuda memenuhi lapangan parkir Pasar Pelelangan Mincola di Kota Lennon, dan terlihat para bangsawan memasuki pasar pelelangan.     

Dua orang pengawal bersenjata lengkap menjaga pintu masuk. Para pengawal di samping mereka, yang terlihat sangat terlatih, membungkuk hormat pada para pembeli yang masuk.     

Kereta kuda putih berhenti di sisi jalan, namun tidak memasuki lapangan parkir. Seorang pria berwajah cantik membuka pintu kereta dan melompat turun. Pria itu mengenakan pakaian hitam, dengan hiasan rantai perak di sisi kanan dadanya – pria itu terlihat pendiam dan lemah lembut.     

Seorang pria berambut cokelat pendek juga melompat turun dari kereta. Pria itu mengenakan kemeja putih yang ketat, seakan ingin menunjukkan ototnya yang kuat. Pria itu melihat sekelilingnya, sementara orang-orang di dekatnya berpaling untuk menghindari kontak mata dengannya. Sangat terasa bahwa pria itu sangatlah berbahaya.     

"Tinos, aku sedang melakukan eksperimen penting, dan 'masalah darurat' yang kau maksud itu adalah sebuah acara lelang?"     

Merasa sedikit kecewa, Angele berhenti melihat sekelilingnya dan menatap Tinos.     

"Kau tahu kan, kita tidak sempat datang ke lelang sebelumnya karena aku terluka parah. Aku tidak akan ketinggalan lelang kali ini." Tinos tersenyum. "Angele, kakakku telah mengurus semua mata-mata dari kelompok Snake of Sand Forest, sehingga properti keluarga mereka dilelang disini. Anggota kelompok itu sangat kaya dan memiliki banyak koleksi. Kukira kau akan tertarik pada salah satu benda itu, jadi aku mengundangmu datang. Hari ini adalah satu-satunya hari di mana kau bisa ikut lelang, jadi ini benar-benar 'darurat'."     

Tinos melihat Angele dan mengedipkan sebelah matanya.     

Angele gemetar dan langsung menjauh dari pria itu.     

"Yah, kuharap begitu. Apa kau menemukan rumah yang cukup bagus untukku?"     

Angele berjalan ke arah gerbang pasar pelelangan itu.     

"Kukira kau sudah lupa tentang itu. Beberapa hari lalu, aku menemukan manor yang cukup murah. Tempatnya terpencil, dan gosip mengatakan bahwa tempat itu berhantu. Banyak yang batal membelinya setelah mendengar gosip itu, jadi harganya cukup murah. Sepertinya rumah itu cocok untukmu," jawab Tinos.     

"Baiklah, akan kubeli," jawab Angele. "Untuk orang biasa, hantu akan menakutkan, namun bagiku tidak ada masalah."     

"Betul," Tinos mengangguk.     

Ia mengejar Angele, dan mereka berdua bersama-sama masuk ke dalam gedung. Beberapa bangsawan di depan mereka berbalik dan menyapa. Tinos sangatlah terkenal di kalangan bangsawan, dan Angele juga menjadi terkenal karena sering berbincang-bincang dengan Harland.     

Tinos cemberut. "Saat kedua Glowing Elephant mengancam keselamatan kota beberapa waktu lalu, hanya para ksatria kerajaan yang menolong, sementara para bangsawan itu tidak membantu, bahkan mereka tidak mensponsori sumber daya untuk misi itu sama sekali! Mereka hanya tahu cara membeli barang mahal untuk hiasan rumah mereka. Tanpa aku dan kakakku, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada kota ini."     

"Di Kota Lennon, ada tiga pemegang kekuatan utama, yaitu aku, kakakku, dan ayahku. Selain kita, ada seorang ksatria kurcaci yang mengetuai infanteri kerajaan, namun ia sama sekali tidak mengirim satu orang prajurit pun. Ia tak mau ada anak buahnya yang terbunuh. Jika aku dan kakakku tidak ada disini, aku yakin bahwa mereka tidak akan bisa melawan gajah itu sendiri."     

Setelah misi itu, Tinos menjadi lebih dekat dengan Angele dan sering mengajaknya berbincang-bincang tentang berbagai macam hal.     

"Benarkah?"     

Sebelumnya, Angele tidak mengerti mengapa mereka mengirim kelompok kecil untuk menangani kedua hewan berbahaya itu. Sepertinya, para prajurit mengira jika misi itu sangat mudah. Mungkin mereka terlalu bergantung pada Harland, atau Harland hanya mengajak orang-orang tertentu yang mau ikut, sehingga kemungkinan besar Harland tidak memiliki kendali atas seluruh prajurit kerajaan.     

Mereka berjalan melewati lorong. Lantai lorong itu dihias dengan karpet merah, dengan lampu-lampu minyak tergantung di kedua sisi dinding. Lampu-lampu minyak berbahan bakar lemak padat itu cukup untuk menerangi seluruh tempat itu.     

Angele dapat mencium bau dupa di udara.     

Setelah berjalan melewati lorong, mereka tiba di sebuah aula besar.     

Aula itu sedikit ramai karena banyaknya orang-orang yang sudah duduk di barisan kursi merah yang telah disediakan. Tempat itu diterangi oleh lampu-lampu kristal yang tergantung di langit-langit ruangan.     

Di samping panggung lelang, terdapat penanda besar bertuliskan "Lelang Mincola" dalam bahasa Anmag. Tulisan itu terlihat indah, menunjukkan bahwa mereka meminta seseorang untuk membuat tulisan itu dengan cara tertentu.     

"Ayo kita pergi ke ruangan pribadiku."     

Tinos mengajak Angele berjalan ke kiri, melewati pintu, dan menaiki tangga. Mereka naik dua lantai, dan berjalan sampai ke pintu di ujung ruangan. Di depan pintu itu, seorang pelayan berbaju merah telah menunggu, dan ia membungkuk hormat saat melihat Angele dan Tinos mendekat.     

"Hanya aku yang bisa memasuki ruangan ini," kata Tinos sambil menyunggingkan senyum.     

Mereka memasuki ruangan, dan Angele melihat bahwa mereka sedang berada di tepi kiri atas aula. Mereka berdua dapat melihat seluruh sisi aula dengan mudah dari dinding kaca yang luas di depan mereka.     

Dalam ruangan itu, terdapat sebuah sofa besar, ditemani dengan beberapa kursi kulit berwarna merah. Karpet putih berkualitas tinggi menghiasi lantai, sementara tiga batang dupa menyala di tengah meja persegi. Bau dupa itu membuat ruangan menjadi wangi.     

"Kau suka? Kau bisa melihat seluruh aula dari sini," Tinos tertawa seraya duduk di sofa.     

Pelayan itu membawakan air dan wine buah berkualitas tinggi. Ia membungkuk hormat dan segera meninggalkan ruangan setelah meletakkan semua itu di meja. Angele menuangkan sedikit wine ke gelasnya dan menggoyangkan gelas itu perlahan. Wine itu berwarna hijau, beraroma berbagai macam buah, dan telah dipanaskan oleh pelayan itu untuk melawan dinginnya musim gugur. Minuman seperti itu cocok diminum di hari yang dingin seperti ini.     

"Ada alasan lain mengapa aku memintamu kesini." kata Tinos, dengan senyum misterius tersungging di wajahnya. Ia meregangkan kakinya dan bersantai di sofa. Entah mengapa, Angele tidak dapat berhenti menganggapnya sebagai seorang wanita.     

Lagi-lagi, perasaan aneh dan tidak nyaman itu muncul, sehingga Angele memutuskan untuk berhenti menatap pria cantik itu.     

"Apa maksudmu?"     

"Dua keluarga akan bertarung memperebutkan nama mereka disini. Cerita tentang cinta dan kebencian ini hampir selesai. Dua keluarga itu saling bermusuhan, tapi anak-anak mereka saling mencintai." Tinos tertawa.     

"Seorang pewaris muda dari salah satu keluarga memutuskan untuk mengorbankan nama keluarganya demi gadis yang ia cintai, namun ia gagal, sehingga namanya dihapus dari silsilah keluarga. Namun, pria muda itu mengambil dan menjual benda paling berharga milik keluarganya ke pelelangan ini. Sementara itu, keluarga gadis itu membutuhkan benda yang dilelang pria tersebut. Sepertinya, gadis itu akan berusaha menyelamatkan pacarnya dari bahaya. Ia akan meyakinkan pemuda itu untuk membatalkan pelelangan barang itu, namun keluarga gadis itu telah membuat banyak jebakan di sekitar sini. Sangat mengharukan…" Tinos pura-pura mengusap air mata dengan ekspresi kesedihan yang palsu.     

"Iya, iya. Cerita cinta yang mengharukan. Sangat indah sekali."     

Angele terdiam. Ia berdiri dan berjalan ke arah kaca untuk memeriksa situasi di bawah sambil meminum wine. Rasa manis berbagai jenis buah-buahan bercampur pada minuman itu, sementara teksturnya lembut seperti sutra hingga tidak terasa saat ditelan.     

Angele menutup matanya dan menikmati rasa seperti sari apel itu.     

"Aku tidak peduli tentang hal-hal seperti itu. Aku hanya ingin mencari benda yang berguna bagiku."     

"Jangan khawatir, kau akan menemukannya," Tinos menguap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.