Dunia Penyihir

Dragon Scale Flower (Bagian 2)



Dragon Scale Flower (Bagian 2)

0Si pemilik hanya meminta sedikit pecahan magic stone, namun Angele tidak tahu jika magic stone bisa dibagi menjadi beberapa pecahan. Pemilik itu kemudian menanyakan data diri Angele dan segera berlari keluar toko. Setelah setengah jam, wanita paruh baya itu kembali dengan kartu identitas dan kontrak kepemilikan di tangannya.     

Wanita itu menyerahkan kartu identitas tersebut, dan meminta Angele untuk menandatangani kontrak. Setelah semuanya selesai, ia segera berlari pergi dengan pegawainya seakan-akan tempat itu berhantu. Angele tidak tahu apakah ia telah ditipu atau tidak, namun ia tidak percaya akan mendapatkan kartu tanda identitas semudah ini.     

Menurut informasi dari Dunleavy, mendapatkan izin tinggal dan kartu tanda penduduk di sini sangatlah sulit. Angele mengerti, magic stone berharga sangat mahal, namun ia tidak menyangka akan mendapatkan kartu identitas dan surat kepemilikan toko hanya dengan sekeping pecahan magic stone biasa.     

"Keluar!" teriak seorang pria. Angele mendongak dan melihat lima orang pria kekar berotot berdiri di depan pintunya. Mereka membawa pisau dan kapak, dan badan mereka berbau keringat bercampur bau busuk lainnya.     

"Siapa kalian?" Angele mengernyitkan alisnya.     

"Kau pemilik baru tempat ini?" Seorang pria berkulit gelap dan berbekas luka di wajahnya maju dan bertanya. Pria itu terus mengayunkan kapaknya untuk memamerkan kekuatannya,     

"Iya," Angele mengangguk.     

"Bagus, kau tahu aturannya, kan?" tanya pria itu.     

"Aturan? Aturan apa?" Angele mengernyitkan alisnya.     

"Bayar kami 20 koin emas per bulan dan tokomu akan baik-baik saja," kata pria itu seraya berjalan masuk ke toko.     

"20 koin? Baiklah." Angele mengangguk. Ia adalah orang baru, jadi ia tidak ingin mencari masalah. Ia masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi.     

"Dan, karena kau pendatang baru, kau harus membayar lebih banyak. 2000 koin emas, satu kali pembayaran." Melihat Angele langsung setuju untuk membayar 20 koin emas per bulan, mereka menjadi lebih serakah.     

"2000?" tanya Angele dengan raut wajah kecewa.     

"Ya. Kenapa? Kau tidak mau berurusan dengan kami, kan?" Pria itu mengangkat kapaknya tinggi ke udara, dan teman-temannya tertawa penuh hinaan melihat keadaan Angele.     

"Anak muda, bayar saja dan kami akan melindungimu. Tapi, jika kau tidak membayar..."     

"Cepatlah!"     

"Kau punya pedang, namun kau sama sekali tidak terlihat seperti seorang petarung," mereka mulai berteriak. Bagi Angele. 20 koin emas itu wajar, namun 2000 koin emas adalah jumlah yang terlalu banyak. Sadar bahwa para preman itu sedang mengancamnya, Angele melihat keluar lewat lemari kaca, dan ternyata tidak ada orang lain di sana.     

"Kusarankan kalian untuk pergi sekarang, dan aku akan melupakan apa yang terjadi hari ini." Angele menatap mereka dan berkata dengan suara yang berat dan mengancam.     

Mereka tidak menyangka, anak muda seperti Angele berani mengancam mereka. Ketua preman melihat pedang yang tersemat di pinggang Angele dengan teliti. Ia melihat noda darah di sarung pedangnya, dan ekspresinya berubah saat ia sadar jika kemungkinan besar Angele memiliki kemampuan bertarung.     

"Berandalan kecil! Berani sekali kau mengancam kita! Kita adalah anggota Pedang Roddie, kau tahu kan?"     

"Ayo kita hajar saja dia!"     

"Dia harus tahu, siapa yang berkuasa disini!" teriak preman lainnya. Mereka tidak melihat ekspresi pemimpinnya dan terus berteriak.     

Angele tiba-tiba bergerak maju, mencekik leher salah satu preman, dan melemparkannya ke dinding hingga pingsan seketika, sementara para preman yang lain masih kebingungan. Salah satu anggotanya tiba-tiba ditarik dan dicekik Angele hingga tidak sadarkan diri.     

Angele bergerak dengan kecepatan seorang ksatria, jadi para preman itu tidak mampu melawannya. Tanpa membuang waktu, ia mengalahkan empat orang lainnya saat itu juga, hingga mereka berguling dan meringis kesakitan     

"Berikan padaku semua uangmu," kata Angele kepada ketua preman. Angele telah mencoba untuk tidak terlibat masalah, namun karena ia telah mengalahkan mereka, ia memutuskan untuk mengumpulkan uang jajan juga.     

"Beraninya kau! Kau tahu kan, kami dari kelompok Pedang Roddie?" tanya sang ketua sambil menatap Angele.     

"Ya, dan aku tidak peduli. Kau sadar kalau kau tidak akan menang melawanku." katanya dengan nada mengejek, seraya menendang pinggang pria itu.     

Pemimpin preman itu meringis dan menggelinding kesakitan di lantai, sementara Angele mengambil kantong kulit berwarna hitam yang dijatuhkan pria itu. Di dalam kantong itu terdapat 40 koin emas, beberapa koin perak, dua butir bola berwarna kuning seukuran telur yang terlihat aneh, dan berbagai macam benda lainnya.     

Angele menyadari bahwa koin emas di tempat ini lebih ringan daripada di negara asalnya. Ia juga mengira jika bola itu terbuat dari lumpur. Ia mengambil satu butir bola kuning itu dan meremasnya.     

'Hmm? Aneh,' pikir Angele, setelah merasakan permukaan halus dan bau obat-obatan dari bola itu. Namun, ia semakin terkejut setelah menyadari bahan pembentuk benda itu.     

'Tidak mungkin...' pikirnya.     

'Zero, bandingkan aroma ini dengan aroma yang tersimpan dalam data,' perintah Angele.     

'Membandingkan...'     

'Perbandingan selesai. Hasil: 94% Rubra. 79% Viper Skin Grass. 79% Dragon Scale Flower. 13% Lizard Flower." jawab Zero, setelah beberapa menit.     

'Sudah kuduga... Jika benda ini mengandung Dragon Scale Flower, pasti itu adalah Rubra yang asli, yang dapat digunakan untuk menambah kekuatan mentalku. Dan jika ada Dragon Scale Flower yang tumbuh di sekitar kota ini, maka aku bisa membuatnya sendiri.' Angele tersenyum setelah memikirkan hal tersebut.     

Pemimpin para preman itu masih tersungkur di tanah sambil menatap Angele dengan penuh kebencian, namun Angele menjadi gembira setelah menemukan informasi yang dibutuhkannya dalam kantong pria itu.     

"Di mana kau menemukan ini?" tanya Angele sambil menyembunyikan kegembiraannya.     

"Jika kau berani menyentuh bos-ku lagi, aku akan..." teriak seorang preman yang tersungkur di samping ketuanya. Tanpa basa-basi, Angele menendang kepala penjahat itu, hingga ia terlempar keluar dari toko. Ia tak bergerak lagi setelah menghantam tanah, dan darah mengucur dari kepalanya. Tidak ada yang tahu apakah preman itu masih hidup atau tidak.     

Semua preman lain terdiam setelah melihat apa yang baru dilakukan Angele, dan sang ketua pun terlihat ketakutan.     

"Ini adalah barang curian salah satu anak buahku. Dia mencuri satu kantong barang dagangan, dan ini salah satu benda yang ia temukan di dalamnya," kata pemimpin penjahat itu sembari memandang Rubra yang ada di tangan Angele.     

"Apakah kau melihat bunga dengan kelopak putih dan putik hitam?" tanya Angele.     

"Iya! Aku melihatnya!" Sang pemimpin mengangguk dengan terburu-buru.     

"Berikan padaku." Angele sangat gembira, namun ia berusaha untuk tidak menunjukkan itu pada mereka.     

"Tidak kubawa... Aku meninggalkannya di rumah," jawab sang ketua.     

"Semuanya, berdiri, dan bawa aku ke rumah kalian," Angele memandang sekelilingnya untuk memastikan tidak ada yang kabur. Dia tidak tahu, siapa sebenarnya kelompok Pedang Roddie itu, namun jika salah satu dari mereka memanggil bala bantuan, ia akan mendapat masalah.     

Jika ia mampu menemukan bunga itu, Angele akan mampu meracik Rubra sendiri. Dragon Scale Flower adalah bahan yang paling sulit untuk dicari, namun sisanya sangat mudah dicari. Rubra dapat membantunya agar mencapai tingkat 3 dua kali lebih cepat, dan akan masih sangat berguna bahkan setelah ia mencapai tingkat 3.     

Ia hanya pernah melihat Dragon Scale Flower itu satu kali, saat salah satu guru di Perguruan Ramsoda menunjukkannya pada mereka di kelas. Jika tidak, Angele tidak akan bisa merekam dan mengetahui informasi bunga itu dengan bantuan Zero.     

Para preman itu bangkit berdiri, dan mengangkat anggota mereka yang tidak sadarkan diri, sementara Angele mengambil tas berisi barang-barang penting itu dan mengikuti mereka masuk ke dalam gang itu.     

Setengah jam kemudian, mereka sampai di rumah sang ketua.     

"Kita sampai," kata ketua preman itu dengan santai. Nyaris tidak ada orang di sekitar sini, namun terkadang ada pelacur berdandanan norak yang berjalan ke sana kemari, dan pria mabuk yang menyanyi aneh. Lantainya becek, penuh lumpur lengket, dan berbau busuk.     

"Kalian semua, masuklah." Tatapan Angele tertuju pada ketua preman, dan semuanya berjalan masuk ke dalam bangunan kecil itu. Mereka berjalan ke kamar yang sangat berantakan, dan ketua itu mengambil sekuntum bunga dengan kelopak putih dan putik hitam dari sebuah tas kecil.     

"Itu dia!" teriak Angele.     

"Ini... Ini yang kau mau?" Sang ketua menatap Angele dengan heran.     

"Berikan padaku," kata Angele.     

Ketua preman tiba-tiba menatap ke arah belakang Angele. Matanya terbelalak ketakutan. Angele terlalu gembira hingga ia lupa memerintahkan Zero untuk melaporkan apa ada orang di belakangnya, dan ia langsung membalikkan badan ke arah sana. Saat menyadari rencana sang ketua, dia sudah terlambat.     

Ketua preman itu memasukkan bunga tersebut ke dalam mulutnya dan menelannya. Mereka tersenyum seakan bangga akan apa yang baru saja dilakukannya.     

"Keparat kau!" bentak ketua itu sambil mundur.     

"Kandra, bunuh dia!" lanjutnya.     

Seorang pria melompat masuk dari jendela dan mencoba menyerang Angele. Sementara itu, kegembiraan Angele berubah menjadi murka bagai api neraka.     

"Tidak! Bungaku! Kau akan merasakan akibatnya! Dasar kecoa!" Dahi Angele berdenyut dan panas karena amarah.     

"Beraninya kau!" lanjutnya.     

Angele tidak pernah semarah ini sebelumnya. Dragon Scale Flower itu, yang dianggap sangat langka dan berharga lebih dari seribu magic stone biasa, hilang begitu saja ditelan oleh preman itu. Padahal, bunga itu dapat diracik menjadi banyak Rubra,.     

Amarahnya terus mendidih. Ia tidak menyangka jika seorang preman tak berkelas seperti itu berani sekali melakukan hal seperti ini. Selain itu, Zero tidak mendeteksi pria yang melompat ke tempat tidur tadi. Ia pasti bersembunyi dengan sangat baik.     

"Matilah kau!" teriak Angele. Suaranya bergema di seluruh ruangan.     

'Rencana pembunuhan dimulai. Memperkuat dan menyelaraskan panca indera. Sasaran dikunci.' lapor Zero. Mata Angele bersinar biru, dan pendar cahayanya menerangi seluruh ruangan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.