Dunia Penyihir

Pertemuan (Bagian 2)



Pertemuan (Bagian 2)

0Sebenarnya, jalan itu cukup ramai, namun tidak ada yang berhenti untuk menolong Angele. Angele sendiri tidak berharap ada yang akan menolong orang asing seperti dirinya, tapi akhirnya karavan Avril datang. Gadis kecil itu tersenyum riang saat melihat Angele siuman.     

"Sebetulnya, banyak orang yang melihatku tersungkur di sana, namun tidak ada yang mau membantuku. Hanya seorang putri cantik sepertimu yang memiliki kebaikan hati untuk membantu orang asing," kata Angele sambil menyunggingkan senyum. Gadis itu pun ikut tersenyum gembira.     

"Aku hanya melakukan hal yang seharusnya kulakukan..." Wajah gadis berumur 11 atau 12 tahun itu memerah. Mereka berbincang-bincang selama beberapa saat, sebelum Avril menyadari jika Angele masih terlalu lemah.     

"Kau terluka parah, dan lukamu terkena infeksi. Demammu juga belum turun. Istirahatlah, kita akan lanjutkan pembicaraan kita nanti," kata Avril dengan ramahnya, kemudian ia memerintahkan kedua pengawal untuk keluar dari kereta agar Angele bisa beristirahat.     

Kereta itu menjadi sepi setelah Avril menutup pintu, dan Angele berbaring dengan wajah yang kelelahan.     

'Periksa kondisi tubuhku,' perintahnya sembari menarik nafas.     

'Anda terinfeksi oleh bakteri yang jenisnya tidak diketahui. Infeksi telah terkontrol dengan penggunaan obat yang efektif. Saat ini, tubuh Anda lemah karena terkena flu yang tidak diketahui. Anda akan sembuh dalam 5 hari dan 14 jam,' lapor Zero.     

'Kapan aku setidaknya bisa bergerak normal?' Ini sangat penting, karena jika ia tak bisa bergerak, ia tidak akan bisa melindungi diri saat terancam. Sekarang ini, ia terlalu lemah. Mengambil senjata saja tidak bisa, apalagi melindungi diri. Infeksi dan demam ini membuatnya jauh lebih lemah ketimbang orang normal.     

'Jika Anda beristirahat cukup dan makan teratur, Anda akan sembuh dalam waktu sekitar 41 jam dan 23 menit,' jawab Zero.     

'Lama sekali...' Angele menghela nafas.     

'Satu pukulan dari calon penyihir tingkat 3 saja membuatku hampir mati. Aku harus menjadi lebih kuat...' pikirnya.     

****************************************************     

Setelah karavan Avril pergi dari tempat itu.     

Seekor rusa betina muda perlahan-lahan mendekati tempat Angele tersungkur, dan mengendus daerah itu, sementara seekor burung hantu berbulu putih terbang mendekati rusa itu dan hinggap di atas ranting. Bulu burung itu seputih salju, namun matanya sangat dalam dan gelap.     

"Penyihir Renee, ini akhir dari jejaknya. Sihir pelacak tidak lagi bisa digunakan," kata burung hantu dengan suara lelaki tua. Rusa itu mengitari daerah tersebut selama beberapa saat, lalu ia melihat ke arah burung hantu.     

"Berdasarkan baunya, dia adalah calon penyihir yang kabur dari Perguruan Ramsoda. Dia beruntung bisa membunuh Bahamut. Jika jejaknya hilang, tidak ada yang bisa kita lakukan. Lagipula, kematian Bahamut tidak akan mengubah rencana kita," jawab rusa itu.     

"Kita harus berhenti mengurusi hal-hal yang tidak penting seperti ini," kata burung hantu.     

"Masih belum waktunya kita melanggar Perjanjian Grimgar. Kelompok Catherine sudah sampai di tempat tujuan. Kita tidak boleh membiarkan para petarung Ramsoda hidup," lanjutnya.     

"Waki mengirim pesan dari Akrilik. Katanya, Liliado sedang membuat Celah Sihir baru," jawab si rusa.     

"Iya, kita harus membantu Aliansi Utara menyelesaikan semua ini. Sepertinya, Liliado sudah tahu apa yang terjadi. Santiago juga telah mengirim beberapa penyihir mereka ke sini," kata si burung hantu.     

"Kita akan merebut Mutiara Bayangan kali ini, walaupun kita dihadang oleh banyak musuh!" mata rusa itu berkilat.     

***********************     

Kedua bulan bersinar, ditemani bintang-bintang dan awan yang perlahan-lahan bergerak mengarungi langit malam. Angele masih berbaring di tempat tidurnya, sembari memakan daging kering dan meminum airnya secara perlahan.     

Angele bisa mendengar suara api unggun di luar dan melihat api melalui jendela, Ia pun mencium aroma sup daging yang sedang dimasak. Lalu, ia memandang daging kering di tangannya, dan memutuskan untuk tidak meminta makanan. Hanya Avril yang memperlakukannya dengan baik di kelompok ini.     

Anggota lainnya masih tidak setuju, dan memperlakukannya dengan dingin. Setelah mendengar obrolan mereka tadi, ia tahu bahwa Avril memaksa mereka untuk menggunakan obat Anti Infeksi yang sangat mahal, sehingga ia bisa sembuh dengan cepat. Mereka berencana untuk menurunkan Angele di sisi jalan setelah ia bangun, namun lagi-lagi, Avril tidak mengijinkannya.     

Di luar kereta kuda itu, pengawal yang sebelumnya duduk di dekat api unggun tiba-tiba berdiri.     

"Hei, Gandhi, kau mau ke mana?" tanya seorang pengawal.     

"Sebentar lagi giliranku menjaga," Gandhi tersenyum dan menepuk pedang panjang yang tersemat di pinggangnya.     

"Jangan berjalan terlalu jauh," kata Dunleavy, sembari duduk di dekat api unggun dan meminyaki pedang crossguard-nya     

Gandhi berjalan ke belakang kereta, sembari melihat-lihat sekeliling perapian dan kereta untuk memastikan bahwa tidak ada yang melihatnya. Dia memelankan langkahnya, dan mengendap-endap mendekati kedua kuda kuat berwarna hitam di belakang. Wajahnya terlihat gembira saat ia melihat kuda-kuda itu membawa banyak barang. Ia berpikir bahwa mungkin ada barang berharga di dalamnya.     

Dia membuka semua kantong yang ada di kuda itu, dan menemukan kantong kecil yang berisi benda-benda Angele yang terpenting. Di sana, terdapat mutiara merah, Ramuan Pembeku Darah, buku meditasi, dan sebotol Ramuan Timah Hitam. Sekarang, benda-benda itu adalah bekal terpenting Angele.     

Gandhi mengelus kantong kecil itu dan tertawa.     

"Ketemu!" gumamnya lirih.     

*******************************     

Di dalam kereta pertama.     

"Ayah, aku mau berjalan-jalan keluar," kata Avril sembari mencari ikat rambut di mejanya untuk menguncir rambutnya.     

"Tinggallah di kereta, jangan ke mana-mana," kata ayahnya dengan suara yang merdu.     

"Aku akan kembali dalam 10 menit." Avril tidak peduli. Setelah menemukan ikat rambutnya, ia menguncir rambutnya, lalu ia melompat keluar dari kereta.     

"Avril..." kata ayahnya sembari melihat ke arah istrinya. Anak mereka membuat semua orang pusing.     

Avril melihat orang-orang yang sedang mengobrol di sekitar api unggun, jadi ia ingin ikut mengobrol. Namun, tiba-tiba ia berhenti. Pikirannya tertuju kepada Angele, remaja berusia 15 tahun yang baru saja diselamatkannya.     

"Dia tidak terlalu tampan, namun dia terlihat pintar," gumam gadis itu.     

"Ini pertama kalinya aku meninggalkan rumah. Aku merasa seperti putri di negeri dongeng." Avril bersenandung, menunjukkan kegembiraannya, dan berjalan dengan cekatan ke kereta kedua. Tiba-tiba, ia melihat seseorang mengendap-endap di sekitar dua kuda di belakang. Ia tak mengetahui apa yang dilakukan pria itu.     

"Gandhi?" Avril langsung mengenal orang itu.     

"Apa yang kau lakukan!" bentak gadis itu.     

Gandhi sangat terkejut saat mendengar seseorang memanggil namanya. Ia berbalik, dan melihat Avril mendekatinya, sehingga ia menjadi panik dan takut jika tuannya mengetahui ia sedang mencuri. Wajah Avril terlihat dingin saat menyadari apa yang sedang dilakukan pengawalnya.     

"Gandhi, kau tahu apa yang telah kau lakukan, kan?" tanya gadis itu.     

"Aku tidak melakukan apa-apa," Gandhi berusaha tersenyum.     

"Terserah kau saja. Kenapa kau jauh sekali dari perkemahan? Jangan berjalan jauh-jauh." Avril tersenyum.     

"Kau tidak akan kulaporkan pada Ayah jika kau pergi sekarang," lanjutnya.     

"Terima kasih... Aku akan pergi sekarang." Gandhi belum membuka tas itu. Dia tersenyum dan berjalan pergi.     

Avril menata kembali kantong-kantong pada kuda itu dan berjalan masuk ke kereta kedua.     

Angele mendengar Gandhi ingin mencuri barang-barangnya, namun ia masih terlalu lemah dan tidak bisa bergerak. Ia harus menunggu selama dua hari untuk mengambil barang-barang berharganya. Barang itu tentu saja akan dicuri jika Avril tidak menghentikan Gandhi.     

"Bagaimana keadaanmu?" Avril membuka pintu dan berjalan masuk ke dalam kereta.     

"Baik-baik saja, karena bantuanmu." Angele menyukai gadis yang baik hati itu, dan ingin berterima kasih atas bantuannya.     

"Apa nama lengkapmu? Namaku Angele, Angele Rio," dia memperkenalkan diri.     

"Namaku Avril Zolota Hasrim. Apa nama tengahmu?" tanya gadis itu dengan penuh rasa ingin tahu.     

"Tidak ada nama tengah dalam tradisi daerah asalku," Angele mengangkat bahunya, salah satu gerakan mudah yang ia bisa lakukan sekarang.     

"Kukira kau dari Ramsoda?" tanya Avril.     

"Tidak, aku dari negeri seberang. Kau mau ke mana?" Angele tersenyum.     

"Kota Lennon, kami harus mengantar kakek kembali ke teritori kita. Dia sakit, dan sakitnya semakin parah." jawab Avril dengan jujur. Ekspresi wajahnya sedih. Mereka berbincang-bincang selama beberapa lama. Angele berkata bahwa ia tersesat dan terluka oleh penjahat. Ia pun menceritakan tujuannya ke Kota Lennon dan tentang negara asalnya. Mereka sangat menikmati pembicaraan itu.     

Avril ingin terus mengobrol dengan Angele, namun seseorang memanggil gadis itu dari luar kereta, sehingga ia harus segera pergi. Setelah gadis itu keluar, akhirnya Angele mendapatkan kesempatan untuk bermeditasi. Dia harus bermeditasi setiap hari, dan merahasiakan apa yang sedang ia lakukan.     

Beruntung, ia tidak harus bermeditasi dalam posisi tertentu. Ia bisa bermeditasi sambil berbaring di tempat tidur, sehingga orang lain akan mengira jika ia sedang tidur. Saat ini, Angele tidak tahu apa opini penduduk lokal tentang penyihir, terutama penyihir dari Perguruan Ramsoda, yang terkenal dengan Nekromansinya. Untuk saat ini, ia memutuskan untuk tidak memberitahu siapa-siapa tentang statusnya sebagai calon penyihir untuk menjaga keselamatan dirinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.