Dunia Penyihir

Sihir (Bagian 2)



Sihir (Bagian 2)

0Jika pola mantra adalah mesin, partikel energi adalah bahan bakarnya. Keduanya digabungkan untuk menghasilkan tipe energi baru. Itulah dasar dari semua mantra yang ada. Riset mengenai mantra masih terus berlanjut hingga sekarang, mulai dari perbedaan efek yang dihasilkan oleh pola yang berbeda, berkurangnya partikel energi setelah proses perubahan, kekuatan hasil akhir mantra, dan kekuatan mental yang diperlukan untuk membuat pola mantra tertentu. Faktor-faktor itu menentukan kekuatan seorang penyihir ataupun calon penyihir dalam menggunakan sihir. Jika seseorang bisa menggunakan sihir, bukan berarti ia bisa mengontrol sihir yang dihasilkan dengan baik, sehingga hampir semua mantra yang diketahui sekarang adalah hasil pembaharuan para penyihir generasi terdahulu.     

Selain belajar di kelas, Angele juga membantu gurunya menata lab, membersihkan ruangan percobaan sihir, membantu membuat ramuan, dan merawat tanaman langka di taman. Namun, perkembangan Angele menjadi lambat, karena Master Liliana tidak ingin mengajarkan terlalu banyak dalam satu hari. Walaupun dia memiliki waktu luang setelah kelas selesai dan bisa mengerjakan semua kewajibannya yang lain, dia masih membutuhkan waktu 4 bulan untuk memasukkan partikel energi ke dalam tubuhnya selama meditasi. Dengan bantuan Zero, kecepatannya menjadi dua kali lebih cepat.     

********************     

"Kelas pertama untuk hari ini adalah Teori Umum, diajarkan oleh Master Angelina," oceh seorang gadis berambut panjang berwarna cokelat yang duduk di samping Angele     

"Teori Umum itu sangat membingungkan. Aku tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Master Angelina," kata seorang remaja lelaki yang duduk di samping gadis itu. Ia berambut hitam dan berkacamata. Mereka bertiga duduk di ujung ruangan, membentuk kelompok tersendiri seperti halnya murid-murid lain di sekolah itu.     

"Ansett, mengapa Master Angelina mengenakan jubah putih, sementara guru lainnya mengenakan jubah hitam?" tanya Angele.     

"Itu menunjukkan spesialisasi mereka, energi positif atau energi negatif," jawab Ansett. Gadis itu terlihat biasa saja, namun rambut panjangnya yang berwarna cokelat dan tubuhnya yang seksi membuatnya terlihat menarik.     

"Guru spesialis energi negatif harus mengenakan jubah hitam, sementara guru spesialis energi positif harus mengenakan jubah putih. Kau dari luar negeri dan tidak pernah dengar aturan ini?" tanya lelaki berambut hitam dan berkacamata itu.     

"Nyaris tidak ada penyihir di daerah asalku. Bagaimana bisa aku mendapat informasi seperti itu?" Sistem pembelajaran di sini sangat mirip dengan universitas di bumi. Namun, Angele tidak dapat mengambil kelas selain kelas gratis yang ditawarkan karena ia tidak memiliki magic stone seperti murid-murid lain di sekolah ini, yang setidaknya punya satu magic stone.     

Magic stone, batu hitam yang mirip permata dan penuh energi spesial yang menambah kekuatan mental, adalah alat tukar utama di sekolah ini. Jika seorang calon penyihir terus mengambil berbagai kelas, dia akan terus mendapatkan banyak pengetahuan dan kemampuan membuat pola mantra dan kemampuan menyihirnya akan bertambah, sehingga kemungkinan besar ia akan menjadi penyihir sejati. Angele hanya mengambil satu kelas, sehingga ia merasa sedikit gelisah.     

Di satu sisi, Angele tidak belajar sendirian, dan chip-nya membuat kecepatan pemahamannya dua kali lebih cepat ketimbang murid-murid lain, yang kecepatan belajarnya tergantung kemampuan mereka sendiri. Namun, di sisi lain, Angele tidak memiliki magic stone, sehingga ia tidak bisa mengambil kelas lain.     

"Angele, kudengar kau nyaris menjadi calon penyihir tingkat 2. Benarkah?" tanya Ansett.     

"Benar, sedikit lagi." Angele mengangguk. Tidak ada gunanya menyembunyikan hal itu. Para guru bisa melihat tingkat seorang calon penyihir dengan mudah hanya dengan melihatnya karena hanya seorang penyihir yang bisa melindungi diri dari pencari informasi dengan menciptakan medan pelindung di sekitar mereka.     

"Dan kau masih berumur 14 tahun... Cepat sekali," kata Ansett dengan kagum.     

"Aku sudah menghabiskan waktu lama untuk naik ke tingkat dua. Hanya saja sekarang aku sudah dekat." jawab Angele. Dia tidak akan pernah mengakui jika ia baru saja mulai bermeditasi satu tahun yang lalu.     

"Aku juga nyaris tingkat dua." kata lelaki berkacamata itu dengan tenang.     

"Angele, kudengar kau butuh magic stone, kan? Aku punya lebih saat keluargaku mengirim perbekalan. Bagaimana kalau kau kuberi satu, dan kau mengajari aku Teori Umum?" lanjutnya.     

"Magic stone? Manas, kau serius?" tanya Angele.     

"Iya, serius. Pemahamanmu dalam Teori Umum jauh lebih baik dariku. Aku butuh bantuanmu karena aku tidak paham beberapa struktur dasar teori." Manas menjawab santai.     

"Aku tidak seberbakat kalian berdua, jadi aku harus berusaha keras," lanjutnya.     

"Baiklah, lagipula aku juga membutuhkan magic stone." kata Angele. Di sekolah ini, barter adalah hal yang wajar. Para penyihir jarang berteman dekat walaupun suka bertukar barang. Walaupun magic stone adalah benda yang sulit didapat orang biasa, Manas bisa mendapatkannya dengan mudah dengan bantuan keluarganya yang kaya.     

"Aku akan memberimu satu magic stone juga, sebagai imbalan mendengarkan penjelasanmu bersama Manas. Aku tidak mau ketinggalan pelajaran," ujar Ansett setelah mendengar perkataan Manas. Angele pun tersenyum. Tidak seperti Angele yang mampu mencatat semua perkataan guru dengan chip-nya, murid-murid lain tidak bisa mencatat secepat itu. Jika mereka melewatkan sesuatu, sangat sulit bagi mereka untuk memahami materi. Kesibukan para guru dalam penelitian mereka sendiri membuat mereka hanya peduli kepada uang yang dibayarkan sekolah untuk mengajar, sehingga mereka akan langsung meninggalkan kelas saat jam pelajaran selesai. Mereka tidak peduli apakah muridnya mengerti atau tidak.     

Bagi Angele, menukar pengetahuannya dengan magic stone adalah barter yang cukup adil.     

"Manas, apa kau tahu cara mendapatkan magic stone dengan cepat?" tanya Angele.     

"Jika kau bisa mengambil dan menyelesaikan misi dari sekolah, kau akan mendapatkan poin. Poin yang kau dapatkan bisa ditukar dengan magic stone dan berbagai benda lainnya. Satu poin untuk satu magic stone." jawab Manas.     

"Namun, misi-misi itu tidak mudah, jadi kau harus berpikir panjang sebelum menerimanya. Ditambah lagi, kau hanya akan bisa menggunakan benda sihir setelah mencapai tingkat 2," lanjutnya. Ketiga orang tersebut berteman bukanlah karena kecocokan, namun karena status yang sama sebagai murid terlemah. Manas cukup baik hati karena memberikan informasi seperti ini secara gratis. Angele sudah bisa menarik partikel energi ke dalam tubuhnya, jadi sekarang ia membutuhkan tanaman herbal untuk membuat Ramuan Indrawi agar ia bisa mencapai tingkat 2. Sebenarnya, ia bisa membeli barang itu di sekolah, namun harga ramuan itu terlalu mahal.     

"Master Angelina sudah datang," bisik Ansett dengan lirih. Mereka segera duduk dengan benar. Murid-murid lainnya berhenti mengobrol, dan pandangan mereka tertuju kepada pintu kelas. Seorang wanita cantik masuk ke kelas itu. Ia bermata biru dan berambut pirang sebahu, membawa tongkat kayu berwarna kelabu dan berpakaian jubah putih. Senyum manis pun tersungging di wajahnya.     

"Namaku Angelina, senang bertemu dengan kalian, calon penyihir. Agar tidak membuang waktu, hari ini kita akan langsung belajar teori umum flora. Teori umum adalah dasar hampir semua sihir, sehingga kalian akan memerlukan semua teori ini untuk memahami teori sihir yang kalian pilih. Tanpa memahami teori ini, kalian tidak akan bisa mengambil kelas Analisa Mantra," kata wanita itu.     

"Master, kami sudah mempelajari model dasar mantra flora. Tetapi, kami tidak bisa mempraktekkannya ke dunia nyata. Dapatkah Master menunjukkan caranya?" tanya salah satu murid.     

"Master Angelina, Anda adalah pengguna sihir flora terhebat di sekolah ini," lanjutnya.     

"Vader, kau benar-benar pintar memuji orang..." Wanita itu menggelengkan kepalanya. Dari pandangannya, sangat mungkin bahwa wanita dan siswa itu saling mengenal di luar pelajaran.     

"Itu Vader, anak yang diasuh oleh Master Angelina sejak kecil. Hubungan mereka mirip ibu dan anak," bisik Ansett.     

"Oh." Angele mengangguk.     

"Karena Vader memintanya, aku akan menunjukkan satu mantra pada kalian," kata Angelina.     

Angelina tersenyum dan mengangkat tangan kirinya. Ia menggenggam bibit berwarna hitam, lalu ia melemparkannya ke lantai dan berkata,     

"Aku memanggilmu, wujud kehidupan baru."     

Terdengar suara-suara, dan bibit itu pun tumbuh dengan cepat menjadi tunas berwarna hijau. Tunas itu terus bertumbuh besar. Akar tanaman itu tumbuh semakin dalam, sementara sulurnya terus bertambah tinggi. Terdapat kuncup putih di atasnya.     

"Mekarlah." Angelina mengarahkan tongkatnya pada kuncup itu, dan perlahan-lahan kuncup itu mekar. Di tengah bunga itu, terlihat bintik-bintik putih yang bercahaya. Cahaya itu terasa lembut dan hangat.     

"Cahaya kehidupan, sebuah mantra yang bisa membuat mimpimu jadi nyata." Angelina tersenyum.     

"Tidak, hanya bercanda. Cahaya itu hanya dari mantra Sinar Flora yang kuperlambat," lanjutnya.     

Angele duduk di kursinya dan memandang bunga itu dengan takjub.     

"Mantra yang hebat..." pujinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.