Dunia Penyihir

Kedatangan (Bagian 1)



Kedatangan (Bagian 1)

0Kerumunan Harpy menutupi langit, sehingga cahaya matahari tidak bisa mencapai dek kapal itu. Beberapa ekor mendarat di tiang pancang kapal seraya membuat suara-suara aneh.     

"Ha!"     

Seorang pelaut melemparkan tombaknya ke salah satu Harpy dan menembus dadanya, sehingga makhluk itu terjatuh ke laut.     

Melihat salah satu kaum mereka terbunuh, para Harpy tersebut menjadi marah, hingga mereka menjatuhkan semua batu-batu di cengkeraman mereka dan mulai menyerang para pelaut dengan cakar-cakar mereka yang tajam.     

Suara sayap para Harpy bercampur dan suara teriakan para pelaut memanaskan suasana pertarungan itu. Pertarungan jarak dekat kedua kubu itu membuat dek kapal menjadi kacau balau.     

Makhluk-makhluk itu meninggalkan bekas cakaran yang dalam pada perisai pelaut, tapi beberapa dari mereka berhasil dibunuh oleh pelaut yang berpengalaman.     

Angele hanya berdiri diam dan menatap kedua kubu yang sedang bertarung itu, sementara Tymoral sedang mempersiapkan sebuah mantra.     

Tymoral merentangkan tangannya dan mengangkat kepalanya. Ia mengucapkan mantra yang aneh dengan cepat. Saat ia mempercepat mantranya, asap biru membumbung tinggi dari tubuhnya. Asap itu terlihat seperti api yang membara.     

Asap berpendar biru itu memenuhi langit dengan cepat. Beberapa ekor Harpy terjatuh setelah menghirup asap itu. Beberapa jatuh ke laut, sementara sisanya jatuh ke atas dek.     

Mayat mereka mulai mengering. Energi kehidupan mereka terserap oleh asap aneh itu dan berubah menjadi kabut kebiruan dalam sekejap.     

Brak!     

Seekor Harpy jatuh di samping Angele, sehingga Angele mampu melihat proses pengeringan itu dari dekat. Otot Harpy itu mulai mengecil. Makhluk itu berubah menjadi tua dan mati. Akhirnya, mayat mereka berubah menjadi seperti mumi kering yang diawetkan.     

Setelah melihat sihir itu, beberapa pelaut menoleh dan menatap Tymoral dengan wajah ketakutan. Mereka ingin menjauhinya karena mereka tidak yakin apakah asap itu dapat bekerja menyerang manusia juga.     

Para calon Penyihir di tangga memuji kekuatan para Penyihir, namun ada juga yang menjadi ketakutan setelah melihat mayat-mayat kering yang mengerikan itu, hingga mereka mundur beberapa langkah. Velvet, gadis yang belum sempat mempelajari pola mantra, sangat iri pada orang-orang berkekuatan misterius seperti kedua Penyihir itu.     

Separuh Harpy yang beterbangan telah terbunuh oleh sihir Tymoral, sehingga sisanya terbang berkeliling sambil meraung-raung dengan paniknya. Salah satu Harpy mulai terbang pergi ke tempat asalnya, sehingga para Harpy yang sedang bertengger di atas dek menyadari bahwa mereka telah kalah dan ikut kabur dengan teman-temannya. Mereka mengepakkan sayap mereka kuat-kuat, hingga banyak bulu kelabu menghujani dek kapal.     

"Master Angele, kau sedang apa? Mereka akan kabur," teriak Tymoral, lalu ia tertawa.     

Angele tersenyum dan menggelengkan kepala. Ia perlahan-lahan menarik pedangnya dan menatap para Harpy yang beterbangan di udara. Ia maju selangkah dan mengayunkan pedangnya.     

SHING!     

Pedang itu menghilang di udara, hingga hanya menyisakan pegangan pedang di tangan Angele.     

Di atas dek, jarum-jarum perak menghujani tubuh para Harpy yang tersisa.     

Setelah tertusuk jarum itu, para Harpy yang tersisa mulai berjatuhan. Hanya tersisa dua ekor Harpy yang menghindari serangan jarum itu sambil terus mengepakkan sayapnya untuk terbang menjauhi kapal. Kebanyakan Harpy terjatuh ke laut, sementara sisanya jatuh ke atas dek, sehingga terdengar suara yang sangat memekakkan telinga.     

Semuanya terjadi sangat cepat, hingga orang-orang lain di atas dek tidak dapat mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Semua berdiri diam selama beberapa saat, sebelum akhirnya bersorak-sorai.     

"Ya!"     

"Puja Master Angele! Puja Master Tymoral!"     

"Terpujilah para jubah hitam!"     

"Harapan! Harapan!"     

Beberapa pelaut meneriakkan nama kapal itu, sementara sisanya meneriakkan nama kedua Penyihir.     

Angele menoleh ke Tymoral, yang tersenyum sambil mengedikkan bahunya.     

'Itulah kekuatan yang ditakuti para manusia...' pikir Angele seraya menatap mayat-mayat Harpy yang berserakan di atas dek.     

Setumpuk mayat Harpy tergeletak di sudut kabin Angele. Darah berwarna gelap di lantai itu berbau busuk.     

Angele berdiri di samping meja panjang berwarna putih di tengah ruangan. Ia melihat satu mayat Harpy di depannya. Tubuh itu masih utuh. Hanya ada satu jarum panjang tipis yang menusuk dahinya. Darah menetes perlahan di ujung jarum itu.     

Tubuh Harpy itu menghadap ke atas, dan kedua sayap besarnya menggantung di sisi meja. Angele berjalan mengelilingi mayat Harpy itu, lalu ia menyadari bahwa obor yang tergantung di dinding tidak cukup menerangi ruangan itu.     

Angele mengernyitkan alisnya. Dengan satu jentikan jari, sebuah bola api kecil yang terang muncul di samping wajahnya, sehingga mayat Harpy itu terlihat lebih jelas. Bola api itu hanya melayang di sana dan tidak bergerak.     

Angele puas dengan cahaya yang lebih terang itu dan mulai memeriksa kepala mayat Harpy.     

Kulit makhluk itu dilindungi dengan kulit lapisan luar yang keras. Wajahnya terlihat sama seperti wanita biasa. Angele membuka bibir makhluk itu dan melihat gigi-gigi putih yang tajam.     

Masih ada sisa-sisa daging berbau busuk pada sela-sela gigi makhluk tersebut,     

Angele mengernyitkan alisnya dan mengetuk perlahan jarum yang menusuk kepala Harpy itu, sehingga jarum itu lepas dan terjatuh ke lantai.     

Leher makhluk itu tertutup rambut putih yang lembut. Terdapat tahi lalat berwarna merah seukuran kuku jari di bawah ketiaknya.     

Angele memeras payudara makhluk itu, dan air susu keluar dari dalamnya. Ia pun segera mengumpulkan sebagian air susu itu sebagai sampel untuk penelitian. Sepertinya, spesimen yang ia gunakan sedang hamil. Perutnya terlihat seperti berisi bola.     

Angele berpikir sejenak, lalu ia membuat sebilah pisau bedah perak di tangan kanannya.     

SHING!     

Perlahan-lahan, ia membelah perut makhluk itu dengan hati-hati dan melihat isinya.     

Angele memasukkan tangannya dan perlahan mengambil organnya satu per satu. Setelah beberapa menit, berbagai macam organ berjajar rapi di meja itu.     

"Tunggu, makhluk ini tidak punya sistem pernapasan?" Angele terkejut.     

"Di sini ada hati, limpa, jantung, perut, dan sistem pencernaan, tapi di mana paru-parunya?" gumam Angele.     

Angele berhenti sesaat, mengambil rahim makhluk itu dan mengirisnya. Terdapat sebutir benda kecil berwarna merah di dalam.     

Benda itu adalah embrio seekor Harpy. Ukurannya sama dengan kepalan tangan manusia, namun embrio itu sudah berubah menjadi keunguan. Embrio itu pasti telah mati.     

Angele mengangguk kecil dan meletakkan embrio itu di samping. Satu-satunya yang belum ia periksa adalah mata makhluk itu. Mata makhluk itu berwarna kuning dan terlihat sangat mirip dengan mata kucing.     

'Sekarang, karena aku sudah mengerti struktur tubuh makhluk ini, sepertinya aku bisa mulai memeras darah mereka.' Angele berjalan ke sudut lain ruangan itu, di mana ia menyimpan berbagai peralatan laboratorium dan sebuah botol kaca besar dengan pipa hitam panjang di mulutnya.     

Angele menepuk kedua tangannya, dan api muncul di bawah botol kaca itu.     

Ia mengiris leher makhluk itu dengan pisaunya dan segera mengumpulkan darah yang mengucur dengan botol yang dipanaskan itu.     

Darah itu berhenti mengalir setelah dua menit. Darah yang diperolehnya cukup untuk mengisi beberapa gelas beker logam.     

Setelah itu, Angele memanaskan darah itu hingga mendidih. Ia menambahkan ramuan spesial agar darah itu tidak mengering walaupun kandungan airnya telah habis. Ia menghabiskan dua jam untuk mengulangi proses itu pada semua mayat Harpy di kabinnya.     

Botol besar itu sudah penuh dengan darah Harpy.     

Darah dalam botol besar itu sedang mendidih, dan botol tersebut terlihat seperti labu merah raksasa.     

Air yang telah menjadi uap bergerak menuruni pipa logam itu dan keluar ari kabin setelah menjadi uap putih yang berbau darah.     

Angele menunggu di samping meja sambil menuangkan ramuan hijau ke botol kaca melalui pipa logam tersebut setiap sepuluh menit.     

Satu jam kemudian.     

Akhirnya, kebanyakan kandungan air darah tersebut sudah menguap, sehingga Angele segera mematikan api di bawah botol itu.     

Dengan cepat, ia menggambar sebuah rune aneh pada permukaan botol itu. Rune merah itu berpendar terang tepat setelah Angele mengangkat jarinya.     

"Crionnant, Himne Penghormatan Darah," bisik Angele.     

SHING!     

Darah yang mendidih itu bergerak dan menyatu menjadi bola seukuran kacang walnut di tengah botol.     

Angele membuka botol itu, dan bola tersebut melayang perlahan ke telapak tangannya.     

'Sekarang, hanya ini yang bisa kulakukan...' gumam Angele seraya menatap bola darah itu.     

Bola darah itu tidak menggumpal. Bola itu telah mengeras.     

'Analisa bola darah ini,' perintahnya.     

Titik-titik biru yang tak terhitung jumlahnya bersinar di mata Angele.     

'Misi selesai. Menampilkan kandungan bola darah.' lapor Zero setelah sepuluh menit berlalu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.