Dunia Penyihir

Pembalasan (Bagian 2)



Pembalasan (Bagian 2)

0Angola mengangguk dan menunjuk ke arah cermin itu dengan jarinya. Secercah cahaya merah muncul dari jari itu dan terserap ke permukaan cermin.     

Seluruh ruangan itu tiba-tiba menjadi terang karena cahaya dari dinding, dan terdengar suara desisan aneh dari dalam semua cermin itu.     

Tidak lama kemudian, pemandangan seluruh daerah di luar sekolah muncul di cermin-cermin itu: reruntuhan berlumpur, matahari yang terbenam, dan Master Moroco yang sedang membersihkan bulunya dengan paruhnya.     

"Apa sebenarnya yang sedang kau cari?" tanya Angola.     

"Tiga calon penyihir, dua pria, dan satu wanita. Nama calon penyihir wanita itu adalah Annie. Sepertinya, mereka kembali ke sekolah bersama-sama. Bisakah kau mempercepat rekaman ini? Aku membutuhkan informasi tentang semua murid yang kembali ke sekolah baru-baru ini," jawab Angele.     

"Tidak masalah." Dengan satu jentikan jari Angola, gambar di dinding berganti dengan cepatnya.     

Pemandangan pagi hari berganti menjadi tengah malam. Cahaya keperakan rembulan menyelimuti tanah kosong itu. Setelah beberapa menit, muncul gambar tiga orang calon penyihir berjubah putih pada cermin itu.     

"Merekalah sasaranku." Angele memicingkan matanya.     

"Sudah menemukan apa yang kau cari?" Angola berbalik dan bertanya.     

"Bisakah kau menunjukkan informasi mereka? Sepertinya, pintu depan bisa memeriksa identitas calon Penyihir yang masuk, kan?" Angele mengangguk.     

"Tentu saja. Apa mereka membuatmu marah?" Angola bertepuk tangan. Gambar di cermin itu pun menghilang, digantikan oleh informasi berwarna merah yang tiba-tiba muncul di permukaan cermin.     

"Oh, Vlasov?" Angele mengenal bahasa itu. Ia mulai membaca informasi itu dengan teliti.     

'Annie Korver, 19 tahun, calon penyihir tingkat 3. Murid Penyihir Maryland dari Fakultas Bayangan.     

Jack Bennie, 20 tahun, calon penyihir tingkat 3. Murid Penyihir Maryland dari Fakultas Bayangan.     

Adele, 19 tahun, calon penyihir tingkat 2. Murid Penyihir Maryland dari Fakultas Bayangan.'     

Itulah semua informasi yang tertulis di cermin.     

"Maryland? Tua bangka penakut itu? Sepertinya, mereka dalam masalah." Angola tertawa.     

"Terima kasih atas bantuannya, Angola." Angele membungkuk sedikit, "Aku ada urusan penting, jadi aku harus pergi sekarang."     

"Jangan khawatir, Master Liliana sering menolongku," Angola tersenyum.     

Angele segera keluar dari ruangan itu dan pergi meninggalkan area khusus penyihir. Ia tidak menandatangani kontrak sekolah, sehingga ia tidak bisa berlama-lama di tempat itu.     

Ia bisa masuk hanya karena bantuan sigil sihir Liliana, jika tidak, ia tidak akan bisa melewati pelindung merah tadi. Seluruh pikirannya terfokus pada ketiga calon penyihir yang tadi dilihatnya.     

Sekarang, Angele bukan lagi anggota sekolah. Ia hanyalah sekedar murid Liliana, dan sekolah hanya akan memberikan bantuan jika ia menandatangani kontrak. Sekarang, ia tidak bisa sembarangan masuk ke kantor Maryland dan meminta nyawa ketiga calon penyihir itu. Dua dari mereka sudah mencapai tingkat 3. Mereka adalah siswa yang cukup penting bagi pihak sekolah. Biasanya, calon penyihir dan guru tidak memiliki hubungan dekat. Mereka hanya bisa membeli bahan langka dari guru mereka dengan harga diskon., Guru hanya akan melindungi muridnya saat ada bahaya.     

Setelah kembali ke kamar, Angele mengemas semua barangnya ke dalam dua koper besar.     

"Mungkin aku harus mempekerjakan dua calon penyihir…" Angele terdiam ketika melihat kedua tas besar yang tergeletak di lantai itu.     

Tok! Tok!     

Terdengar suara ketukan pintu. Dua lelaki calon penyihir berdiri di luar.     

"Salam, Master Angele." Calon penyihir berbadan tinggi menyerahkan sebuah benda kuning pada Angele.     

"Ini teleskop dari Master Liliana untukmu."     

Angele mengambil teleskop itu. Ia sudah mengetahui bahwa benda itu berguna untuk berkomunikasi.     

"Alo memintaku untuk mengirimkan salam. Ia adalah murid yang membawamu berkeliling sekolah waktu itu. Apa kau masih ingat?" tanya calon itu dengan santai.     

"Alo?" Angele tahu bahwa murid kuat itulah yang mengantarnya keliling lorong saat ia baru tiba di sekolah. "Di mana dia sekarang? Seingatku, dia sudah mencapai tingkat 3."     

"Dia sedang menjalankan misi. Ia pergi beberapa waktu lalu," jawab seorang calon dengan lugas.     

"Alo gagal melampaui batasnya, jadi dia bekerja keras untuk mendapat Air Asu lagi."     

"Ah, jadi kebanyakan calon penyihir tingkat 3 sedang mencari bahan." Angele pun mencari bahan di luar setelah mencapai tingkat 3 dulu.     

Calon penyihir kedua menunggu temannya selesai sebelum angkat bicara. "Master Angele, wakil ketua sekolah, Colin Fear, bertanya apakah kau ingin menandatangani kontrak dengan sekolah. Jika kau tertarik, pergilah ke Departemen Ramuan, jika tidak, tinggalkan sekolah dalam 5 hari. Tanpa kontrak, hakmu akan terbatas. Satu lagi, Penyihir Maryland ingin bertemu denganmu di taman saat kau punya waktu luang."     

Angele tidak khawatir, karena ia telah memutuskan untuk meninggalkan sekolah.     

"Tolong katakan pada Tuan Colin Fear bahwa aku akan meninggalkan sekolah, namun aku masih murid Master Liliana. Aku juga akan menyelesaikan urusanku dengan Maryland."     

Ia mengerti bahwa tim manajemen sekolah akan menolong Maryland jika ia memutuskan untuk tidak menandatangani kontrak.     

"Akan kusampaikan." Kedua calon penyihir itu membungkuk hormat. Mereka berbalik dan dan pergi meninggalkan lorong.     

Angele menutup pintu dan meninggalkan ruangan. Ia melewati lorong dan pergi ke taman.     

******************     

Kristal emas menyinari danau dengan cahaya putih, sehingga menerangi seluruh taman. Sementara itu, dua orang penyihir berbalut jubah hitam duduk di kursi panjang dekat danau. Sepertinya, ia sedang menunggu kedatangan seseorang.     

Mereka berdiri di sana tanpa mengatakan apa pun. Penyihir resmi sangat ditakuti oleh calon penyihir, sehingga kebanyakan dari mereka berusaha menjauhi keduanya.     

Setelah beberapa menit, seorang pria berjubah hitam lain berjalan keluar dari semak belukar.     

Kedua penyihir itu mendekati pria itu dan melepaskan tudung masing-masing. Pria yang paling depan adalah seorang pria tua dengan rambut putih yang acak-acakan, sementara orang di belakangnya adalah wanita muda yang cantik dengan penutup mata hitam pada mata kirinya.     

"Master Angele, kau adalah pria muda yang sehat, mengapa kau lamban sekali?" Pria tua itu tertawa.     

Angele melepaskan tudungnya, sehingga memperlihatkan rambut putihnya.     

"Kau Penyihir Maryland, kan?" Ia tersenyum.     

Maryland mengangguk, "Aku mengundangmu ke sini untuk menyelesaikan konflik antara kau dan ketiga muridku. Kuharap kita bisa selesaikan hal ini dengan damai. Menurutku, mereka menyerangmu karena mereka tidak memiliki pilihan lain saat itu."     

"Ah, kau mau memberikanku kompensasi?" Angele balas mengangguk. Jika Maryland bisa memberinya sesuatu, mungkin ia bisa memaafkan ketiga calon penyihir itu.     

"1000 magic stone. Ini cukup, kan?" Maryland mengangkat satu jari.     

Angele agak terkejut, dan ia berhenti tersenyum.     

"1000 magic stone?"     

"Yah... Bagaimana kalau 2000?" Melihat perubahan ekspresi Angele, ia memutuskan untuk meningkatkan jumlah tawarannya.     

"Jika kau berjanji untuk tidak menyakiti mereka, kau akan menjadi teman kami. Kau juga dapat membeli banyak benda langka dengan 2000 magic stone. Aku bisa segera menyiapkannya."     

Angele mengernyitkan alisnya. Ia tidak ingin berteman dengan mereka, namun ia heran mengapa Maryland berusaha sekeras itu untuk melindungi mereka.     

Sepertinya, Maryland masih memperlakukannya sebagai calon penyihir. Pria tua itu sadar bahwa Angele berasal dari luar negeri dan tidak memiliki darah lokal, sehingga ia memutuskan untuk memberi kompensasi pada Angele secara materiil.     

"Bagaimana menurutmu?" Maryland bertanya lagi.     

"Calon penyihir tingkat 3 adalah masa depan sekolah, jadi melihat mereka mati akan sangat menyakitkan."     

Angele menatap Maryland sambil terdiam.     

Situasi itu sangatlah tidak nyaman. Walaupun Maryland telah berkilah, ia berhenti karena frustasi.     

"Master Angele, sepertinya aku sudah menjelaskan semuanya. Haruskah kau membunuh mereka? Mereka adalah muridku yang tercinta." Maryland mengeraskan suaranya.     

"Mereka harus membayar kesalahan mereka." jawab Angele dengan tenang.     

"Keluarlah, kalian bertiga. Aku tahu kalian ada di sini." Maryland menatap calon penyihir wanita di belakangnya. Mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan.     

"Annie, Adele, keluarlah," teriak Maryland.     

Tiga calon penyihir berbalut jubah kelabu berjalan perlahan keluar dari semak belukar dan berdiri di samping ketiga Penyihir itu.     

"Master Maryland, Master Ancore, dan Master... Angele." sapa mereka sambil membungkuk hormat.     

"Katakan apa maumu," kata Maryland dengan nada sedih.     

"Biarkan aku melakukan sesuatu pada mereka" jawab Angele tanpa ekspresi.     

"Kau tidak bisa melindungi mereka selamanya."     

Kedua penyihir itu terdiam. Maryland melihat Angele. Ia hendak mengatakan sesuatu, namun membatalkan niatnya itu.     

Mereka tahu bahwa Liliana melindunginya. Membuat wanita tua itu marah bukanlah ide yang bagus.     

"Terserahlah," kata penyihir wanita di belakang Maryland. "Ayo pergi. Berbicara dengannya tidak ada gunanya. Dia tidak mau menerima tawaran kita."     

"5000 magic stone. Bagaimana? Setidaknya, biarkan mereka hidup. Adele adalah cucuku." Maryland tidak menyerah. 5000 magic stone adalah batas atasnya.     

Angele mengernyitkan alisnya. Ia baru saja menjadi penyihir sejati, dan ia tidak ingin mencari banyak musuh.     

"Satu tangan. Akan kupotong satu tangan mereka. Bagaimana?" Angele memutuskan untuk berkompromi.     

"Baiklah." Maryland segera mengangguk..     

"Baik, kalau begitu..." Angele melihat ke arah ketiga calon penyihir itu.     

Sring!     

Ia mengangkat tangannya, dan pisau perak tiba-tiba muncul entah dari mana.     

"Tidak apa-apa, kan? Kau harus terima hukuman ini," kata Angele dengan tenang.     

Ketiga calon penyihir itu menunduk.     

"Iya..." jawab Adele dengan lirih.     

Kilat perak mengiris tangan kiri mereka dan kembali ke tangan Angele.     

Mereka berteriak kesakitan, memegang sisa tangan kiri mereka dengan tangan kanan masing-masing. Darah mengucur dari tangan kiri mereka, dan genangan darah berbau busuk membasahi rumput.     

Maryland menunjuk mereka dengan telunjuknya, dan tiga bola hijau menutupi luka mereka. Penyihir itu memberi ramuan penyembuh kepada mereka untuk menghentikan pendarahnya.     

Angele menatap ketiganya selama beberapa saat. "Magic stone-nya untukmu saja. Selamat tinggal." katanya santai.     

"Terima kasih." Maryland mengangguk. Ia bersyukur karena Angele tidak membunuh ketiga muridnya.     

*****************************     

14 hari kemudian.     

Di pagi hari.     

0

Di reruntuhan di atas Perguruan Ramsoda, kereta kuda hijau berjalan perlahan melewati jembatan dan memasuki hutan. Di dalam kereta itu, Annie dan Adele duduk saling berseberangan, sementara Jack duduk di sudut kereta.     

Annie melihat keluar jendela. Ia masih merasakan sakit dari tangan kirinya yang telah dipotong. Matanya penuh kebencian.     

"Angele Rio, suatu hari nanti akan kubalas perbuatanmu." gumamnya.     

"Ayolah, Annie. Laki-laki sialan itu sudah menjadi penyihir sejati. Kita tidak ada apa-apanya." Adele menggelengkan kepalanya.     

"Hanya satu tangan... Kita bisa beli ramuan spesial untuk memasang tangan ini kembali," lanjut Jack.     

"Akan kubunuh si bangs*t ini setelah aku melampaui batas. Ayo kita lakukan bersama-sama."     

"Sepertinya, aku bisa mencapai batasku setelah pulang. Keluargaku sudah menyiapkan semuanya, jadi akan sangat mudah bagiku yang memiliki potensi sihir tingkat 3. Aku tahu siapa yang bisa memberitahuku asal si Angele ini. Aku akan membuat seluruh keluarganya menderita." hina Annie.     

Seekor gagak terbang di atas kereta mereka.     

Kaak!     

Gagak itu terbang ke atas tebing kecil di samping pepohonan.     

Di puncak tebing, berdiri seorang pria dengan pakaian berburu. Dia adalah Angele, pria berambut putih-cokelat dengan tubuh yang proporsional.     

Ia menatap kereta itu dan mengambil sebuah teleskop dari kantongnya. Itu adalah teleskop pemberian Liliana.     

Ia membuka lubang di samping teleskop itu. Ada sebuah catatan di kertas kuning di dalamnya.     

Ia membuka catatan itu.     

'Orang mati tidak bisa bersaksi.'     

Angele meremas catatan itu dan memegangnya erat-erat dengan tangan kanannya.     

Ia tersenyum dan mengangkat tangan kirinya. Bola perak cair tiba-tiba berkumpul di telapak tangannya dan berubah menjadi busur besi yang panjang dalam sekejap. Angele mengangkat tangan kanannya. Kertas kuning itu tertutup cairan perak dan berubah menjadi panah panjang.     

Angele menarik panah itu dengan busurnya kuat-kuat.     

Css!     

Panah itu membentuk kilat perak di langit dan mendarat tepat di kereta hijau itu.     

Duar!     

Bola api berwarna merah meledak di kereta kuda itu, sehingga menghancurkan kuda beserta semua calon penyihir di dalamnya. Yang tersisa hanyalah kepingan daging manusia di tanah.     

Angele menurunkan panahnya. Ia melihat tanah yang terbakar itu sesaat, lalu ia berbalik dan menghilang ke hutan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.