Dunia Penyihir

Pertarungan Sengit (Bagian 1)



Pertarungan Sengit (Bagian 1)

0'Avril? Mengapa dia ada disini?' pikir Angele setelah melihat karavan Avril sedang diserang perampok.     

Avril telah menyelamatkan nyawa Angele satu kali, dan ia belum sempat membalas budi pada gadis itu. Ini adalah kesempatan terbaik, dan Angele tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.     

Angele berhenti berpikir dan menatap pria berambut perak itu sembari menarik partikel-partikel energi hijau itu masuk ke tubuhnya.     

Dengan menyerap partikel energi angin dan melepaskannya di udara, ia dapat mempercepat gerakannya dan memperkuat ketahanan sihir tubuhnya. Walaupun hasil teknik itu tidak akan secepat mantra Ledakan Percepatan, teknik itu masih memberikan peningkatan yang cukup. Inilah salah satu keunggulan calon penyihir tingkat 3 dibandingkan dengan tingkat 2. Calon penyihir tingkat 2 tidak akan mampu mengendalikan partikel energi dengan ketepatan yang tinggi karena batas kekuatan mental mereka.     

Pria berambut perak itu menepuk kedua tangannya, dan seketika itu juga lengkungan listrik yang besar muncul di antara kedua tangan itu. Suara gemercik listrik terdengar nyaring, dan cahaya itu menerangi sekeliling mereka dengan warna biru.     

"Matilah kau!"     

Pria itu tertawa dan melemparkan lengkungan listrik dari tangannya. Lengkungan itu pun melesat ke arah kepala Angele secepat kilat.     

Ekspresi Angele berubah, namun ia cepat-cepat mengayunkan pedangnya sesuai arah mantra listrik itu. Pedangnya menyerap energi listrik itu hingga berubah menjadi biru. Kilat-kilat biru kecil menari di seluruh permukaan pedang itu.     

Pegangan pedang itu menjadi sangat panas, hingga membakar tangan kanannya. Ia nyaris tidak dapat memegang pedang itu. Ia segera menarik partikel energi angin ke pedangnya, sehingga energi listrik di pedang itu sedikit melemah.     

Jika saja mantra listrik itu mengenai orang biasa, orang itu akan lumpuh dan terbakar habis.     

Pedang berkilat-kilat itu ditancapkannya ke tanah, sehingga partikel listrik itu segera menghilang. Asap putih keluar dari tubuh Angele. Ia terluka dan pakaiannya terbakar karena panas listrik itu.     

'Aku beruntung karena listrik itu dibuat oleh partikel energi, jadi gerakannya agak lambat. Jika saja listrik itu berasal dari petir, aku pasti sudah mati,' Merasa beruntung, Angele memfokuskan konsentrasinya kepada musuh di depannya.     

Zero tidak punya cukup waktu untuk menganalisa serangan listrik itu, sehingga Angele harus mencari cara untuk melindungi diri. Dalam pertarungan antar penyihir, chip-nya menjadi tidak berguna karena tidak ada waktu untuk mengumpulkan informasi, menganalisa, dan mencari cara yang tepat untuk menyerang balik.     

Setelah mendapat serangan itu, Angele berlari maju ke arah musuhnya sambil mengangkat tangannya. Ia pun melepaskan cahaya putih ke arah dada pria itu.     

Pria berambut perak tersebut sadar bahwa mantra listrik tidak akan bisa menyakiti Angele. Ia pun menunduk untuk mempersiapkan mantra lain.     

Pria itu mengayunkan tangannya di udara, memanggil dan mengumpulkan partikel energi berwarna biru. Ia pasti mempersiapkan mantra yang jauh lebih kuat.     

Ia melakukan semua itu tanpa mempedulikan pisau-pisau yang beterbangan ke arahnya. Ia melangkah ke kiri dan menghindari semua pisau itu dengan mudah. Ia masih melanjutkan persiapannya untuk mantra itu.     

Tiba-tiba, pria itu mengangkat tangannya, dan lingkaran yang berisi pentagram sihir berwarna biru perlahan muncul di bawah kakinya. Cahaya birunya sangat terang hingga nyaris membutakan.     

Ia menunjuk ke arah Angele, dan laser seukuran jari muncul dari lingkaran itu, yang kemudian ditembakkan pada lawannya. Laser itu terbuat dari partikel energi listrik di udara, dengan energi listrik yang tidak stabil menari-nari di sekitarnya. Listrik sekuat itu akan mampu melumpuhkan siapapun yang terkena tembakan itu.     

Panjang tembakan laser itu sekitar 6 meter, dan penampilannya terlihat mirip dengan sebilah tombak biru. Tombak listrik itu perlahan terus melaju dan melumpuhkan semua yang menghalanginya. Sepertinya pria itu belum selesai menyalurkan mantranya, sehingga laser itu tidak menghilang walaupun telah menembus beberapa sasaran.     

Pria berambut perak itu sangat menikmati pertarungan ini. Dengan menggunakan lingkaran sihir yang khusus diciptakan master-nya untuk dirinya, ia dapat menciptakan laser listrik sekaligus melindungi dirinya dengan menahan serangan jarak jauh. Dengan benda sihir yang memiliki fungsi bertahan itu, saat ini tingkat kekuatannya sangat mirip dengan kekuatan penyihir sejati.     

Kebanyakan penjahat itu telah lari tunggang-langgang melihat kekuatan kedua penyihir itu, namun beberapa yang tersisa bernasib sial. Mereka tertusuk tombak listrik itu dan jatuh terlumpuhkan.     

Ksatria Dunleavy menatap ketiga kereta kuda itu selama beberapa saat sebelum memutuskan untuk pergi, namun ayah Avril memegang pergelangan kakinya kuat-kuat. Senyum yang tersungging di wajah ayah Avril, yang penuh darah, membuatnya terlihat mengerikan.     

CRAS!     

Dunleavy terkena tembakan laser listrik itu, dan ia menjadi lumpuh karenanya.     

Sembari berlari ke arah pria berambut perak itu, Angele mengayunkan pedangnya dan menyayat leher Dunleavy. Darah mengucur dari leher yang terluka itu. Dunleavy masih berdiri di sana sejenak, namun akhirnya ia jatuh dan menemui ajalnya tanpa menyadari apa yang telah terjadi.     

Angele melemparkan sebotol ramuan hijau pada ibu Avril setelah membunuh Dunleavy.     

"Oleskan ramuan ini ke lukanya, dan pendarahannya akan berhenti," kata Angele, yang masih berlari ke arah musuhnya.     

Melihat apa yang baru saja dilakukan remaja itu, ibu Avril menggenggam tangan kirinya kuat-kuat, berlari mendekati anaknya, dan membantu gadis itu membersihkan bajunya yang kotor berlumpur.     

"Ibu… Bagaimana dengan Ayah? Kita harus menolongnya!" teriak gadis itu sambil berlinang air mata.     

Sembari menggertakkan giginya, ibu Avril mengambil botol ramuan hijau yang tergeletak di tanah. "Ayah akan baik-baik saja," jawabnya sembari melepaskan sumbat dari botol itu.     

Satu lagi tembakan laser listrik melesat ke arah semak belukar, lalu Angele dan pria berambut perak itu menghilang jauh ke dalam hutan. Cahaya biru dari pria itu semakin menjauh walaupun Angele berusaha mengejarnya.     

"Sialan! Lagi-lagi begini!"     

Serangan Angele lagi-lagi meleset, sehingga ia menjadi semakin gelisah. Pria berambut perak itu terus tertawa dan menghindari serangannya dengan mudah. Kekuatan lingkaran sihir itu ikut bergerak saat pria itu bergerak. Kekuatan itu juga menambah kecepatannya.     

Setelah lagi-lagi meleset, Angele segera berguling ke kiri dan menghindari tembakan laser listrik yang mengarah padanya. Semua yang ada di tempatnya berdiri sesaat yang lalu telah terbakar menjadi abu dalam beberapa detik.     

'Kuat sekali…'     

Keringat dingin membasahi wajah remaja itu. Ia menyadari bahwa ia akan mati jika terkena tembakan itu.     

Walaupun ia bisa menghindari serangan laser-laser yang lamban itu, kilat kecil yang ada di sekitar laser itu masih menjadi momok baginya.     

Angele merunduk dan terus bergerak secepat mungkin, namun tembakan laser itu mampu mendeteksi pergerakannya dengan mudah, sehingga semak-semak belukar menjadi penuh titik hitam di mana laser itu mendarat.     

Angele berusaha keras untuk menghindari semua serangan, namun ia tetap terkena energi listrik itu dan lumpuh selama beberapa saat.     

BZZZT!     

Tangan kanan Angele terkena tembakan laser itu dan langsung memerah karena terbakar. Rasa sakit dari serangan itu membuatnya lebih gelisah lagi.     

'Dia adalah calon penyihir tingkat 3 sepertiku, namun ia jauh lebih kuat. Andai saja aku memiliki lebih banyak pola sihir…'     

Angele menghindari laser biru lagi, sebelum akhirnya mampu mendekati pria berambut perak itu.     

Ia melompat ke arah pria itu dan mengarahkan pedangnya ke leher pria itu.     

Lagi-lagi serangan itu luput dari sasaran, dan pohon di belakang pria itu hancur berkeping-keping.     

Pria berambut perak itu tersenyum, menunjuk ke arah dada Angele, dan menembakkan laser biru kecil dari ujung jarinya.     

Walaupun tembakan itu jauh lebih lemah ketimbang laser-laser dari lingkaran sihirnya, tembakan itu masih meninggalkan luka bakar pada dadanya. Keringat dingin terus mengalir di punggungnya, dan gerakannya semakin lamban karena rasa sakit serangan itu.     

"Kau tidak mengerti juga? Kau tidak akan bisa menyentuhku, dan aku akan menghancurkanmu dengan mudah jika kau tidak bisa mendekatiku," kata pria itu dengan nada santai sekaligus angkuh.     

Ekspresi Angele tidak berubah. Ia terus berusaha menyerang pria itu dengan pedangnya walaupun serangannya terus luput.     

BZZZT!     

Lagi-lagi, tangan kiri Angele terkena tembakan laser itu.     

"Apa kau tahu cara mengeluarkan mantra? Kau bertarung seperti pendekar biasa dengan kekuatan fisik yang lemah. Jika kau mau menggunakan mantra jarak dekat, setidaknya cari cara untuk melawan pengguna serangan jarak jauh. Kasihan sekali." kata pria itu dengan sombongnya. "Sampai kapan kau mau bersembunyi? Daya tahanmu sangat kuat, nyaris seperti seorang ksatria, namun itu tidak akan membantumu.     

HAAH!     

Angele menghela nafas. Ia terengah-engah.     

Pria itu berhenti menyerang untuk berbicara, sehingga Angele mendapatkan sedikit waktu untuk memulihkan tenaganya. Ia melemparkan pisau terakhir yang ia miliki dan mengarahkannya tepat ke arah wajah pria berambut perak itu.     

"Itu saja kemampuanmu?" tanya pria itu. Ia jelas ingin membuat Angele marah. Ia mengangkat tangannya, memunculkan banyak laser listrik, dan semua laser itu berputar-putar mengelilinginya. Pisau itu menjadi semakin lambat dan akhirnya berhenti bergerak karena terhalang listrik itu.     

Walaupun begitu, tembakan pisau itu telah membuat pria itu berhenti sesaat, dan Angele menggunakan kesempatan itu untuk menyerang pria itu dari berbagai arah. Walaupun kebanyakan serangan Angele luput, pria berambut perak itu masih terkena beberapa serangan, hingga darah mengucur dari luka-luka yang ada di tubuhnya.     

Wajah pria itu menjadi pucat karena kehilangan banyak darah,, dan energi listrik yang muncul dari lingkaran sihirnya juga semakin berkurang. Sepertinya, ia telah kehabisan mana, dan kekuatan mentalnya tidak cukup untuk terus menggunakan sihir itu.     

BRAK!     

Pria itu terlempar ke arah pohon, dan jatuh tersungkur di tanah. Ia memuntahkan darah dan tidak dapat berdiri.     

Kabut yang ada di sekeliling Angele menghilang. Walaupun ia telah berusaha keras, ia tidak mampu membunuh pria berambut perak itu.     

Ia juga tidak tahu apakah pria itu telah benar-benar kehilangan kemampuan bertarungnya. Walaupun pria itu terlihat lemah, Angele memutuskan untuk tidak mendekatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.