Dunia Penyihir

Kedatangan (Bagian 1)



Kedatangan (Bagian 1)

0Lima hari kemudian…     

Di dalam kabinnya, Angele duduk di samping meja sambil mengukir lingkaran rune putih di atas meja kayunya dengan sebilah pisau perak. Dalam lingkaran itu, terukir sepasang segitiga, dengan botol kristal pemberian Isabell di tengah kedua segitiga itu.     

Tepian lingkaran itu dihiasi oleh setidaknya seratus macam rune aneh.     

Angele terus mengukir rune di atas meja sambil meniup serpihan kayu di atas meja itu.     

Setelah sekitar 20 menit, ia selesai mengukir rune terakhir dan meletakkan pisaunya.     

Ia bernafas lega, dan pisau itu terserap kembali ke telapak tangannya. Ia meletakkan kedua tangannya pada kedua sisi lingkaran itu, dengan botol berisi darah badak itu di antara kedua tangannya.     

Tiba-tiba, terasa getaran di udara.     

Dua cercah cahaya muncul dari kedua telapak tangan Angele. Tangan kanannya memancarkan cahaya merah, sementara tangan kiri memancarkan cahaya hijau.     

Kedua cahaya itu bersatu di atas botol ramuan itu dan berubah menjadi benang transparan yang selaras dengan posisi penyumbat botol itu.     

Sinar-sinar cahaya yang dilepaskan Angele diserap oleh darah badak itu.     

Cahaya dari sihir itu menerangi seluruh kabin, dan kemudian berkedip-kedip selama beberapa detik.     

Sekitar satu jam kemudian.     

Benang-benang cahaya putih tiba-tiba menyebar dari lingkaran itu, dan begitu banyak rune yang terukir di tepian lingkaran perlahan-lahan menghilang.     

Cahaya itu perlahan-lahan menghilang. Angele menurunkan tangannya setelah semuanya sudah beres. Lingkaran yang terukir di meja itu diselimuti oleh cahaya putih, dan botol berisi darah badak itu masih berada di tengahnya.     

Angele berdiri, dan wajahnya terlihat kelelahan.     

"Sekarang, aku hanya perlu menunggu."     

Ia membuka pintu dan berjalan keluar.     

Seorang pria berambut pirang berbaju zirah kulit berwarna merah sedang berdiri di depan pintu. Sepertinya, pria itu sudah lama menunggu di sana.     

"Master Green, ini adalah Minyak Mawar Hitam untukmu. Terimalah."     

Pria itu meletakkan tangan kanannya di atas dadanya dan berbicara dengan lirih.     

Angele melihat ke bawah. Di samping kaki pria itu, terdapat sebuah kotak kayu kecil. Jarum-jarum logam dipalu di setiap sudutnya, namun permukaan kotak itu sangat halus.     

"Murah hati sekali… Jadi, Isabell yakin bahwa aku bisa membuat permintaannya?" Angele tersenyum. "Sampaikan pada Isabell bahwa aku berterima kasih atas kepercayaannya, dan hadiahnya sudah kuterima."     

"Baiklah."     

Pria berambut pirang itu mengangguk dengan sopan. Ia pun berbalik dan pergi.     

Angele menatap pria itu pergi, lalu ia menghela nafas. Ia tahu bahwa Isabell memiliki keluarga dan kekuatan politik yang sangat kuat, namun ia tidak menyangka jika wanita itu akan memberikan sebuah bahan kuno yang langka begitu saja. Ditambah lagi, ia telah mengunjungi semua peramu resmi di Nola. Penyihir dari keluarga biasa tidak akan bisa melakukan itu.     

Ia berjalan maju, mengambil kotak itu, dan membukanya. Di dalam kotak itu, tersimpan sebuah pot keramik berwarna hitam yang diselimuti oleh serpihan kayu, sehingga permukaan pot itu terasa kasar. Selembar kain putih menutupi mulut pot itu.     

Angele membuka tutupnya, dan bau wangi khas bunga mawar tersebar ke seluruh kabin. Minyak di dalam pot itu berwarna hitam dan lengket seperti madu.     

Ia mengangkat tangan kanannya. Tiba-tiba, jarum-jarum perak keluar dari ujung jarinya. Ia pun mencelupkan semua jarum itu ke dalam minyak.     

Angele menarik semua jarum yang dilapisi minyak hitam itu.     

CSS!     

Api hitam membara di ujung jarum setelah Angele memantik minyak itu dengan partikel energi api. Bau harum bunga mawar digantikan oleh bau busuk.     

"Minyak ini asli… Minyak mawar hitam…"     

Angele mengangguk; ia puas dengan hasil percobaan kecil itu. Ia pun meniup api di ujung jarumnya, dan jarum-jarum itu perlahan diserap oleh kulitnya.     

Ia menutup pot minyak itu, meletakkannya di meja, dan pergi meninggalkan kabinnya.     

Di kapal ini, hanya ada dua penyihir, sehingga Angele tidak takut jika akan ada yang mencuri barangnya. Kemungkinan besar, para pengikut Isabell tidak tahu apa guna minyak itu. Namun, ia meletakkan sedikit partikel energi pada permukaan pot itu untuk berjaga-jaga.     

Ia memilih kamar di atas dek. Ia hanya menggunakan salah satu kamar dari banyak kamar yang masih kosong, sehingga ia bisa berganti kamar kapan pun ia mau.     

Kabin Angele saat ini berada tepat di dekat pinggiran kapal. Terlihat ombak-ombak putih bergulung dan menabrak sisi kapal.     

Sejauh mata memandang, hanya terlihat lautan berwarna biru yang jernih dan indah.     

Angin dingin membuat hangatnya sinar matahari tidak terasa.     

Angele berjalan ke kiri dan mendekati sisi depan dek.     

Beberapa prajurit sibuk mengendalikan kemudi dan memeriksa layar. Mereka berteriak-teriak menggunakan dialek aneh yang asing bagi Angele.     

Burung-burung camar hinggap di tepi dek sambil membersihkan bulu dengan paruh mereka.     

Isabell berdiri di depan burung-burung itu dan bermain bersama mereka.     

Sepertinya, burung-burung itu menyukai Isabell. Mereka terus bernyanyi dengan senangnya.     

Angele cepat-cepat berjalan mendekati Isabell, sehingga semua burung itu terbang menjauh, tapi mereka tetap berputar-putar di atas kapal.     

Isabel berbalik dan berhenti tersenyum. Seketika, ekspresinya berubah serius.     

"Bagaimana? Sudah selesai?"     

"Tahap terakhir. Mintalah salah satu pengikutmu untuk menjaga kabinku. Benda yang kau minta akan selesai tiga jam lagi.     

"Tidak masalah."     

Isabell menoleh ke salah satu pengikutnya. Sang Ksatria Agung telah mendengar pembicaraan mereka, sehingga ia hanya mengangguk dan berjalan mendekati kabin Angele. Tangan kanan ksatria itu menggenggam pegangan pedangnya.     

"Apa lagi?"     

Angele tersenyum.     

Aku hanya ingin tahu apa kita sudah semakin dekat dengan tujuan kita.     

"Sebelum pergi ke sana, kita harus pergi ke pulau yang terbuka untuk umum dan meninggalkan semua prajurit ini di sana. Selain itu, kita harus berpindah dan berlayar menggunakan kapal lain nanti. Sepertinya, kita akan berlayar tujuh atau delapan hari lagi." Isabell menjawab dengan santai. "Sekarang, kita telah memasuki teritori bangsa duyung. Kau lihat burung-burung camar itu? Mereka suka terbang di dekat pulau dan daratan. Artinya, kita sudah semakin dekat."     

"Aku adalah penyihir pengembara, jadi aku tidak tahu banyak tentang Nola. Bisakah kau memberitahuku tentang sistem kehidupan di sini? Apa yang akan terjadi setelah aku bergabung dengan salah satu organisasi?"     

Angele tidak tahu banyak tentang kehidupan di Nola. Ia sudah lama penasaran dengan hal itu, namun ia tidak punya kesempatan bertanya karena ia sibuk membuat ramuan di gua.     

"Baiklah." Angin bertiup, sehingga menggerakkan rambut Isabell. "Kudengar, kau adalah seorang penyihir kegelapan, jadi kehidupanmu jauh berbeda dengan kehidupan kami. Di Nola, kebanyakan penyihir cahaya sibuk dengan penelitian dan meditasi di teritori masing-masing. Kebanyakan ras di sekitar sini ramah, dan kami saling berkomunikasi."     

"Tapi, itu bukan berarti bahwa Nola tidak punya masalah. Kami masih punya masalah seperti bencana alam, polusi akibat eksperimen penyihir kegelapan, kerusakan alam karena ulah ras-ras kuno, dan penjajahan yang dilakukan para penyihir. Saat ini, masalah terbesar kami adalah hubungan Nola dengan bangsa duyung. Di Nola, ada lima pusat perbelanjaan dan 15 kota. Separuh dari organisasi yang memerintah kota-kota itu memiliki hubungan dengan bangsa duyung. Kami mendapatkan banyak kebutuhan sehari-hari dari para duyung, dan jika situasi ini menjadi semakin parah, konsekuensinya akan fatal."     

Isabell berhenti sejenak, lalu ia kembali angkat bicara. "Jika kau ingin bergabung dengan organisasi di sekitar sini, kusarankan kau untuk bergabung dengan Menara Enam Cincin. Organisasi itu dapat memberikan banyak bahan-bahan langka yang terbaik, dan merupakan satu-satunya organisasi besar yang tidak dikendalikan oleh keluarga berkepentingan tertentu. Tebing Burung Ular dan Kastil Taring Putih sangat membenci para pendatang."     

Angele terkejut.     

"Jika mereka membenci para pendatang, bagaimana mereka bisa mendapatkan calon penyihir baru untuk kelangsungan organisasi mereka?"     

"Mereka menikahi kerabat mereka sendiri, Terkadang mencampur darah mereka dengan orang luar. Tebing Burung Ular berusaha keras untuk melindungi kemurnian darah mereka… Sementara Kastil Taring Putih mengambil orang dari luar dengan asal-asalan. Tebing Burung Ular tidak didirikan oleh manusia, sehingga mereka hanya memedulikan urusan mereka, sementara Kastil Taring Putih saat ini tengah sibuk bertarung dengan Menara Enam Cincin."     

"Kabar burung mengatakan bahwa Kastil Taring Putih lebih lemah karena Menara Enam Cincin punya banyak uang dan bahan, namun Kastil Taring Putih memiliki banyak penyihir yang bisa menggunakan sihir penyerang."     

Angele mengangguk.     

"Jadi, Kastil Taring Putih sebenarnya lebih kuat dari Menara Enam Cincin? Kalau begitu, jika mereka punya banyak uang, mengapa Menara Enam Cincin tidak merekrut lebih banyak penyihir untuk membantu mereka?"     

"Penyihir kegelapan yang mau bertarung untuk orang lain sangat sulit ditemukan." Isabell menatap Angele. "Ditambah lagi, Kastil Taring Putih sudah bergabung dengan Aliansi Utara akhir-akhir ini."     

Perbincangan mereka terhenti.     

Angele melihat sebuah kapal yang berlayar di sisi kiri mereka.     

Kapal itu adalah kapal Kuirman. Kuirman sedang berjalan di atas dek, namun tiba-tiba ia berbalik setelah menyadari Angele sedang menatapnya.     

Kuirman menggeleng dan menatap Angele dengan tatapan penuh hinaan, kemudian ia melanjutkan perjalanannya.     

Angele memicingkan matanya.     

"Ada apa dengan dia?"     

"Kau tidak sadar? Kuirman sudah membunuh banyak penyihir kegelapan, dan kebanyakan penyihir yang dibunuhnya adalah pengembara sepertimu." Isabell menjelaskan. "Tentu saja, dia tidak suka jika kau ada dalam tim ini. Ia membenci penyihir kegelapan. Sekarang ada penyihir kegelapan yang akan mendapatkan sebagian hadiah dari misi ini. Jelas saja ia tidak suka,"     

"Terserah dia saja…"     

Angele mengernyitkan alisnya.     

Isabell menoleh ke arahnya.     

"Jangan membuatnya marah. Dia tidak akan berani menyakitimu selama kau ada di kapalku, tapi dia mungkin akan menusukmu dari belakang saat aku tidak ada di sini."     

Angele tersenyum kecut.     

"Sekuat apa dia sebenarnya."     

Walaupun provokasi kekanak-kanakan Kuirman tidak membuatnya marah, ia tetap merasa sedikit takut.     

"Yang penting, jangan sampai kau mati. Aku masih membutuhkanmu untuk menstabilkan darah badak itu."     

Isabell tidak menjawab. Ia langsung berjalan kembali ke kabinnya.     

Angele tetap berdiri di tempatnya semula. Ia menggeleng dan tidak bisa berkata-kata.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.