Dunia Penyihir

Pertukaran (Bagian 2)



Pertukaran (Bagian 2)

0Angele berjalan mengikuti Ainphent. Sebelum ia mengetuk pintu, terdengar suara orang-orang saling berdebat.     

Brak!     

Pintu kayu di seberang rumah tujuan mereka tiba-tiba terbuka paksa, dan tubuh seorang wanita paruh baya ditendang keluar dari dalam ruangan itu. Wanita itu merangkak kesakitan. Wajahnya terlihat pucat.     

Dua orang pria kuat berbaju kulit berwarna cokelat berjalan keluar dari rumah itu, diikuti oleh seorang pria tinggi yang mengenakan helm tengkorak berwarna putih.     

Helm tengkorak itu terbuat dari tengkorak seekor serigala, dan wajah pria itu terletak di antara gigi-gigi tajam serigala, sehingga terlihat seakan-akan seekor serigala sedang memakan kepala pria itu. Pakaian dan penampilan pria itu persis seperti bangsa barbar di cerita-cerita dongeng yang pernah ia baca.     

Pria itu berumur sekitar 30 tahun. Ia bertubuh kekar dan berwajah serius.     

"Kau tahu bahwa aku Jerries, kan? Berani-beraninya kau menjual barang palsu ini padaku? Apa? Kau baru menjadi penyihir resmi beberapa waktu lalu? Jelek sekali kualitas pedagang Menara Enam Cincin ini?!"     

Amarah terlintas di mata wanita itu, namun ia terluka parah. Ia hanya tergeletak di lantai dan menatap cercaan pria itu.     

Menyadari bahwa ada perkelahian, para penyihir di jalanan berhenti dan berkumpul di sekitar rumah itu. Ada beberapa penyihir yang berusaha menolong, namun semuanya dihentikan oleh teman mereka masing-masing. Mereka jelas tidak ingin memprovokasi ketiga pria kuat itu.     

"Hei, itu bukan urusan kita. Mereka bertiga adalah antek-antek Kastil Taring Putih, yang terkenal sebagai biang onar. Jangan khawatir, Kuirman dan kelompoknya akan mengurus mereka."     

Ainphent melihat ke arah Angele. Kata-katanya bergema di kedua telinganya.     

Ainphent mengetuk pintu. Pintu kayu berwarna cokelat itu terbuka sendiri. Angele melihat sekilas ketiga pria itu sebelum mengikuti teman barunya masuk ke rumah.     

Saat memasuki ruangan itu, yang pertama kali Angele lihat adalah meja kayu besar di dekat jendela, yang penuh dengan berbagai macam pernak-pernik.     

Botol ramuan, penutup lampu kristal, buku yang tidak lengkap, potongan kayu hitam yang berbentuk aneh, patung-patung dengan pola ukiran rumit... Tidak ada benda berharga di sana.     

Seorang wanita bertubuh pendek berdiri di kursi di balik meja itu. Rambutnya terlihat berantakan. Ia tersenyum kecut.     

"Oh, halo, Ain. Sudah lama tidak bertemu. Aku tidak menyangka kau akan datang."     

Wanita itu berjalan mendekati Ainphent dan memeluknya.     

"Melissa, kita baru bertemu dua hari lalu."     

Ainphent tersenyum, memeluk wanita tua itu, dan menepuk punggungnya.     

"Mengapa kau kemari? Aku masih butuh waktu."     

Wanita tua itu menyunggingkan senyum.     

Ainphent menunjuk ke arah Angele.     

"Ini adalah temanku, Green. Green sedang mencari resep dan bahan-bahan untuk membuat Ramuan Pembunuh Flora. Kupikir kau punya informasi tentang ramuan itu."     

Angele membungkuk hormat. Ia merasakan energi kekuatan mental yang kuat dari wanita itu. Berdiri di dekat wanita itu terasa seperti berdiri di samudra penuh energi. Ia yakin bahwa wanita tua itu lebih kuat dari Master Liliana. Inilah pertama kalinya ia bertemu dengan seorang Penyihir tingkat Kristal, Penyihir yang cepat atau lambat akan mencapai tingkat 2 berdasarkan sistem peringkat kuno.     

"Menarik. Kau masih muda, tapi tanganmu sudah berbau darah."     

Wanita tua itu mengambil kacamata dari sebuah kantong dan perlahan memakainya.     

"Yah, kalau kau adalah teman Ainphent, akan kubantu kau. Aku berhutang budi pada gadis itu." Melissa terdiam sesaat. "Ikutlah denganku, aku harus mencari buku catatan itu."     

Angele mengangguk.     

"Terima kasih atas pertolonganmu"     

"Berterimakasihlah pada Ain."     

Melissa berbalik dan berjalan menuruni tangga, hingga mereka sampai ke pintu di ujung tangga itu.     

Wanita tua itu membuka pintu, dan mereka berdua berjalan masuk ke ruang bawah tanah.     

Berbagai macam benda-benda menumpuk di ujung ruangan. Bahkan, ada beberapa mainan dan boneka pada tumpukan itu.     

Setengah jam kemudian, akhirnya Melissa menemukan sebuah buku catatan yang sedari tadi dicarinya.     

"Aku menuliskan semua informasi tentang penyihir kuno di buku ini."     

Melissa membuka buku itu. Ia mulai mencari informasi permintaan Angele.     

Setengah jam berlalu.     

"Maaf, ramuan yang kau inginkan ini sangat sulit diramu, bahkan untuk Penyihir kuno sekalipun."     

Melissa meletakkan bukunya.     

"Jadi, kau tidak punya?"     

Ain sedikit terkejut.     

"Aku punya resepnya, tapi aku tidak punya bahannya."     

Melissa mengedikkan bahunya dan menjatuhkan buku itu ke lantai.     

Plok! Plok!     

Melissa bertepuk tangan dua kali.     

Sebuah kotak kecil berwarna hitam melayang keluar dari tumpukan benda itu dan mendarat di tangannya.     

"Terimalah ini."     

Ia melemparkan kotak itu pada Angele.     

Angele menangkap kotak itu.     

Kubus itu terbuat dari logam. Benda itu mungkin dibuat bertahun-tahun lalu. Di bawah cat hitam itu, terdapat sedikit cahaya perak.     

Ia membuka kotak itu dan melihat selembar kertas kulit kecil yang dilipat di atas kain perak. Di kertas itu, tertulis berbagai macam rune bercampur karakter acak. Sepertinya, resep ramuan itu disembunyikan dengan kode.     

Setelah menggunakan lebih dari 10 macam cara untuk memecahkan kodenya, akhirnya Angele mengerti judul resepnya.     

'Rahasia Ramuan Pembunuh Flora - Shiva, Elf Kegelapan.'     

"Ini dia yang kucari." Angele mengangguk dan mengembalikan kotak itu. "Berapa harganya?"     

Melissa melambaikan tangannya. "Tanya Ain saja, aku tidak mau apa-apa."     

Ainphent tersenyum.     

"Ini bukan kali pertama aku membawa seseorang padamu. Green memenuhi syarat, kan?"     

"Iya, dia memenuhi syarat, tapi apa kau yakin mau membawa Penyihir tingkat Cairan ke sana?"     

Melissa mengernyitkan alisnya.     

"Iya, aku percaya bahwa Green bisa melakukannya. Kau tahu, aku pandai menilai bakat seseorang, kan?" Jawab Ainphent.     

Angele tahu bahwa Ainphent tidak akan membantunya begitu saja tanpa alasan. Ia mengerti bahwa di dunia Penyihir, tidak ada yang gratis. Jika Ainphent tidak meminta imbalan, Angele akan jauh lebih curiga.     

"Katakan saja apa yang kalian inginkan," Angele memotong pembicaraan mereka.     

Ainphent mengangguk.     

"Kami sedang mencari tim untuk berpetualang ke reruntuhan kuno, dan kita membutuhkan penyihir kuat yang bisa menggunakan sihir-sihir penyerang. Aku pergi ke pintu masuk reruntuhan itu setiap hari demi mencari orang yang mau menjadi anggota, tapi sayangnya hanya ada beberapa orang yang memenuhi syarat."     

"Reruntuhan?"     

Angele sempat mendengar gosip tentang reruntuhan, namun ia tidak punya rencana untuk ke sana. Perkataan Ainphent membuatnya tertarik.     

"Reruntuhan seperti apa?"     

"Reruntuhan bekas bangunan organisasi Penyihir kuno. Kami sudah memasukinya sebanyak tiga kali, tapi kami tidak pernah sampai ke tempat terdalam. Aku sudah menemukan penyihir spesialis kunci, dan sekarang aku membutuhkan penyihir yang bisa bertarung. Maaf, aku tidak bilang dari tadi, tapi di sana ada terlalu banyak orang. Ini adalah misi rahasia," Ainphent meminta maaf.     

"Tidak apa-apa. Jadi, apa yang bisa kudapatkan dari misi rahasia ini?" tanya Angele dengan tenang.     

"Resep ini beserta bahan-bahan untuk meramunya. Sebenarnya, kebanyakan bahan-bahan ramuan ini mudah ditemukan, namun Minyak Mawar Hitam dan Jantung Pohon sangat sulit didapat. Aku punya sebotol kecil Minyak Mawar Hitam dari penyihir dryad 300 tahun lalu. Akan kuberikan minyak itu setelah misi." Ainphent menatap Angele. "Sementara untuk Jantung Pohon, kita harus mencari bahan itu di reruntuhan. Di zaman sekarang, bahan itu tidak mungkin bisa ditemukan di toko. Kita harus mencarinya di reruntuhan seperti ini."     

"Jadi begitu?" Angele menjadi ragu. "Berapa jumlah anggota kelompokmu sekarang? Sekuat apa mereka?"     

"Aku sudah menemukan tiga penyihir, tapi aku tidak tahu pasti apa mereka akan datang. Beberapa penyihir tidak mau menepati janjinya. Melissa akan menjadi ketua tim. Ada juga dua penyihir tingkat Gas, termasuk kau, dan sisanya adalah penyihir tingkat Cairan dan Kristal," Ainphent menjelaskan. Ia berusaha meyakinkan Angele.     

Melissa pun angkat bicara. "Reruntuhan itu ditemukan baru-baru ini. Kita harus segera melihat apa isinya. Jika penyihir lain menemukan tempat itu, kita tidak akan bisa mendapatkan benda-benda langka."     

"Jadi, kapan kita akan pergi ke sana?" Angele mengangguk. "Aku masih ada urusan di sini."     

"Baiklah, waktumu dua bulan." Melissa mengangguk. "Reruntuhan itu masih tersembunyi. Belum ada penyihir lain yang menemukan. Jika kau memutuskan untuk menerima misi ini, tolong rahasiakan semua informasinya. Kau pernah menggunakan Bola Rahasia?"     

"Tentu saja."     

Angele mengangkat tangannya.     

Melissa kembali bertepuk tangan, dan sebuah bola transparan terbang dari tumpukan benda itu. Bola itu mendarat pada telapak tangan Melissa.     

Bola itu berukuran sebesar kepala manusia dengan tiga titik hitam di dalamnya. Angele menjentikkan jarinya dan memasukkan sebuah partikel energi hitam. Partikel itu segera bergabung dengan ketiga partikel lainnya.     

"Bagus."     

Melissa dan Ainphent tersenyum     

"Jika urusan kita sudah selesai, aku permisi dulu."     

Angele membungkuk hormat dan berbalik.     

"Setelah dua bulan, kami akan menunggu di sini selama lima hari. Kuharap kau tidak terlambat," kata Ainphent dengan santai.     

"Baiklah."     

Angele berjalan menaiki tangga, membuka pintu, dan meninggalkan rumah itu.     

Setelah yakin bahwa Angele sudah pergi, mereka mulai membicarakan reruntuhan itu.     

"Aku yakin bahwa dia bisa menolong kita. Dia pasti adalah seorang Penyihir Kegelapan."     

Melissa tersenyum.     

"Iya, aku yakin bahwa ia sudah membunuh banyak musuh. Para Penyihir Kegelapan memiliki kemampuan bertarung yang lebih hebat ketimbang kita, Penyihir Cahaya. Walaupun dia masih di tingkat Gas, aku yakin bahwa dia bisa menggunakan berbagai macam sihir penyerang. Kita tidak bisa membuang-buang waktu lagi. Kita harus segera menemukan benda apa yang tersembunyi di reruntuhan itu."     

"Ethio sudah bergerak. Mereka berencana untuk mencuri kristal itu. Kita harus cepat." Ainphent menatap Melissa. "Kuharap, kali ini kita berhasil."     

"Kuharap begitu."     

Melissa menghela nafas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.