Dunia Penyihir

Negara Kemakmuran. Nola (Bagian 1)



Negara Kemakmuran. Nola (Bagian 1)

0Hari masih gelap. Matahari baru saja menampakkan wajahnya di ufuk timur. Angin dingin bertiup di seluruh hutan.     

Angele berbaring di tempat tidur sambil memejamkan matanya, namun sebenarnya ia sudah bangun.     

Selapis pelindung buram melindungi kepalanya. Dari kejauhan, pelindung itu terlihat seperti lapisan lem.     

Perlahan-lahan, seiring berjalannya waktu, lapisan itu mengecil. Awalnya, lapisan itu hanya seukuran kepala Angele. Namun, dalam sepuluh menit, semua lapisan itu menutupi wajahnya dengan rata, sehingga terlihat jauh lebih tipis.     

Cahaya matahari pagi memasuki kamarnya dari jendela dan menerangi ruangan itu.     

Lapisan seperti lem itu akhirnya habis terserap oleh kulit wajahnya.     

Krak!     

Sebuah titik cahaya merah muncul di dahinya. Titik itu berusaha terbang keluar dari kamar itu.     

PAK!     

Angele memukul cahaya merah itu dengan tangannya.     

Cahaya itu berubah menjadi percikan api sebelum akhirnya menghilang.     

Angele membuka matanya dan duduk di tempat tidur.     

'Akhirnya, pelacak itu sudah hilang,' Angele merasa lega. 'Tanpa teknik kompresi mental ini, aku tidak akan pernah bisa menghancurkan benda sialan ini. Ditambah lagi, setelah berlatih kompresi mental, pergerakan gelombang mentalku sudah berubah total. Sepertinya, para Penyihir spesialis ramalan pun tidak akan bisa melacakku sekarang.'     

Angele bersantai selama beberapa saat, sebelum akhirnya berdiri dan duduk di meja. Ia menyalakan lampu minyaknya dan mulai membaca gulungan yang ia dapatkan beberapa waktu lalu.     

Setelah menyimpan semua informasi itu pada chip-nya, Angele mencoba mempraktekkan semua teknik-teknik kompresi itu hingga matahari terbit.     

Ia mengunci gulungan itu, membuka pintu, dan meninggalkan kamarnya.     

Ruang tamu sangatlah sunyi. Debu-debu di udara menjadi terlihat karena cahaya matahari. Angele meregangkan punggungnya dan naik ke ruang belajar.     

Setiap hari, sebuah gulungan baru yang disiapkan oleh Markolov akan muncul di ruang belajar. Angele akan mengambil gulungan itu dan mempelajari isinya di kamarnya. Itulah rutinitas Markolov dan Angele selama ini. Biasanya, Markolov bangun sangat pagi. Ia akan duduk di kursinya dan menunggu Angele datang. Namun, hari ini, tidak ada siapa-siapa di ruangan itu.     

Hanya ada sebuah surat kuning yang disegel dengan stempel lilin putih. Surat itu diletakkan di atas kursi.     

Sedikit terkejut, Angele berjalan mendekati kursi itu dan mengambil surat tersebut. Stempel itu adalah stempel privat Markolov. Ia segera membuka surat itu.     

'Dennis, kan? Akan kugunakan nama ini saja.'     

'Aku sudah mengajarimu semua yang kutahu. Aku bisa merasakan, semakin hari energi kehidupanku semakin menurun… Kemarin, aku bertemu anakku, Karen, di dalam mimpi. Ia masih sangat tampan dan lembut. Ia mengatakan padaku bahwa ia telah membeli rumah di Valborg… Selain itu, aku juga bertemu cucuku. Mereka bilang padaku bahwa mereka akan bermain di kolam renang… Teman lamaku, Medivh, juga ada di sana.     

Kematianku sudah sekarat. Aku tidak tahu berapa lama waktu yang tersisa untukku. Namun, sebelum aku pergi, aku harus melakukan sesuatu. Kau bisa melakukan apa saja pada rumah ini setelah kau selesai membaca surat ini. Kumohon, pelajari dan kuasai teknik kompresi energi. Teknik ini harus diteruskan ke generasi-generasi selanjutnya.     

Markolov.'     

Angele meletakkan surat itu di meja. Markolov ingin mengajari Angele secepat mungkin agar permintaan terakhirnya bisa terpenuhi. Sepertinya, ia tidak ingin Angele melihatnya mati untuk menjaga harga dirinya.     

Dennis adalah anak dari salah satu dari banyak saudara Markolov. Namun, tingkat potensi sihir Dennis lebih buruk ketimbang sifatnya. Kemampuan belajar Angele jauh lebih kuat ketimbang Dennis yang sebenarnya. Angele berusaha untuk tidak melakukan hal yang mencurigakan, namun Markolov masih menyadari perubahan Dennis setelah mereka menghabiskan banyak waktu bersama.     

Akhirnya, Penyihir tua itu menemukan seorang pewaris yang mampu mengerti sistem energinya.     

Angele melihat seluruh ruangan itu. Rasa sedih terlihat jelas di matanya. Ia mengerti bahwa Penyihir tua itu meninggalkan rumah saat ia berusaha mencoba kompresi mental. Walaupun Angele tahu bahwa hari ini akan tiba, ia tidak menyangka jika hari ini akan datang begitu cepat.     

Angele telah berhasil menghancurkan sihir pelacak yang terpasang di tubuhnya, dan lukanya benar-benar sembuh, sehingga ia memutuskan untuk pergi ke tujuan selanjutnya. Ia melihat sekeliling, memastikan tidak ada orang di sana, dan mengambil sebuah kantong hitam dari sabuknya.     

Kantong hitam itu adalah hasil jarahan dari mayat Arisa. Perlahan-lahan, ia membuka kantong itu dan mengambil sebuah bola kristal hitam seukuran kacang.     

"Aku akan pergi sekarang." Angele menghela nafas. Ia melemparkan kristal hitam itu dan keluar dari ruangan tanpa melihat ke belakang.     

Bola kristal itu terjatuh di atas karpet merah dan berubah menjadi gelombang-gelombang gelap. Perlahan-lahan, gelombang itu memenuhi ruangan.     

DUAR!     

Karpet, kursi, dekorasi, dan meja – semua yang tersentuh gelombang gelap itu dilalap oleh api.     

Di luar rumah, Angele menatap rumah yang terbakar itu selama beberapa saat, dan berjalan pergi sambil membawa sebuah koper kecil berwarna hitam.     

Tidak lama kemudian, api merah telah melahap habis rumah itu, sehingga menghilangkan semua jejak di sana, termasuk jejak sihir pelacak yang ia hancurkan.     

Angele membeli banyak sekali daging kering, bekal air, dan berbagai macam perbekalan dari kota. Ia juga membeli dengan dua ekor kuda setelah memeriksa lokasi kota besar terdekat.     

Setelah mencari informasi tentang keberadaan Menara Enam Cincin dari pekerja hotel, Angele memutuskan untuk pergi ke Eracia. Tidak ingin berlama-lama, ia membeli selembar peta dan segera pergi meninggalkan kota.     

Saat ini, ia tidak terlalu jauh dari Menara Enam Cincin, ia hanya perlu melewati dua negara berukuran sedang. Tempat ini cukup aman, tidak ada penjahat ataupun makhluk-makhluk sihir berbahaya karena tempat ini adalah teritori beberapa organisasi Penyihir besar. Manusia di sini hidup bahagia, dan para Penyihir mempekerjakan manusia untuk mengumpulkan bahan-bahan sihir.     

Angele berjalan secepat mungkin dan berusaha menghindari anggota-anggota organisasi yang sedang mengejarnya. Setelah satu tahun, ia akhirnya sampai ke daerah sekitar Menara Enam Cincin.     

Daerah itu bernama Dataran Nola. Menurut legenda, tempat itu adalah tempat tinggal kesukaan para Penyihir kuat.     

Dataran itu terlihat sepi; hanya ada rumput hijau dan kuning menutupi seluruh dataran itu. Di atas rerumputan, terdapat kepingan-kepingan bebatuan kecil. Jalan kuning tak berujung itu membentang hingga ke cakrawala.     

Awan-awan putih bergerak perlahan di langit. Bentuknya seperti marshmallow.     

Seorang pria berjubah kelabu menunggangi seekor kuda putih yang kuat dan berjalan perlahan-lahan menyusuri jalan tak berujung itu. Debu mengotori jubahnya, dan wajahnya tertutup dengan tudung.     

Ini adalah hari keempat semenjak ia sampai di dataran. Salah satu kudanya mati terkena penyakit, sehingga hanya kuda putih itu yang tersisa.     

Angin dingin bertiup ke wajah Angele.     

Sebuah penanda jalan berwarna cokelat tergeletak di depannya. Tinta penanda itu sudah buram. Sepertinya tidak ada yang berusaha memperbaiki tanda itu setelah bertahun-tahun.     

Melihat penanda jalan itu, Angele bernafas lega.     

"Akhirnya, aku sudah dekat!" Ia berhenti di depan penanda jalan itu dan melompat turun dari kudanya,     

Ia membersihkan debu dari penanda itu, sehingga terlihat jelas tulisan bahasa Anmag pada penunjuk jalan itu. 'Nola, Tanah Kemakmuran.'     

Angele mendongak dan melihat ke depan. Terdapat dua buah pilar putih di kedua sisi jalan. Pilar-pilar itu melengkung seperti sepasang taring raksasa yang sedang menjaga pintu masuk.     

Ia berjalan mendekati pilar itu sambil memegang tali kekangnya dengan salah satu tangan dan menggosok permukaan pilar itu perlahan-lahan. Permukaannya kasar, dingin, dan berlubang-lubang karena telah diterpa panas dan hujan selama bertahun-tahun.     

"Jadi, ini perbatasan Nola…"     

Angele bersandar pada salah satu pilar selama beberapa saat sebelum akhirnya pergi.     

Setelah sepuluh kilometer, terdapat banyak jalan bercabang dengan interval yang acak, seperti kain-kain kuning yang diletakkan di samping jalan utama. Jalan utama ditutupi oleh bebatuan kecil, dengan lebar sekitar sepuluh meter.     

Sejauh mata memandang, hanya ada jalan yang tak berujung. Tidak ada petualang lain di sana. Dua jam berjalan, dan ia melihat cabang-cabang jalan nyaris setiap seratus meter.     

Akhirnya, Angele melihat pria berjubah kelabu dari jalan sisi kiri. Pria itu menunggangi seekor kuda kuning dan tidak berkata apa-apa. Ia hanya lewat dan terus mencambuk kudanya hingga ia menghilang di kejauhan. Sepertinya, pria itu sedang terburu-buru.     

Angele terus berjalan, dan semakin banyak orang-orang bermunculan di sekitarnya.     

Beberapa sedang menunggang kuda, sementara sisanya menunggang kereta. Mereka semua membawa buah-buahan dan gandum pada kereta-kereta di belakang kereta kuda mereka. Kebanyakan pengunjung mengenakan jubah kelabu, dan ia mampu merasakan partikel-partikel energi dari para calon Penyihir tingkat dua.     

Semua orang yang dilihatnya di sana adalah calon Penyihir. Tidak ada satu pun yang merupakan manusia biasa.     

Akhirnya, Angele sampai ke sebuah danau yang besar dan damai. Terlihat pegunungan abu-abu di seberang danau itu.     

Danau itu sangat jernih. Permukaannya seperti cermin raksasa yang memantulkan langit dan awan-awan. Dua kelompok pengembara sedang beristirahat di tepi danau, beberapa sedang mencuci muka, dan sisanya menyalakan api unggun untuk berkemah. Angele mencium aroma sup ikan. Sepertinya, mereka sedang memasak.     

Angele melompat turun dari kudanya dan memegang tali kekang kuda itu. Ia menarik kuda tersebut ke tepi danau dan mengambil sebuah kantong air yang kosong.     

Kuda itu mulai meminum air di tepi danau itu, sementara Angele mengisi kantong airnya dengan air bersih dari danau itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.