Dunia Penyihir

Pertarungan di Hutan (Bagian 2)



Pertarungan di Hutan (Bagian 2)

0Angele mengangkat tangannya. Tiba-tiba, ada cairan logam yang membentuk sebuah perisai berbentuk seperti kerang.     

Ia mulai membaca mantra yang aneh. Mantra itu sederhana, namun tidak terdengar seperti bahasa manusia yang telah diketahui.     

Suhu udara di sekitar Angele semakin panas. Bahkan gelombang panas terlihat, sehingga membuat asap hitam pekat itu bergoyang-goyang.     

Saat asap itu semakin dekat, Angele nyaris menyelesaikan mantranya.     

Ting!     

Tiba-tiba, wajahnya menjadi pucat, dan tubuhnya gemetar. Panas itu menghilang dalam sekejap saat mantranya telah terpotong.     

Tanpa mantra yang melindunginya, ia hanya bisa melihat asap hitam pekat itu berusaha menelannya. Tubuhnya tidak bisa bergerak. Ketakutan akan kematian semakin terasa. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain diam dan menerima kematian.     

Css!     

Asap itu menggumpal. Pisau-pisau dan medan pelindung Angele berjatuhan seperti hujan.     

************************     

Di seberang hutan yang luas itu, terdapat sebuah tebing berwarna hitam.     

Seorang pria berjubah hitam berdiri di tebing sambil menatap lautan pepohonan itu dari atas. Hembusan angin membuat bagian bawah jubahnya menari-nari..     

Rambut pria itu berwarna putih dan sangat tidak terawat, namun janggut dan bulu matanya berwarna merah. Wajahnya pucat, dihiasi oleh banyak sekali kerutan.     

Raut wajah pria itu datar. Di depan dadanya, terdapat sebuah piring emas seukuran kepala yang melayang-layang dan memperlihatkan ukiran-ukiran rune aneh pada permukaannya.     

"Atas perbuatanmu pada muridku yang tercinta, akan kuambil jiwamu," gumamnya seraya menatap sebuah medan pertarungan yang sangat jauh dari tebing itu.     

Dengan jari telunjuknya, ia perlahan menyentuh piring emas itu.     

TING!     

Suara yang tajam pun bergema, persis dengan suara yang didengar Angele saat itu.     

***************************     

Angele telah bisa bergerak, namun sebagian kekuatannya hilang, sehingga memaksanya untuk mundur.     

Medan pelindung perak di depannya telah berubah menjadi kubangan cairan kental berwarna hitam yang menggenang di tanah, namun medan pelindung itu masih mampu menahan asap hitam pekat yang akan menyerangnya.     

"Sialan!" umpatnya seraya menatap tangan kanannya. Segumpal kecil asap hitam menyelimuti jari pertamanya. Cairan hitam pekat pun menetes dari lukanya.     

Angele menggertakkan giginya dan mengarahkan tangan kirinya ke asap itu. Ukiran sayap pada tangannya mulai mengepak.     

Aura mengerikan mengelilingi tubuhnya.     

Merasakan aura itu, Arisa segera mencoba mundur, sehingga asap hitam itu pun ikut mundur.     

Awalnya, Arisa ingin membunuh Angele dari belakang, namun ekspresinya berubah saat melihat Angele mengangkat tangan kirinya. Wanita itu berjalan mundur, kembali ke perlindungan gumpalan asapnya, dan melemparkan sedikit asap ke arah Angele.     

Angele memicingkan matanya. Ia hendak mengaktifkan signet itu dengan kekuatan mentalnya.     

TING!     

Lagi-lagi, suara itu bergema, sehingga membuatnya tidak bisa bergerak selama beberapa saat.     

"AH!"     

Kakinya menjadi kaku, dan punggungnya terkena serangan asap hitam itu. Terdengar suara seperti daging yang sedang dipanggang, dan asap hijau membumbung dari lukanya. Ia telah gagal mengaktifkan signet itu.     

Hanya muncul sedikit gelombang transparan yang meniupkan sebagian gumpalan asap hitam itu. Gelombang itu bahkan menyingkirkan asap yang tersisa di punggungnya.     

Arisa keluar dari persembunyiannya.     

"Hampir saja. Kau telah kehilangan satu-satunya kesempatan untuk menyerangku," kata wanita itu dengan dingin.     

Wanita itu melambaikan tangannya. Asap hitam itu kembali berkumpul di udara dan menyerang Angele.     

Angele terus berlari. Ia merasakan bahwa ada yang berusaha menghentikan serangan atau pertahanannya dengan gelombang energi aneh. Energi aneh ini juga mampu menembus pertahanannya dengan mudah.     

Awalnya, ia ingin bertarung sendiri untuk mendapatkan pengalaman, namun sekarang, situasi memaksanya meminta bantuan Zero.     

'Zero, apakah serangan gelombang energi ini bisa dihilangkan?' tanyanya sambil menghindari serangan-serangan dari asap hitam itu.     

'Serangan gelombang energi ini akan melemah jika Anda bisa bergerak 2 kilometer dari posisi sekarang. 87% kemungkinan strategi ini akan berhasil.' lapor Zero.     

Angele mengerang kesakitan saat tangan kanannya terluka karena asap hitam itu. Logam perak yang melindungi tubuhnya menetes ke tanah, dan menyisakan luka berwarna hitam pada lengannya.     

Lengan dan punggungnya terasa amat sakit, namun ia tetap tenang. Asap hitam itu kembali berkumpul dan berubah menjadi sosok manusia yang akan memeluknya.     

"Tunjukkan arah terbaik padaku."     

"Timur adalah pilihan terbaik untuk Anda saat ini."     

Ange melemparkan pedang crossguard-nya, dan pedang itu berubah menjadi perisai perak. Ia berlari ke timur seperti dikejar hewan buas.     

"Kau mau kabur?!" Suara Arisa terdengar dari asap berbentuk manusia itu. Saat asap itu menyentuh perisai Angele, perisai itu meleleh menjadi kubangan cairan hitam.     

Wanita itu mengejar Angele dengan kecepatan tinggi.     

"Berikan Light of Thor padaku!" teriak wanita itu. Suaranya telah berubah, tidak lagi jernih dan indah, namun serak seperti suara orang tua.     

Angele terus berlari. Ia masih menyesali pilihannya untuk mengaktifkan signet pada tangan kirinya. Pada akhirnya, karena aktivasi signet itu terganggu oleh gelombang aneh itu, lawannya tidak terkena apa pun, sementara mentalnya terluka karena efek samping signet itu.     

'Arisa telah mengubah dirinya menjadi wujud energi. Jika aku bisa menyerangnya dengan signet-ku, setidaknya dia tidak akan bisa menyerang... Gelombang energi apa itu? Bagaimana gelombang itu bisa menembus medan pelindungku?' Angele semakin ketakutan.     

Angele menggumamkan mantra Percepatan Berlin.     

Mantra itu mampu mempercepat gerakan pengguna. Ia mempelajari mantra itu dari buku-buku mantra sekolah.     

Ia meningkatkan kecepatan kakinya, hingga nyaris secepat asap hitam itu, sementara Arisa masih berwujud gumpalan asap yang menyerupai manusia.     

"Kau tidak akan bisa kabur!" teriak wanita itu dengan dingin.     

"Aku tidak mengerti, bagaimana bisa Calello kalah dengan Penyihir lemah sepertimu?! Ha!"     

Tanpa mempedulikan hinaan Arisa, Angele terus berlari. Suara energi aneh itu bergema semakin keras, sehingga merusak konsentrasinya dan membuatnya tidak bisa berpikir.     

'Zero, perkuat semua inderaku sekarang juga!'     

'Penguatan indera telah diaktifkan. Terowongan kekuatan mental khusus terdeteksi... Meningkatkan...'     

Titik-titik partikel biru berkelap-kelip di depan mata Angele. Mentalnya pun bergejolak, yang menunjukkan bahwa seluruh tubuhnya sedang berusaha menyingkirkan gelombang energi aneh itu dari pikirannya.     

Penglihatannya menjadi buram. Pepohonan di kedua sisi jalan, dedaunan yang mengotori jalanan hutan, bahkan cahaya matahari pun menjadi buram dan tidak terfokus.     

Duar!     

Angele merasakan bahwa partikel energi murninya melewati sebuah lorong aneh yang memasuki pikirannya dan sampai ke tempat yang sangat jauh.     

Ia melihat seorang pria tua berdiri di atas tebing hitam sambil menatap partikel energinya dengan seksama.     

Seketika itu, piring Rune emas di depan pria itu retak, pecah berkeping-keping, dan perlahan menghilang di udara.     

"B*jingan yang beruntung..." omel pria itu. Suaranya bergema dalam pikiran Angele.     

Angele tidak bisa melakukan apa-apa selain melihat pria itu pergi menjauh.     

Shing!     

Tiba-tiba, ia kembali ke tubuhnya setelah merasakan tarikan yang kuat. Rasanya sangat tidak nyaman, seperti rohnya tertarik keluar dari tubuhnya.     

Angele terus berlari, sementara suara asap yang mengikis tanaman di sekitar itu semakin keras. Keringat dingin menetes dari dahinya saat angin kencang meniupnya..     

"Alis dan janggut merah..." gumam Angele, setelah suara dan gelombang itu hilang. Sepertinya, sihir itu terhenti setelah ia menemukan siapa sebenarnya pengguna sihir itu.     

"Kembali!" Suara teriakan Arisa terdengar dari belakang.     

Ekspresi Angele berubah serius. Tiba-tiba ia menggerakkan kakinya dan berbalik.     

Perlahan-lahan, tiga goresan perak muncul pada sisi kiri wajahnya.     

Ia mengangkat tangan kirinya tepat ke gumpalan asap itu. Seketika, sebuah bola api sebesar kepala manusia muncul di telapak tangannya.     

"Bola Api Tingkat Rendah!" Angele melemparkan bola api itu.     

Bola api itu melesat cepat, membentuk garis lurus dan mengeluarkan suara seperti panah yang ditembakkan.     

Arisa, tidak menyangka jika Angele akan menyerang. Ia tidak sempat menghindar, bahkan tidak sempat berhenti, sehingga bola api itu meledak tepat di tubuhnya.     

DUAR!     

"Ah!" Teriakan melengking menggema dan memenuhi seluruh hutan.     

Bola api Angele menyingkirkan kabut asap Arisa, sehingga asap-asap itu menyebar ke semak belukar. Tempat itu benar-benar tertutup asap dan cipratan-cipratan bara api.     

Tepat di tengah tubuh Arisa, sebuah bola api berputar-putar dengan cepat sambil meledak. Semua benda di sana terbakar api. Api itu memaksa kegelapan itu mundur dan membersihkan kubangan-kubangan cairan hitam di tanah.     

Angele mengangkat tangan kirinya dan mengarahkan telapaknya kepada Arisa. Kedua ukiran sayap itu mulai mengepak, dan terdengar suara-suara teriakan dari neraka.     

"Tidak!" Ketakutan terpatri pada wajah Arisa.     

"Nas'vak!" teriaknya seperti orang gila. Angele mendengar suara sesuatu yang retak.     

Sebuah tengkorak dari gumpalan asap hijau muncul di depan wanita itu dan membuka mulutnya perlahan-lahan.     

Duar!     

Bola api itu meledak saat bertabrakan dengan tengkorak Arisa, sehingga menghasilkan sedikit pusaran kecil energi kegelapan.     

Angele melompat mundur. Serangan itu memaksanya untuk berhenti menggunakan signet-nya. Asap hitam pekat itu telah nyaris menghilang.     

Sisa asap itu menggumpal dan kembali menjadi bentuk Arisa di tanah. Kedua tangannya telah menghilang, dadanya berlubang, dan sisi kiri wajahnya terbakar hingga hangus.     

"Wajahku…" Wanita itu gemetar ketakutan.     

Angele menatap wanita itu dengan tenang seraya mengambil busur logam dari punggungnya.     

"Ada pesan terakhir?" kata Angele dengan santai.     

Mendengar pertanyaan itu, Arisa mengangkat kepalanya perlahan-lahan.     

Angele menarik senar busurnya hingga penuh dan memunculkan sebatang panah logam hitam pada busur itu.     

Cras!     

Panah itu berubah menjadi benang hitam dan menusuk Arisa tepat di tengah dahinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.