Dunia Penyihir

Tersisa (Bagian 2)



Tersisa (Bagian 2)

0"Tree Elf?"     

Dryad itu terdiam sesaat, lalu ia mencari informasi dalam memorinya. Setelah beberapa menit, akhirnya ia menjawab.     

"Beberapa waktu lalu, mereka pindah, dan tidak ada yang tahu kemana mereka pergi. Bangsa Tree Elf memiliki cara khusus agar tempat tinggal mereka tidak terlacak. Mereka akan membangun Taman Rahasia setelah sampai di hutan atau area baru. Dulu, aku bertemu para Tree Elf 130 tahun lalu. Mereka sangat imut dan ramah. Ah, masa lalu… Waktu benar-benar berlalu cepat. Aku ingat mereka pernah berdansa di tanganku, dan aku terbangun oleh nyanyian mereka yang merdu setiap hari."     

Dryad itu menghela nafas. "Kau harus tahu bahwa suara mereka seperti suara bidadari, hingga manusia biasa bisa kehilangan kewarasan saat mendengar nyanyian mereka. Terkadang, mereka membawakan buah-buahan dan daging babi bakar berlumuran madu untukku… Sudah bertahun-tahun aku tidak memakannya…"     

"Kau tidak menjawab pertanyaanku."     

Angele hanya ingin tahu kemana para Tree Elf itu pergi.     

"Biarkan aku berpikir… Berikan aku waktu…"     

Dryad itu menyentuh dahinya. Ia kesulitan mengingat hal-hal dari masa lalu.     

"Dimensi waktu kita sangat berbeda, sehingga aku harus menghitung… Aku membutuhkan beberapa tahun untuk sekedar berbalik atau merapikan rambut, namun kalian, manusia, hanya membutuhkan beberapa detik. Masa hidupku sangat lama, sehingga aku cepat lupa…" gumam pohon itu sambil mengayunkan cabang-cabangnya.     

"Persepsi waktu? Maksudmu, lingkaran aktivitas? Apa kau pernah bertemu seorang penyihir sebelumnya?"     

Angele sedikit terkejut.     

"Tentu saja, aku berbincang-bincang dengan beberapa penyihir saat aku bangun beberapa waktu lalu. Mereka berdiri di sampingku, membicarakan penelitian mereka, dan mendapatkan informasi dariku, namun mereka… Oh! Aku ingat!" Tiba-tiba, Dryad itu berteriak sangat kencang, hingga tubuh Angele terasa kaku.     

"Mereka masih ada di sekitar Aliansi Andes, namun mereka sudah membangun Taman Rahasia baru. Apa kau mencari Tikka Soyun?"     

"Tikka Soyun? Itu nama Taman Rahasia mereka?"     

"Iya, Tikka Soyun. Dalam bahasa mereka, ini berarti 'Perlindungan'. Kebanyakan Taman Rahasia yang mereka bangun menggunakan nama ini. Sepertinya, mereka kurang kreatif." Dryad itu mulai melantur lagi.     

"Aku sudah memberikan beberapa ide saat mereka tinggal di sini, namun mereka tidak mendengarkan. Mereka hanya menghabiskan setahun untuk memutuskan, sementara aku menghabiskan beberapa tahun… Seharusnya mereka menamai tempat itu Panggangan Murio atau Taman Para Kurcaci. Lebih bagus, kan?"     

"Apa kau sering mengatakan berbagai macam hal-hal aneh pada orang-orang yang datang mengunjungimu?"     

Angele terdiam.     

"Yah, tanpa lempeng kenangan itu, mereka tidak akan bisa membangunkanku. Lempengan itu membantuku untuk mengatur persepsi waktuku, karena jika tidak, aku tidak akan tahu jika ada orang di sekitar sini. Dulu, tempat ini adalah kota, namun entah kenapa penduduknya menghilang. Oh, tunggu, ada kebakaran, gempa, dan seekor beruang hitam besar… Aku ingin dagingnya…"     

"Satu pertanyaan lagi," potong Angele. "Apa kau tahu tentang Bahasa Chaos?"     

"Bahasa Chaos? Apa itu? Aku tidak pernah mendengarnya." Dryad itu terlihat kebingungan. "Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu. Sepertinya itu adalah rahasia para Penyihir. Tanyakan hal yang lain. Sku sudah tua, jadi aku sudah menjadi pelupa. Omicade pernah berkata bahwa aku terkena penyakit otak, tapi aku tidak setuju. Kau tahu kan…"     

Angele menjadi kecewa, dan menghentikan ocehan pohon itu. "Hei, apa kau tahu cara memurnikan mental? Aku meminum terlalu banyak ramuan."     

"Memurnikan mental… hah… Biar aku ingat-ingat dulu…"     

Dryad itu memicingkan matanya dan mulai berpikir.     

Ia menatap Angele selama beberapa menit.     

"Maaf, aku sedang memikirkan sesuatu yang lain…"     

"…" Kesabaran Angele benar-benar diuji. Kepalanya pusing karena berbicara dengan pohon itu.     

"Pemusatan kekuatan mental, ya? Aku tahu caranya…"     

Melihat Angele sedang menatapnya, Dryad berusaha fokus ke inti pertanyaan.     

"Apa?" tanya Angele dengan suara berat.     

"Umm… Yah… Pertama, kau harus memperkuat keyakinan dirimu, kemudian gunakan energi murni untuk menembus kekuatan mentalmu. Jika kau terus melakukan itu, kekuatan mentalmu akan berubah, dan mentalmu akan menjadi semakin murni karena efek energi murni itu."     

"Jadi, ini metode yang hanya bisa digunakan Penyihir, dan orang-orang biasa akan mati jika mencobanya karena terkena radiasi energi?"     

Angele mengernyitkan alisnya.     

"Radiasi? Benar, hanya Penyihir formal yang bisa bertahan saat menggunakan radiasi sekuat itu. Ditambah lagi, metode ini membutuhkan waktu lama. Beberapa tahun, mungkin? Aku tidak tahu, untukku, beberapa tahun adalah waktu yang kubutuhkan untuk menggaruk kepala. Kau tahu kan, kami bangsa Dryad…" Setelah menjawab pertanyaan itu, Dryad tersebut kembali mengoceh.     

Angele mengangguk dan mengabaikan perkataan dryad itu.     

Metode itu lebih mudah dari perkiraannya. Ia hanya perlu menggunakan bantuan chip-nya untuk memindahkan energi radiasi ke dalam tubuhnya, namun ia hanya bisa menggunakan satu macam energi. Apakah energi radiasi dari cincinnya dulu membuatnya memiliki kecocokan dengan partikel energi Angin?     

"Terima kasih atas penjelasannya." Angele membungkuk hormat. "Jika aku tidak melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, aku tidak akan menyangka akan bertemu dengan Dryad yang suka makan daging bakar."     

"Haha! Benarkah? Jadi, aku berbeda?" Dryad itu tertawa puas dengan pujian Angele. "Ini, ambillah!"     

Sekeping kayu kecil terjatuh ke tanah.     

Angele mengambil kepingan itu. Kepingan itu adalah kepingan yang ia berikan saat bertemu sang dryad, namun kepingan itu sudah berubah menjadi sebuah peta. Titik hitam bertuliskan 'Tikka Soyun' digambarkan pada salah satu lokasi pada peta itu.     

Angele tersenyum kepada pohon itu. Ia berbalik dan pergi meninggalkan tempat itu.     

Ia mendongak sebelum berjalan kembali ke dalam terowongan itu. Beberapa ekor burung layang-layang berwarna keunguan terbang mengitari langit, namun entah mengapa, ia tidak menyadari keberadaan mereka saat ia sedang berbicara dengan pohon itu.     

Hari masih belum gelap, namun ia telah menemukan tempat pada peta itu, sebuah tanah lapang besar tepat di pinggir sungai. Beberapa gubuk kayu berjajar di tempat itu, namun semua gubuk itu telah ditinggalkan sejak lama.     

Angele berjalan menyusuri tempat itu dan mencari isi rumah, namun tidak ada barang berharga yang ia temukan. Sepertinya, para tree elf telah meninggalkan tempat itu, sehingga ia memutuskan untuk kembali.     

Hari semakin gelap. Angele berjalan kembali ke tempat parkir keretanya. Ia melihat partikel energi di sekitar kereta itu masih utuh.     

Ia melompat masuk kereta dan mencoba menggunakan sihir pelacak, namun ia hanya mendapatkan indikasi arah, tanpa jawaban yang jelas.     

Sihir yang ia gunakan adalah pemberian Master Liliana. Ia dapat mencari lokasi seseorang jika mereka berada di sana dalam kurun waktu tiga tahun. Sihir ini diciptakan dan dibuat oleh Liliana menggunakan pengetahuan khusus, sehingga jika ada yang mencuri pola mantra itu. Mereka tidak akan bisa menggunakannya tanpa mempelajari pengetahuan khusus tersebut.     

Siang berganti malam, sehingga Angele memutuskan untuk menggantungkan beberapa lampu minyak di depan kereta. Walaupun kuda-kuda itu tidak membutuhkan cahaya, Angele ingin memastikan bahwa tidak ada yang menghalangi perjalanan mereka.     

Kedua bulan yang biasanya menerangi malam tertutup di balik selimut awan gelap. Angele memegang tali kekangnya erat-erat sambil memeriksa keadaan sekitarnya terus menerus. Dengan kekuatan mental yang tinggi, sangat mudah baginya untuk mengetahui adanya bahaya.     

Tidak ada yang terjadi malam itu.     

Dua hari kemudian.     

Sebuah kereta abu-abu berjalan perlahan menuruni jalanan di antara semak belukar. Suara kereta dan tapak kaki kuda terdengar jelas dalam keheningan pagi.     

Angele memegang tali kekangnya dan menatap lautan pepohonan di sisi kanan. Di antara pepohonan, terlihat jelas menara pengawal sang pemburu yang tadi ia datangi.     

Sebuah gergaji tergeletak di samping pohon pinus, yang menunjukkan bahwa sang pemburu telah menyelesaikan pekerjaannya, namun tempat itu sangat sepi. Angele bahkan tidak mendengar suara cuitan burung.     

Angele mengernyitkan alisnya. "Berhenti…"     

Ia menghentikan kereta itu perlahan-lahan, lalu ia melompat turun dan berjalan mendekati pohon pinus besar tersebut.     

Embun di tepi gergaji itu membuatnya sadar bahwa ada yang tidak beres di sini. Adanya air pada gergaji itu menunjukkan bahwa sang pemburu tidak mengambil alatnya setelah hujan berhenti, sehingga dapat disimpulkan bahwa sang pemburu tidak mendengarkan saran Angele. Ia mungkin mengalami kejadian yang tidak diinginkan.     

Ekspresi Angele berubah. Ia melihat menara itu, mengangkat tangan kanannya, dan menciptakan pisau perak berlekuk.     

Sambil memegang pisau itu, ia berjalan mendekati menara. Dalam beberapa menit, ia sampai di puncak bukit kecil itu, di mana menara itu berdiri.     

Ia mendorong pintu dan memasuki ruangan dengan hati-hati.     

Api unggun di ruangan itu sudah padam sejak lama. Hanya ada setumpuk abu hitam di bawah penyangga logam untuk memanggang daging, namun tidak ada jejak sang pemburu.     

Angele berjongkok di dekat sisa api itu dan mencelupkan jarinya – asap itu sudah dingin.     

Ia melihat sekelilingnya, dan pandangannya tertuju pada cairan merah gelap di tanah. Ia mencelupkan jarinya untuk mengendus cairan itu.     

"Darah…"     

Jejak darah itu mengarah ke tangga ulir di tengah ruangan.     

Ia berjalan menaiki tangga dan mendapati mayat sang pemburu di tengah tangga.     

Pemburu itu duduk di tangga, dengan tangan di lututnya. Darahnya menggenang di bawah kakinya.     

Ekspresi Angele berubah. Tiba-tiba, ia merasa ada yang meniupkan angin dingin pada lehernya.     

CSS!     

Titik-titik energi biru berpendar di mata Angele. Ia pun tersenyum kecut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.