Dunia Penyihir

Omicade (2)



Omicade (2)

0Perlahan-lahan, kereta kuda Justin melewati pos penjagaan, sebelum akhirnya sampai ke tanah berumput yang luas dan kosong. Sebuah kereta perak, dengan dekorasi emas di atapnya, terparkir di tempat itu. Ada beberapa orang sedang menunggu di sekitarnya.     

Seorang pria tua yang berambut putih dan bersih dilindungi oleh beberapa pengawal. Pria itu mengenakan jubah merah dan terus menatap kereta Justin.     

"Omicade!" Justin membuka jendela dan berteriak. "Tamu terhormat kita sudah datang! Berterimakasihlah padaku." Justin tersenyum tulus.     

"Ayolah, Justin. Berperilakulah yang sopan di depan tamu kita," jawab pria tua itu sambil menyunggingkan senyum.     

Kereta Justin dan Angele perlahan berhenti di depan pria tua itu. Beberapa orang prajurit membukakan pintu untuk mereka. Mereka pun segera turun.     

Justin memegang tangan Angele dan memperkenalkannya pada pria tua itu.     

"Ini adalah Master Angele, orang yang sangat terpelajar pada bidang kesukaanmu. Sepertinya kalian akan segera berteman baik."     

Justin menoleh dan menatap Angele.     

"Ini Omicade, Insinyur Agung dari aliansi. Sepertinya, kalian memiliki hobi yang sama."     

'Insinyur Agung?' Angele sedikit terkejut. Untuk mendapatkan gelar itu, seseorang harus bisa berkontribusi pada negara dan dihormati oleh para kaum terpelajar.     

"Senang bertemu denganmu."     

"Senang bertemu denganmu juga."     

Keduanya saling membungkuk hormat.     

Angele berdiri tegak dan mulai mengamati pria tua di depannya itu. Rambut Omicade sangat pendek, hingga terlihat nyaris botak. Pupil matanya berwarna kuning, hidungnya seperti paruh elang, pipinya cekung, dan tubuhnya kurus. Angele tidak tahu apakah jubah merahnya terlalu besar atau pria itu yang terlalu kurus.     

Pria itu tua, namun penuh energi. Angele pun memutuskan untuk memeriksanya dengan bantuan Zero.     

'Misi selesai. Medan pelindung tak terdeteksi. Calon Penyihir tingkat 3 dan Ksatria tingkat menengah. Detail kekuatan dapat dilihat.' lapor Zero setelah beberapa detik.     

'Aku tidak ingin memeriksa detail kekuatannya.'     

Angele sangat tertarik pada Omicade. Inilah pertama kalinya ia bertemu dengan orang yang memiliki situasi yang sama dengannya. Omicade adalah seorang Ksatria dan calon Penyihir, namun sepertinya tingkat potensinya rendah, sehingga ia gagal menguasai kedua bidang.     

"Aura di sekitar tubuhmu sangat dalam dan kuat." Dengan menggunakan sihir spesial, Omicare berhasil melihat bahwa kekuatan mental Angele yang sangat tinggi.     

"Menarik. Kurasa orang-orang sepertimu tidak bisa menjadi Penyihir ataupun Ksatria Agung." Angele terdiam sesaat. "Kau pasti berlatih dengan sangat keras. Walaupun kau gagal melewati batas, pencapaianmu sangatlah luar biasa."     

"Haha, semua Penyihir yang kutemui mengatakan hal yang sama." Omicade tersenyum. "Mari masuk dulu, aku sudah menyiapkan perjamuan untukmu."     

Angele sedikit mengernyitkan alisnya. Ia membenci kehormatan yang palsu seperti itu. Ia lebih suka makan makanan biasa pada pesta makan malam yang kecil.     

"Tenang saja, ini hanya perjamuan kecil untuk kalangan sendiri. Aku juga tidak suka tempat yang menyediakan lebih banyak wine ketimbang kue dan daging." Omicade mengedipkan sebelah matanya, seakan membaca pikiran Angele.     

"Kupasrahkan dia padamu," potong Justin. "Aku harus melapor pada para Raja dulu."     

"Tentu, pergilah." Omicade mengangguk. "Informasi yang Master Angele butuhkan ada di istanaku."     

"Haha, terima kasih." Angele mengangguk dan melihat sekelilingnya.     

Arias dibangun dalam kota besar berbentuk kerang. Sekarang, Angele sedang berdiri di tempat yang tinggi, sehingga ia melihat pemandangan kota yang indah di bawah.     

Kelompok-kelompok burung berputar-putar di langit kota itu. Terdengar suara lonceng dari menara-menara jam.     

Di bawah naungan langit biru yang indah, terdapat banyak sekali rumah, bangunan, menara, kereta kuda, dan pejalan kaki. Semuanya terlihat sangat jelas di depan mata Angele.     

Kota itu sangat rapi - jalanan sangat ramai, sementara taman-taman sangat sepi dan memiliki berbagai macam pohon. Angele berjalan maju. Ia merasakan angin segar bertiup di wajahnya. Ia dan melihat patung perak raksasa di tengah kota.     

Patung itu berbentuk seorang pria telanjang yang mengenakan helm berhias bulu. Ia membawa perisai kayu dan tombak di kedua tangannya, seakan ingin melemparkan tombak itu ke arah matahari.     

Patung itu jauh lebih tinggi ketimbang bangunan lain di kota ini. Bangunan di sekitar patung itu mempunyai dekorasi yang lebih baik. Dengan dinding putih dan atap perak, patung itu seakan memiliki istana pribadi di sekitarnya.     

"Itu adalah patung presiden pertama Dewan Perwakilan dan seorang pahlawan legendaris, Raja Bell," Omicade menjelaskan saat mengetahui apa yang sedang dilihat Angele. "Tingginya 112 meter, dan pahatannya sangat indah."     

"Terima kasih atas penjelasannya. Patung itu sangatlah indah," puji Angele.     

"Aku setuju. Sampai sekarang pun aku tidak bosan menatapnya..." Omicade menghela nafas. Perasaannya bercampur aduk. "Mari kita pergi. Semuanya sudah siap."     

"Baiklah," Angele berbalik dan melompat masuk ke kereta kuda perak itu.     

Omicade masuk setelah Angele. Setelah itu, kereta berjalan menuruni bukit dengan para pengawal yang melindungi mereka.     

*******************     

"Bersulang!"     

Angele dan Omicade mengangkat gelas mereka bersama-sama. Mereka duduk bersebrangan di depan meja bertaplak putih. Hidangan meja itu tidak terlalu indah, namun baunya membuat Angele menjadi lapar.     

Mereka sedang duduk di ruangan berbentuk tabung, dengan dinding dari bata kelabu. Terkadang, terlihat beberapa ekor burung terbang di balik kaca jendela persegi pada sisi ruangan ini.     

"Bagaimana? Menaraku lumayan bagus, kan?" Omicade tersenyum bangga.     

Angele mengangguk. "Ini lantai 9, kan? Tingginya sekitar 90 meter?"     

"Iya, sekitar 90 meter. Tangga-tangga itu sangat menyebalkan, tapi inilah ruangan favoritku." Omicade menyesap sedikit wine hijau, lalu ia melanjutkan, "Sepertinya kau bisa memahami kebutuhanku akan tempat yang tenang untuk melakukan penelitian."     

"Benar." Angele mengangguk. "Namun, tempat ini sangat dingin dan kurang praktis. Membutuhkan waktu lama untuk sampai ke lantai 9."     

"Benar, tapi aku sudah terbiasa."     

"Seorang pertapa sejati akan menemukan ketenangan dalam keramaian." Angele tertawa kecil.     

"Benar." Omicade balas tertawa.     

Angele dan Omicade terus mengobrol berbagai hal sambil menikmati makanan masing-masing. Wine hijau di gelas mereka beraroma buah. Di sekitar mereka, tidak terlihat adanya pelayan, sehingga Angele merasa nyaman dan tenang di tempat itu.     

Setelah nyaris menghabiskan makanannya, Angele memutuskan untuk mengganti topik pembicaraan.     

"Bisakah kau memberikan informasi yang kuminta?" Angele tiba-tiba bertanya.     

"Tentu saja, sudah kusiapkan untukmu."     

Omicade menggeledah kantongnya dan mengambil sekeping kayu berwarna cokelat. Ukiran-ukiran pada permukaannya adalah tulisan bahasa Anmag.     

"Ini, ambillah." Omicade menyerahkan kepingan kayu itu pada Angele. "Itu alamat temanku. Sepertinya, ia mampu menjawab semua pertanyaanmu."     

Angele mengambil kepingan kayu itu dan menatapnya dengan teliti. Ia tidak mendeteksi keberadaan partikel energi, sehingga dapat disimpulkan bahwa tulisan kayu itu muncul secara alami.     

Kayu itu bertuliskan 'Hutan Bayangan, tepat di bawah Sarang Arida.'     

Dengan hati-hati, Angele meletakkan kayu itu ke dalam kantongnya.     

"Sesuai janjiku, kau bisa bertanya satu hal padaku."     

Mendengar perkataan Angele, Omicade pun tertawa.     

"Sebenarnya, aku membutuhkan sebuah pola mantra."     

"Pola mantra?" Angele menjadi ragu. "Maaf, kau membutuhkan lebih banyak dari sekedar alamat ini untuk mendapatkan pola mantra."     

"Tentu saja, aku mengerti." Omicade meletakkan garpunya dan berdiri. "Aku menguasai lebih dari sepuluh bahasa. Aku juga memiliki buku-buku kuno yang berisi sejarah dan geografis negara ini. Jika kau tidak membutuhkan informasi itu, aku punya benda-benda yang kudapatkan dari barter dengan para Penyihir lain."     

Angele sudah selesai makan, sehingga ia ikut berdiri. Mereka berjalan menuruni tangga spiral, hingga akhirnya sampai ke sebuah ruangan di lantai 6.     

Perpustakaan itu sangat besar. Berbagai macam buku mengisi seluruh tempat kosong di sana.     

"Bacalah buku apa pun yang kau inginkan. Kuharap kau bisa menemukan sesuatu yang kau inginkan," kata Omicade sambil berdiri di samping pintu masuk.     

Angele mengangguk dan berjalan mendekati rak untuk memeriksa buku itu satu per satu. Ada berbagai macam buku seperti: Penelitian Dunia Paranormal, Dasar-Dasar Sihir, Keindahan Seni Memahat, Pencarian Arti Kemanusiaan dari Anus, Sihir dan Kopulasi, Asal Mula Negara...     

Kebanyakan buku di sana ditulis oleh manusia biasa. Beberapa menuliskan tentang dunia Penyihir, namun tidak terlalu dalam, sehingga buku-buku itu tidak terlalu berguna. Ia menemukan beberapa buku tentang kehidupan seorang Penyihir, namun tidak ada informasi yang relevan.     

Buku sihir di tempat ini tidak langka. Angele sudah menyimpan sebagian besar buku itu saat ia berada di Ramsoda.     

Omicade mengira bahwa Angele hanyalah seorang Penyihir muda yang tidak sempat membaca buku di organisasinya, namun pria tua itu tidak sadar bahwa Angele adalah penyihir baru yang paling berpengetahuan dalam sejarah. Perpustakaan yang dibanggakan Omicade tidak memiliki buku yang berguna untuknya.     

Beberapa menit kemudian, Angele tiba-tiba berhenti di rak kedua.     

"Kebanyakan buku di rak itu adalah catatan kuno yang tidak lengkap." Omicade langsung menjelaskan setelah melihat Angele akhirnya tertarik dengan salah satu bukunya.     

Angele mengangguk dan mengambil buku di dasar rak itu. Buku yang diambilnya bersampul hitam dan terdiri dari tujuh atau delapan halaman.     

Judul pada sampul buku itu ditulis dengan tinta putih dan memiliki huruf yang aneh. Ia tidak pernah melihat huruf itu sebelumnya, namun ia merasakan sesuatu yang aneh di pikirannya, persis saat ia membaca resep Ramuan Kepekaan dulu.     

Angele membuka buku itu. Halaman-halamannya berisi kata-kata yang aneh. Huruf-hurufnya pun berbeda ukuran dan ditulis dengan sangat berbeda. Beberapa huruf berbentuk seperti angka, sementara sisanya seperti huruf biasa. Catatan itu terlihat berantakan, namun Angele mencoba mencocokkan tulisan itu dengan informasi pada chip-nya.     

Catatan itu taka akan berguna jika ia tidak bisa mencari cara untuk memahami kata-kata aneh itu.     

'Tunggu... Kalau tidak salah.…' Angele berkedip, 'Ini adalah tulisan Bahasa Chaos kuno. Hanya Bahasa Chaos yang memiliki tulisan seperti ini!'     

'Dunia Chaos adalah dunia misterius yang tidak bisa dicari oleh Penyihir sejati sekali pun. Dunia itu kacau, tak memiliki waktu, ruang, dan juga kematian. Berbagai macam makhluk mengerikan, dan bahkan makhluk aneh, hidup di sana. Satu-satunya hal yang pasti dalam dunia itu adalah kekacauan, seperti namanya. Jika aku bisa mempelajari bahasanya dan berhasil menemukan portal ke dunia tersebut... aku akan bisa berkomunikasi dengan makhluk-makhluk di sana dan melakukan barter dengan mereka... Aku bahkan bisa membuat kontrak dengan monster yang lebih kuat. Kudengar mereka memiliki informasi tentang Penyihir Kuno karena mereka tidak akan pernah mati.' pikir Angele seraya mencari informasi di memorinya.     

Beberapa Penyihir kuno menemukan portal untuk masuk ke dunia lain saat melakukan penelitian tentang waktu dan tempat. Mereka berkomunikasi dengan makhluk-makhluk yang hidup di sana dan mendapatkan teman yang sangat kuat atau pun benda berharga melalui barter. Mereka juga membuat berbagai macam kategori sihir khusus dengan menggunakan informasi yang mereka dapatkan. Itulah salah satu alasan mengapa Penyihir Kuno jauh lebih kuat ketimbang Penyihir modern.     

Seringkali, para penyihir tidak tahu apa sihir terkuat yang dimiliki pihak lainnya. Mereka mendapatkan pengetahuan dari berbagai ras, tempat, dunia, dan kekuatan sihir kegelapan atau sihir cahaya. Kekuatan para penyihir sangat sulit dipahami manusia biasa, sehingga mereka dijuluki "Manusia Misterius".     

Sayangnya, metode untuk memasuki portal telah hilang ditelan waktu, sehingga Penyihir modern tidak memiliki cara mencari sihir yang lebih kuat yang membutuhkan mantra dengan bahasa tertentu. Para Penyihir modern berusaha keras untuk mencari rahasia darah kuno, namun belum ada satu pun yang menemukan informasi penting.     

Kekuatan yang terlalu hebat membawa konflik dan pertarungan dalam dunia Penyihir, sehingga banyak sekali Penyihir kuno tewas dan banyak catatan hilang karena perang. Sebagian Penyihir kuno pergi ke negeri seberang, sementara sebagian lainnya pergi ke bawah tanah. Sebagian para monster yang kuat dan makhluk dari dunia lain telah pergi melalui portal yang masih terbuka.     

Angele senang melihat Omicade memiliki koleksi catatan berbahasa Chaos yang cukup bagus, sehingga ia mengambil buku itu dan segera memulai pertukaran.     

Sang Insinyur Agung menginginkan pola Mantra Pelumpuh, namun ia tidak pernah bergabung dengan Organisasi Penyihir, sehingga ia tidak memiliki pengetahuan yang cukup. Sihir tingkat 0 pun masih terlalu sulit baginya jika ia tidak mempelajari pengetahuan seperti Dasar Energi Negatif. Angele penasaran, mengapa pria tua itu tidak bergabung dengan organisasi Penyihir. Dengan kekuatan dan kekuasaannya, Omicade pasti bisa diterima organisasi dengan mudah. Namun, Angele memutuskan untuk tidak banyak bertanya. Sekarang, yang terpenting baginya adalah buku catatan itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.