Dunia Penyihir

Daratan (Bagian 1)



Daratan (Bagian 1)

0Sarang kumbang itu bergerak perlahan di depan, sementara kapal Angele mengikuti dari belakangnya dengan bantuan sihir kecepatan Isabel. Jarak di antara kedua kapal itu sekitar 100 meter.     

Walaupun kumbang itu memiliki penampilan yang mengerikan, mereka tidak peduli bahwa sarang mereka sedang diikuti manusia. Kumbang-kumbang itu tampaknya tidak berniat untuk menyerang kapal Angele.     

Tiga minggu kemudian, Angele melihat daratan. Ia pun segera mengubah arah kapal.     

Hari sudah siang. Keempat penumpang kapal berdiri di atas dek sambil menatap pulau yang semakin dekat itu.     

Awan hitam dan gelap menutupi langit. Hujan akan turun sebentar lagi.     

"Ini adalah pulau kecil." Isabel mengernyitkan alisnya. "Aku sudah memeriksa lokasi kita. Kita bisa mencoba mencari kapal lain dan pergi ke pulau tujuan kita. Pulau itu sangat dekat dari sini."     

"Untungnya, kumbang-kumbang itu datang ke sini." Angele berdiri di sisi kapal. "Isabel, kau bisa berhenti menggunakan sihir itu."     

Isabel mengangguk.     

Wanita itu mengangkat tangan kanannya dan menunjuk ke udara dengan jari telunjuknya.     

Duar!     

Tiba-tiba, terdengar suara ledakan. Gelombang putih muncul dari bawah kepala Isabel dan menghilang dalam beberapa detik.     

Seekor burung kecil terbang keluar dari sarang kumbang dan mendarat di bahu wanita itu. Ia mengambil kaki burung itu dengan hati-hati, mengubahnya kembali menjadi bola kecil berwarna hitam, dan meletakkan bola itu ke dalam kantongnya.     

Kapal mereka semakin dekat dengan pulau. Angele dapat melihat pantai berpasir emas yang ditumbuhi pohon-pohon kelapa. Beberapa ekor burung camar mendarat di pasir untuk mencari makanan.     

Setelah melihat ada kapal yang mendekat, semua burung itu langsung terbang pergi.     

Suara kepak sayap bercampur pekikan burung terdengar sangat nyaring dan menyebalkan.     

Setelah kapal mereka mendekati daratan, Gill melompat turun. Pria tua berbaju zirah perak itu membawa pedang pendek dan perisai kayu hitam.     

"Aku akan memeriksa keadaan sekitar!" Gill menoleh ke belakang dan berteriak.     

Rivail pun ikut melompat turun dari kapal. Ia berjalan mengelilingi pantai dan memeriksa jejak-jejak yang tersisa pada permukaan pasir.     

Angele dan Isabel perlahan menuruni tangga kapal.     

Angele berjalan ke tepi pantai dan memandang kapal hitam yang semakin menjauh, hingga menghilang dari pandangannya.     

"Menarik. Aku tidak menyangka akan melihat sarang makhluk kuno di laut, apalagi ... sarang yang bisa bergerak. Tapi, mengapa kumbang itu membangun sarang di kapal yang sudah ditinggalkan...?" gumam Angele.     

"Ini juga kali pertamaku melihat sarang kumbang yang bergerak di lautan. Biasanya, tidak ada makhluk yang mau berurusan dengan kumbang itu. Mereka sangat suka makanan busuk dan beracun, tapi mereka tidak akan menyerang jika tidak diganggu. Penyihir menyebut mereka 'Pemakan Bangkai Daratan', namun kudengar mereka semakin langka. Tanpa bantuan sarang itu, kita tidak mungkin bisa menemukan pulau ini." Isabel menghela nafas.     

Mereka berdua berdiri di dekat kapal dan terus berbincang-bincang. Angele merahasiakan petualangannya di reruntuhan. Ia tidak mengatakan pada Isabel bahwa dialah yang telah membunuh Kuirman, sehingga wanita itu masih mengira bahwa Angele hanya seorang Penyihir tingkat Gas yang tidak mampu melawan Kuirman.     

Tidak lama kemudian, Gill dan Rivail kembali ke pantai.     

Darah menetes dari bilah pedang pendek Gill.     

"Aku menemukan gubuk kayu yang telah diambil alih oleh hewan liar. Sepertinya, pulau ini digunakan sebagai tempat penyimpanan bekal untuk kapal-kapal tertentu. Sekarang, kita hanya perlu menunggu; cepat atau lambat, akan ada kapal yang datang." Gill bernafas lega. "Di gubuk itu ada banyak makanan dan air."     

"Bagus." Isabel mengangguk dan menoleh ke Rivail. "Bagaimana denganmu?"     

Rivail balas mengangguk.     

"Master, jejak-jejak pada pantai menunjukkan bahwa pulau ini telah dijamah manusia. Saya setuju dengan perkataan Gill."     

"Bagus, mari kita menunggu kapal di pulau ini," kata Angele.     

Malam pun tiba. Akhirnya, sebuah kapal putih muncul di ufuk lautan dan bergerak cepat mendekati pulau.     

Kapal putih itu berpelindung lengkap, dengan meriam sebagai senjatanya.     

Salah satu pengawal kapal itu adalah teman Rivail, sehingga mereka bisa masuk dengan lebih mudah. Kapal itu dikendalikan oleh seorang pria kekar berjenggot merah. Kapal-kapal bersenjata lengkap seperti itu biasa menjarah kapal-kapal pedagang kecil saat mereka kekurangan uang. Ada banyak kapal yang sering menghilang di laut. Tidak akan ada yang tahu apa yang terjadi jika mereka menjarah saat tidak ada kapal lain..     

Saat mereka berempat memasuki kapal, sang kapten sempat ingin menjarah mereka, namun ia mengurungkan niatnya saat menyadari bahwa mereka adalah Penyihir resmi dan Ksatria Agung. Angele meminta sang kapten untuk berlayar ke Pelabuhan Nola. Kapten itu pun mengangguk, walaupun terlihat sedikit terganggu.     

Satu minggu kemudian, akhirnya pelabuhan Nola terlihat di depan mata Angele.     

Angele berdiri di dekat jendela kabinnya sambil menatap pulau yang semakin mendekat.     

Tok! Tok!     

Seseorang mengetuk pintunya.     

"Masuklah, Kapten Hawk. Pintunya tidak dikunci." Angele berbalik.     

Seorang pria berjenggot merah, yang mengenakan pakaian bangsawan yang berantakan, berjalan memasuki kabin Angele. Hawk terlihat mabuk. Angele mengernyitkan alisnya setelah mencium bau masam bir dari pakaian pria itu.     

"Apa yang terjadi?" tanya Angele.     

"Master Green, sebentar lagi kita akan sampai di pelabuhan umum." Kapten Hawk mengerti bahwa kebanyakan Penyihir memiliki sifat tidak sabaran, sehingga ia harus sopan. Ia takut karena para Penyihir bisa membunuhnya dengan mudah.     

Ia telah mendengar kabar burung itu dari para pedagang kenalannya, sehingga ia tidak ingin mengambil risiko.     

"Bagus." Angele mengangguk. "Kumpulkan yang lain di atas dek."     

Mereka berdua segera meninggalkan kabin dan berjalan naik ke atas dek. Isabel dan kedua Ksatria Agung telah berdiri di sisi kapal, bersama dengan seorang pria berjubah abu-abu dengan pin perak berbentuk bulan sabit di sisi kiri jubahnya.     

Pria itu adalah seorang calon Penyihir dari organisasi kecil bernama Rembulan Perak. Ia hanya perlu satu langkah lagi sebelum menjadi Penyihir sejati, namun langkah ini adalah mimpi buruk bagi sebagian besar calon Penyihir tingkat 3.     

Melihat Angele mendekat, pria itu segera maju.     

"Master Green, selamat datang." Calon Penyihir itu adalah Miller, sosok yang sangat pandai bersilat lidah. Pria berambut dan bermata hitam itu terasa tidak asing.     

"Iya, ada apa? Kita akan mendarat beberapa menit lagi." Angele melihat para pelaut menatap sesuatu di permukaan laut. Isabel berbalik dan menyapanya sebelum kembali memandang permukaan laut.     

Suasana dek sangat tegang. Karena kebingungan, Angele berjalan ke tepi kapal untuk melihat apa yang sedang terjadi.     

Sebuah titik hitam kecil bergerak cepat di lautan luas itu. Titik itu dikejar oleh lima makhluk mirip lumba-lumba yang ditunggangi duyung berkulit biru dan bertelanjang dada.     

Setelah melihat kejadian itu lebih dekat, akhirnya Angele mengerti apa yang sedang terjadi.     

Seorang Penyihir berjubah hitam tengah dikejar oleh penyihir dari bangsa duyung.     

Penyihir Kegelapan itu terlihat kelelahan, sementara para duyung Penyihir terus menambah kecepatan mereka seraya melepaskan ombak-ombak biru untuk menyerang. Tapi, Penyihir itu menangkis serangan mereka dengan mudahnya.     

Setelah menyadari bahwa ada kapal di dekat sana, Penyihir Kegelapan itu berbalik dan segera mengejar kapal mereka dengan kecepatan penuh.     

Penyihir Kegelapan itu semakin dekat, sehingga Angele menyadari bahwa Penyihir itu adalah seorang wanita muda. Wanita itu terluka parah. Luka-luka menghiasi wajahnya yang cantik. Rambut merahnya menari-nari mengikuti arah angin. Tubuh wanita itu sangat seksi dan menarik, dengan dada yang besar dan pinggang yang ramping.     

"Bangsa duyung sedang mengejar seorang Penyihir Kegelapan. Sepertinya Penyihir itu sedang bergerak ke arah kita. Apa yang harus kita lakukan?" Isabel menatap Angele dan mengirimkan pesan dengan partikel energi.     

Angele mengernyitkan alisnya dan melihat Penyihir wanita itu. Entah mengapa, Penyihir wanita itu membuatnya berhasrat.     

"Usir dia. Ini terlalu berisiko," jawab Angele dengan tenang.     

Isabel menjadi ragu. "Mengapa? Walaupun dia berjubah hitam, kukira ia tidak bermaksud jahat."     

Angele memicingkan matanya. "Kau seorang wanita, jadi kau tidak sadar bahwa penyihir itu menggunakan sihir pemikat."     

Isabel menggigit bibirnya dan mengangguk.     

Shing!     

Mereka melepaskan gelombang mental mereka secara bersamaan. Gelombang transparan itu tersebar ke seluruh sisi kapal.     

Sebagai Penyihir tingkat Cairan, Isabel memiliki gelombang mental yang kuat, tapi gelombang itu tak memiliki efek samping pada manusia.     

Setelah terkena dua macam gelombang mental yang kuat, kecepatan wanita berjubah hitam dan para duyung penyihir itu berkurang.     

Angele berusaha mengirimkan peringatan dengan gelombang mental itu. Ia tidak mengenal si penyihir wanita, dan ia tidak peduli apa urusan para duyung dengan wanita itu.     

Penyihir wanita itu hanya seorang Penyihir tingkat Gas, sementara para duyung itu jauh lebih lemah. Keduanya tidak cukup kuat untuk menahan tekanan dua gelombang kuat dari Isabel dan Angele.     

Penyihir wanita itu menggeleng dan meningkatkan kecepatannya. Akhirnya, ia menangis dan memohon pertolongan pada Angele.     

Para duyung yang mengejar Penyihir itu tidak tahu harus melakukan apa, sehingga mereka memperlambat laju mereka juga. Ketua kelompok duyung itu sudah tua, dengan tato hitam di sisi wajah kirinya. Ia sedang sibuk berdiskusi dengan para duyung lainnya. Sepertinya, mereka berusaha membuat rencana.     

Di atas dek.     

"Dia sedang mendekati kita. Master-master, apa yang harus kami lakukan?" Miller, sang calon Penyihir tingkat 3, bertanya dengan lirih para Angele dan Isabel.     

"Bunuh wanita itu," kata Angele dengan tenang; kontras dengan isi perkataannya. Semua orang di sekitarnya pun menjadi kaget.     

Setelah mendengar perkataan Angele, Isabel mengangguk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.