Dunia Penyihir

Kunjungan (Bagian 2)



Kunjungan (Bagian 2)

0Setelah berjalan selama dua jam, Angele dan Surry sampai ke seberang danau. Mereka berjalan melalui jalan setapak di hutan hingga siang hari, sebelum akhirnya sampai di depan sebuah manor besar yang sunyi.     

Manor itu memiliki pagar putih. Di tengah rerumputan yang dikeliingi oleh pagar itu, terdapat rumah mewah bercat abu-abu bertingkat 5.     

Di permukaan dinding rumah itu, terdapat benjolan. Angele juga melihat balkon berbentuk seperti kerang. Rumah besar itu tampak seperti terdiri dari bangunan-bangunan kecil.     

Namun, rumah mewah itu sangatlah sepi.     

Begitu mereka berdua mendekati gerbang, gerbang tersebut terbuka sendiri.     

Setelah melihat lebih dekat, akhirnya mereka menyadari bahwa gerbang itu telah dibuka oleh pria bertubuh kecil dan berbulu hitam.     

"Selamat datang, Master Penyihir Green." Pria kecil itu jauh lebih pendek ketimbang para kurcaci. Ia tampak seperti anak berusia tiga tahun yang berwajah keriput. dan postur yang bungkuk. Tubuh pria yang mengenakan jubah abu-abu pendek itu bungkuk.     

"Aku adalah pelayan Master Shiva. Namaku Nicole, seorang fire spirit." Nicole berdiri di tepi untuk memberi jalan, sebelum membungkuk hormat pada Angele.     

Tinggi pria itu setara dengan lutut Angele.     

"Fire spirit?" tanya Angele dengan terkejut bercampur kecewa. Awalnya, ia hanya mengenal fire spirit dari cerita-cerita di buku, namun pria kecil ini sama sekali tidak mirip dengan makhluk menakjubkan yang pernah dibacanya di buku-buku informasi sihir.     

Mereka berjalan masuk melalui pagar dan melihat sebuah jalan putih yang mengarah ke pintu masuk manor itu.     

Surry masih menatap fire spirit itu dengan pandangan penuh rasa ingin tahu.     

Nicole mengantar mereka ke depan pintu.     

Saat mereka bertiga mendekat, pintu itu terbuka. Dua orang fire spirit berdiri di kedua sisi pintu. Tubuh mereka mirip dengan Nicole. Mereka mengenakan pakaian anak kecil. Pakaian tersebut membuat mereka terlihat aneh.     

Dinding ruang utama manor itu bercat emas. Di sana, seorang pria bertubuh pendek dan berbalut jubah hijau sedang menunggu Angele. Berbagai macam giok dan batu-batu berharga lainnya menghiasi jubah pria itu.     

"Selamat datang, Master Green. Namaku Shiva." Pria tua itu botak, dan kulitnya penuh kerutan, sehingga ia terlihat seperti katak yang sudah tua.     

"Salam, Master Shiva." Angele tersenyum. "Maaf, aku tidak memberitahumu terlebih dahulu sebelum berkunjung."     

"Tidak masalah." Shiva membalas senyum itu. "Beberapa waktu lalu, aku pergi berkunjung, namun kudengar kau sibuk dengan eksperimen penting, sehingga aku memutuskan untuk meninggalkan undangan."     

"Iya, eksperimenku saat itu … sangat penting."     

Mereka berjalan ke sofa ruang utama dan duduk di sana, sementara Surry diminta untuk menunggu di luar. Kedua fire spirit menyajikan teh hitam dan buah-buahan untuk mereka.     

"Master Shiva, mengapa kau tinggal sendiri di tempat sebesar ini?" tanya Angele seraya melihat sekelilingnya.     

Ia melihat banyak patung burung gagak di dinding. Kristal emas yang bercahaya disisipkan di langit-langit rumah itu.     

Vas-vas besar dan indah berdiri di samping sofa. Di samping perapian, terdapat sebuah piano berwarna hitam.     

Lantai ruangan itu ditutup dengan karpet putih.     

"Yah, aku punya anak perempuan yang cantik dan anak lelaki yang tampan, namun mereka hidup di tempat lain. Orang tua sepertiku membutuhkan tempat yang tenang dan nyaman." Shiva menghela nafas. "Aku sudah hidup lebih dari 200 tahun sebagai seorang penyihir. Sekarang, aku bekerja sebagai guru di daerah umum. Aku bertugas untuk mengajari para murid pendatang dan hidup dengan tenang. Jika boleh tahu, apa alasanmu tinggal di teritori Enam Cincin, Green?"     

"Aku? Aku hanya seorang pelancong, dan aku datang ke Nola untuk mencari pengetahuan. Seperti halnya pelancong lain di sini, aku telah diundang oleh seseorang untuk tinggal di teritori Enam Cincin. Jika orang itu tidak mengundangku, aku tidak akan pernah mendapat kesempatan tinggal di sini." Angele sangat berterimakasih atas bantuan Isabel. Tanpa bantuannya, Angele pasti akan sibuk mencari bahan-bahan yang ia butuhkan di pasar umum. Ia pun akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mencapai tingkat Cairan. Karena itulah, Angele memutuskan untuk membalas budi baik wanita itu suatu hari nanti.     

Walaupun Angele yakin bahwa ia akan mampu menjadi penyihir tingkat Cairan tanpa memasuki teritori salah satu dari tiga organisasi besar. Bantuan Isabel membuatnya menghemat banyak waktu.     

"Pelancong, ya… Aku juga ingin pergi dari sini dan berpetualang, tapi anak-anakku melarang… Mereka memperlakukanku seperti anak kecil saja, padahal aku masih bisa bertarung."     

Shiva adalah seorang pria tua yang ramah. Ia memiliki wawasan yang luas seperti Angele, sehingga mereka menghabiskan waktu untuk membicarakan pengalaman mereka di dunia penyihir. Awalnya, Shiva mengira bahwa Angele hanyalah seorang penyihir cahaya biasa, namun asumsi itu seketika terpatahkan setelah mereka bertemu dan berdiskusi. Angele dan Shiva memiliki pemikiran yang nyaris sama, sehingga mereka dapat saling bertukar informasi tentang topik-topik penelitian tingkat tinggi.     

Inilah kali pertama Angele mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi dengan penyihir yang telah hidup selama lebih dari dua ratus tahun. Walaupun Angele memiliki banyak informasi dalam chip-nya, ia mempelajari banyak hal dari si penyihir tua, sehingga diskusi itu sangat berguna baginya.     

Mereka terus berdiskusi sampai senja.     

"Waktu berlalu begitu cepat. Maaf telah menghabiskan waktumu. Aku mungkin harus pergi sekarang." Cahaya oranye dari jendela membuat Angele sadar bahwa sekarang sudah waktunya pulang.     

"Tidak apa-apa. Orang-orang seperti kita mempunyai banyak waktu, kan?" Shiva tertawa. "Green, kau tidak bekerja dalam organisasi apa pun, kan? Datanglah ke organisasiku. Kau akan mendapatkan berbagai macam bonus. Kau tertarik dengan darah kuno dan dunia-dunia kuno, kan?"     

Shiva terdiam sesaat. Ia memastikan bahwa tidak ada fire spirit di sana. Kemudian, ia berbisik, "Kuberitahu kau sesuatu. Ada World Stone di organisasiku. Aku adalah wakil dekan. Jika kau mau, aku bisa memasukkanmu pada tim yang sedang mempelajari batu itu."     

"World Stone?" tanya Angele, "Maksudmu, portal yang bisa mengantar kita ke dunia lain? Ke mana World Stone itu akan membawa kita?"     

"Aku tidak tahu." Shiva mengedikkan bahunya. "Kami sudah meneliti selama 30 tahun, tapi tidak ada kemajuan."     

Angele mulai memikirkan tawaran itu.     

"Pikirkan baik-baik. Ini adalah kesempatanmu. Penyihir dari tiga organisasi besar pun jarang memiliki kesempatan untuk mempelajari sebuah World Stone, karena penelitian itu hanya bisa dilakukan oleh penyihir terkuat." Shiva menatap Angele. Ia berusaha meyakinkan pria itu. "Kau pintar dan berwawasan luas. Kau punya potensi, pria muda." Shiva tersenyum.     

Senyum pria tua itu membuat Angele merasa tidak nyaman.     

"Jika World Stone itu asli, tidak masalah. Tapi, saat ini, rencanaku adalah bergabung dengan Menara Enam Cincin. Kau tahu kan bahwa aku kemari untuk mencari pengetahuan?"     

Shiva pun berdiri. "Tidak masalah. Kami bisa memberi gelar honorer untuk penyihir sepertimu. Organisasi kami memiliki sejarah yang tidak terlalu panjang dibanding tiga organisasi besar itu. Namun, organisasi kami memiliki banyak buku penyihir kuno. Lain kali, aku akan menunjukkan koleksi kami padamu."     

"Kedengarannya bagus." Angele mengangguk dan ikut berdiri. "Hari sudah larut, jadu aku akan pergi sekarang. Terima kasih atas waktunya."     

"Terima kasih kembali. Aku suka padamu, pria muda. Datanglah lagi jika kau ada waktu." Shiva mengangguk. "Ah, cucu-cucuku akan datang tanggal 11 bulan depan. Berkunjunglah. Aku akan memperkenalkan kau pada mereka."     

"Baiklah, senang bisa bergabung dengan acara keluargamu," jawab Angele dengan santai.     

"Bagaimana keadaan keluargamu?" tanya Shiva.     

"Aku sudah lama tidak bertemu dengan mereka," jawab Angele dengan santai. Mengingat perubahan sikap semua orang di Pelabuhan Marua membuatnya sedih.     

"Begitu, ya?" Shiva terdiam sejenak. "Yah, kalau begitu, akan kusuruh anak-anak itu memanggilmu kakek saat kau datang."     

"Apa?" Angele bingung. Ia tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Shiva. Mereka baru pertama kali bertemu, namun Shiva sudah memperlakukannya seperti seorang anggota keluarga.     

Sepertinya, pikiran pria tua itu akan berubah jika ia tahu bahwa Angele adalah seorang penyihir kegelapan dari Ramsoda.     

Angele tidak tahu harus berkata apa. Ia pun memutuskan untuk pergi sebelum pria tua itu membuatnya terkejut lagi.     

Angele tak tahu harus bagaimana saat ia dipanggil "kakek" oleh dua sosok yang pastinya lebih tua dari dirinya.     

Saat Angele hendak keluar dari pintu, Shiva memanggilnya.     

"Mastet, Green." Pria tua itu memperlakukannya seperti teman lama. "Tangkap."     

Pria itu melemparkan sebuah benda berwarna hitam pada Angele.     

Tap!     

Angele menangkap benda itu dan melihatnya dengan seksama. "Apa ini?"     

"Kau akan tahu setelah membukanya." Shiva tersenyum.     

Angele membuka kotak hitam itu. Di dalamnya, ada gulungan kecil berwarna hitam seukuran kepalan tangan.     

Ia membuka gulungan itu dan membaca tulisan. "Pasar Budak Langka"     

"Di sana, kau bisa membeli fire spirit seperti milikku jika kau beruntung. Apa keluarga Ivan masih menjual kebutuhan sehari-hari padamu?" Shiva melambaikan tangannya. "Belilah budak-budak hasil tangkapan perang. Ada banyak budak dengan berbagai kemampuan, mulai dari perajin, penjahit, sampai koki. Dengan membeli mereka, kau telah menyelamatkan mereka. Selain itu, bangunlah ladang dan tanamlah makananmu sendiri. Kau harus bersiap-siap untuk masa depan. Titik sumber daya membutuhkan berbagai macam hal, kan?"     

Angele berpikir selama beberapa saat kemudian ia mengangguk dengan ekspresi serius. "Terima kasih untuk sarannya. Aku akan memikirkannya."     

**     

Angele melihat bangunan rumah itu untuk terakhir kali sebelum pergi keluar melalui gerbang.     

Tang! Tang! Tang!     

Terdengar suara denting lonceng yang berat dan lamban.     

"Jadi, sekarang sudah jam 6. Shiva mengatakan bahwa lonceng akan berbunyi setiap dua jam," kata Angele dengan santai. "Ayo kita pergi, Surry." Angele berjalan ke hutan.     

"Baik," Surry menguap sebelum mengikuti Angele. Mereka menghilang di balik gelapnya hutan.     

Shiva telah memberikan informasi tentang World Stone padanya. Namun, sepertinya, informasi itu bukanlah rahasia besar. Mempelajari World Stone membutuhkan banyak waktu. Sepertinya, ada masalah yang terjadi, sehingga kemajuan risetnya sangatlah lambat.     

Angele tahu bahwa inilah saatnya untuk memikirkan organisasi kuat yang harus ia pilih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.