Dunia Penyihir

Persiapan Pertahanan (Bagian 1)



Persiapan Pertahanan (Bagian 1)

0Angele berjalan turun ke ruang bawah tanah sambil membawa selembar daun kristal di atas telapak tangannya. Dengan menggunakan partikel elemen Angin, ia menciptakan angin untuk meniup pintu itu agar segera tertutup.     

Setelah menutup pintu, ia berjalan masuk ke lorong. Cairan perak menutupi lubang pintu sesaat setelah ia masuk ke lorong.     

Ia berjalan menuruni tangga batu dan masuk ke Ruang Ramuan.     

Di ruangan itu, ia berjalan mendekati rak yang penuh dengan botol kaca bersih dan mengambil sebuah botol besar berleher kecil. Tanpa membuang waktu, ia segera mencampurkan berbagai macam bahan dari dalam tabung-tabung kecil ke dalam botol besar tersebut.     

Berbagai macam bahan tercampur di sana, mulai dari bubuk merah, cacing yang masih menggeliat, hingga cairan-cairan berasap yang berwarna-warni.     

Setelah semua bahan tercampur, Angele menggerakkan botol besar itu perlahan-lahan.     

Berbagai macam bahan itu tercampur rata dan berubah menjadi cairan hijau tua dengan selapis daging aneh mengapung dan menutupi permukaannya. Lapisan daging itu berdenyut perlahan seperti jantung.     

Angele mendekatkan botol itu ke matanya dan memeriksa warna ramuan itu. Setelah beberapa detik, ia tersenyum puas.     

"Sudah benar." Dengan hati-hati, ia memasukkan daun kristal ke dalam ramuan itu.     

Begitu terjatuh dan menyentuh permukaan ramuan di dalam botol, daun itu meledak.     

Duar!     

Mengetahui apa yang akan terjadi, Angele menunggu dan menutup matanya. Tiba-tiba, berat botol di tangannya berubah drastis.     

Seketika setelah ia membuka matanya, seekor monster sejenis gurita muncul di dalam botol itu. Tentakel-tentakel basahnya berusaha keluar melalui mulut botol, bahkan beberapa tentakel telah berhasil keluar dan menggeliat-geliat di udara.     

Monster gurita itu sangatlah kuat, hingga Angele nyaris saja menjatuhkan botolnya.     

Setelah menenangkan diri, Angele mengulurkan jari telunjuknya, tepat saat makhluk itu nyaris berhasil keluar.     

Shing!     

Ujung telunjuknya berubah menjadi jarum perak yang menusuk dan menembus tubuh makhluk itu.     

Seketika, semua tentakel pada mulut botol itu berhenti bergerak dan meleleh menjadi cairan kental. Cairan itu menyembur keluar mulut botol.     

Setelah semua tentakel benar-benar meleleh, tubuh makhluk itu berubah menjadi wajah manusia berukuran sebesar kepalan tangan. Wajah itu meringis kesakitan, karena jarum Angele masih berada tepat pada tengah dahinya.     

"Kau akan terbakar di neraka!" Wajah itu mengerang dan menatap Angele dengan tatapan yang kosong.     

"Aku sedang berusaha melepaskanmu dari penderitaan itu." Angele menjawab. Wajahnya tampak tak berekspresi. Kemudian, ia mengambil wajah itu dari botol dan memasukkan tangannya ke dalam mulut si monster untuk mengambil sebuah bola cairan kental berwarna hijau. Bola itu mengeluarkan asap, dan cairan hijau pun terus menetes dari permukaannya.     

"Ah!" Wajah itu mengerang kesakitan, sebelum akhirnya meleleh dan berubah menjadi cairan lengket berwarna hijau tua.     

Daun kristal itu adalah bahan legendaris, namun para penyihir cahaya tidak tahu cara menggunakan daun tersebut dengan benar. Untuk menggunakan daun tersebut, sebuah bahan penting harus dicampurkan sebagai pemicu.     

Kutukan dari jiwa yang telah mati – bahan yang sering digunakan dalam percobaan penyihir kegelapan.     

Makhluk berbentuk seperti gurita tadi terbuat dari gabungan seluruh kebencian dari orang-orang yang telah Angele bunuh. Kutukan jiwa yang telah mati adalah bahan utama dalam sihir penyihir kegelapan, sehingga Angele memutuskan untuk mempelajari metode ekstraksi kutukan dan mencampurkan kutukan itu dengan daun kristal-nya.     

Setelah diekstrak, jiwa-jiwa itu berhenti berteriak. Raut wajah Angele tidak lagi dingin dan datar, namum menjadi elegan dan liar seperti sang Baron pada masa mudanya. Dengan mata emasnya yang berkilau, ia terlihat seperti pewaris keluarga kaya.     

Ia memegang gumpalan cairan hijau tersebut dan menatapnya. Titik-titik biru yang bersinar pun berkelap-kelip di depan mata emasnya.     

"Asura… Toriunan…" Mantra dalam bahasa kuno bergema dalam ruangan itu. Mantra tersebut memiliki arti 'Datanglah, anakku.' Dengan suara yang lembut dan ringan, Angele mengulangi mantra tersebut beberapa kali.     

Gumpalan bola hijau itu mengecil, seperti balon yang dipaparkan pada udara panas. Setelah bola itu memadat, kerutan panjang muncul pada permukaannya.     

Tangan Angele masih ada di dalam bola yang telah mengeras itu.     

Krak!     

Tiba-tiba, bola hijau itu retak.     

Kepingan-kepingan bola itu terjatuh dan berceceran.     

Cairan biru merembes keluar dari sisa bola itu, sebelum bola itu berubah menjadi bola kecil dan melayang di depan mata Angele.     

Terdengar suara indah nyanyian seekor burung.     

Bola itu berubah menjadi burung biru bercahaya yang beterbangan dan bernyanyi mengelilingi kepala Angele.     

Burung biru itu terbang berputar-putar dan meninggalkan jejak cahaya berwarna biru terang.     

Angele menjatuhkan sisa-sisa serpihan hijau dan mengangkat tangan kanannya.     

Perlahan-lahan, burung itu mendarat pada ujung jari telunjuknya dan membersihkan bulunya.     

Titik-titik cahaya biru berjatuhan dari jarinya.     

Burung bersayap transparan kebiru-biruan itu memiliki ukuran setara dengan kepalan tangan manusia. Titik-titik cahaya biru terus keluar dari bulu ekor burung tersebut.     

Sebagian titik biru berjatuhan ke tangannya; rasanya seperti busa sabun yang dingin dan lembut.     

Semua titik-titik itu lebih terang dari kristal lampu ruangan, sehingga cukup untuk menerangi semua benda di dalam ruangan itu.     

Angele tersenyum dan menatap burung kecil tersebut.     

Tiba-tiba, burung itu terbang, berubah menjadi jarum biru, dan melesat cepat menusuk dahinya.     

Tidak siap terkena serangan itu, Angele mundur beberapa langkah sebelum akhirnya berhasil menyeimbangkan dirinya.     

Ia menggeleng.     

Cairan dalam botol itu telah menghilang. Yang tertinggal hanyalah bibit berbentuk seperti kerang. Bibit itu memiliki permukaan yang halus dan bersih, dengan rune biru bercahaya berbentuk V di permukaannya.     

'Daun kristal berhasil diekstrak, dan bibit telah didapat,' lapor Zero.     

Angele menatap bibit hitam itu.     

"Ini adalah bibit daun kristal… Aku bisa mengkonsumsi bibit ini bersama dengan Ramuan Pembunuh Flora."     

Angele mengangguk puas.     

"Sekarang, aku hanya perlu menunggu daun-daun kristal yang dijanjikan Wisp."     

**     

Dua hari kemudian     

Tiba-tiba, Angele terbangun dari meditasinya di dalam Ruang Ramuan di bawah tanah.     

Energi aneh terasa semakin dekat, namun ia tidak tahu apakah energi itu berasal dari kawan atau lawan.     

Angele berdiri dan membersihkan debu dari jubah putihnya. Ia membuka pintu dan meninggalkan ruangan itu.     

Ia berjalan melewati lorong, menaiki tangga, dan menyentuh permukaan pintu putih yang mengarah ke ruang tamu.     

Setelah memastikan bahwa pintu terkunci, Angele berjalan mendekati pintu rumah.     

Kriet…     

Pintu itu terbuka perlahan.     

Tapi, tidak ada orang di sana. Nancy masih sibuk berpatroli di sekitar pos penjagaan.     

Angele melihat menara batu putih di seberang danau. Lagi-lagi, tidak ada orang di sana. Semua Ksatria dan para calon penyihir telah menghilang.     

Ia mengernyitkan alisnya dan memanggil para calon penyihir dengan rune komunikasi.     

Ia mendengar pergerakan dari sisi kiri pagar.     

Angele menoleh, namun tidak ada orang di sana. Saat ia berbalik menghadap gerbang, ia terkejut dengan sesuatu yang muncul di depan gerbang itu.     

Seekor kucing hitam sedang duduk di depan gerbang, matanya yang berpendar kehijauan terus menatap Angele.     

Setelah mengenakan pelindung logam-nya, Angele mendekati kucing itu dan bersiap untuk bertarung. Mata kucing itu sangat tajam, hingga membuat tengkoraknya terasa kaku.     

Setelah beberapa menit, kucing itu berdiri dan berjalan menjauhi gerbang.     

Angele segera berlari, namun kucing itu telah pergi.     

Sebuah kantong hitam tergantung pada pegangan gerbang.     

Setelah berpikir selama beberapa saat, ia memutuskan untuk mengambil kantong itu.     

Kantong itu terbuat dari bulu hitam. Saat dibuka, terlihat jelas bahwa isi kantong itu juga berbulu.     

Angele menyadari apa isi kantong itu setelah merasakan gelombang energinya. Saat ia memasukkan tangannya untuk mengambil isi kantong, ekspresinya berubah.     

Ia berlari masuk ke ruang tamu dan mengunci pintu sebelum mengeluarkan tangan dari kantong tersebut.     

Tujuh lembar daun kristal bercahaya tersimpan rapi dalam kantong tersebut.     

"Kucing hitam itu…"     

Angele sadar bahwa kucing hitam itu berasal dari organisasi Wisp. Sangat sulit untuk mendeteksi gelombang mental kucing itu, namun tetap saja gelombang itu sangat kuat. Inilah pertama kalinya Angele bertemu dengan makhluk misterius.     

Gelombang mental kucing itu sangat mirip dengan gelombang Flan dari Keluarga Jones, namun berbeda jauh dengan penyihir tingkat 1 yang pernah ditemuinya.     

"Menarik. Aku jadi ingin tahu sekuat apa organisasi ini sebenarnya." Angele tersenyum kecut. Ia mengingat kembali pertemuan dengan kucing hitam itu. Sepertinya, kucing itu bukanlah makhluk sihir. Kucing itu adalah penyihir resmi yang sangat kuat.     

Kucing itu muncul entah dari mana dan menghilang tanpa meninggalkan jejak. Satu-satunya alasan kucing itu melepaskan gelombang mental adalah untuk memberitahu Angele akan keberadaannya.     

Jika saja kucing itu menyerangnya dari belakang, Angele pasti akan terluka parah. Zero pun tidak akan sempat mengingatkannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.