Dunia Penyihir

Resep (Bagian 2)



Resep (Bagian 2)

Angele kembali melirik kedua wanita itu secara diam-diam.     

Wanita di sebelah kiri memiliki rambut panjang berwarna hitam yang tergerai di atas bahunya. Ekspresinya terlihat datar, dan kulitnya bersih dan halus. Anehnya, wanita itu tidak memiliki alis. Tatapan mata sipitnya membawa aura yang sangat dingin     

Wanita di sebelah kanan memiliki tubuh yang sangat proporsional. Rambut merahnya terlihat seperti kobaran api. Namun, wanita itu tidak memiliki daun telinga dan mulut. Bekas-bekas luka menghiasi wajah wanita itu, sehingga ekspresinya terlihat mengerikan.     

Tidak ada yang membuat Angele tertarik, sehingga ia memutuskan untuk kembali menunduk.     

Namun, wanita tanpa alis itu tiba-tiba menatap mata Angele.     

Tiba-tiba, ia merasakan sakit yang amat sangat, seperti matanya telah disiram air es, hingga bola matanya mati rasa.     

Ia segera menunduk dan mengusap matanya beberapa kali.     

"Haha, jangan coba-coba melirik Master Flan lagi." Vincent tertawa. "Dia adalah pemilik Badai Musim Dingin semenjak 300 tahun lalu. Ia juga telah membantu pertarungan antara Aliansi Utara dan ras bawah tanah selama 20 tahun."     

"Iya, maaf."     

Angele mengumpulkan partikel Flora untuk menyembuhkan matanya, kemudian ia mengernyitkan alisnya.     

Vincent menggeleng dan berhenti bicara. Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali.     

Mereka meneruskan perjalanan setelah kedua penyihir itu pergi jauh.     

Perlahan-lahan, penglihatan Angele perlahan kembali normal. Sepertinya, Flan telah menggunakan teknik tingkat tinggi untuk merusak saraf sekitar matanya. Teknik itu cukup kuat untuk menembus medan pelindungnya.     

Wanita itu tidak memiliki suhu tubuh. Bahkan, gelombang mentalnya terasa sangat dingin.     

"Siapa sebenarnya Master Flan ini?" tanya Angele setelah matanya terasa jauh lebih baik.     

"Master Flan dan Master Quelina adalah dua dari tujuh penyihir bercincin dua di Menara Enam Cincin. Jika kau tahu tentang sistem peringkat kuno, mereka berdua sudah mencapai tingkat 2 beberapa waktu lalu." Alice menjawab sebelum Vincent sempat membuka mulutnya.     

"Master Flan adalah kepala keluarga Isabel, sementara Master Quelina dikirim ke sini dari pusat. Pusat kita berada di tengah Laut Permata. Bangunan di sini hanya divisi."     

Angele mengangguk, namun ia tidak menjawab. Ia terkejut dengan informasi yang baru saja didengarnya. Menara Enam Cincin memiliki tujuh penyihir tingkat 2, namun tempat ini bukan pusat mereka.     

Inilah pertama kalinya ia bertemu dengan penyihir tingkat 2.     

Gelombang mental mereka sangat tidak terasa, sehingga ia merasa seperti sedang melihat dua penyihir biasa. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah mencapai tingkat 2.     

Semua orang yang lewat membungkuk hormat saat kedua penyihir itu lewat, namun kedua penyihir itu tidak peduli. Mereka tenggelam dalam pembicaraan mereka.     

Angele menarik nafas dalam-dalam. Ia memutuskan untuk tidak menatap mereka lagi. Sampai sekarang, ia tidak tahu bagaimana penyihir tanpa alis tersebut melukai saraf matanya. Tidak ada sihir yang digunakan penyihir itu, dab tidak ada peringatan dari Zero. Kemungkinan besar, kekuatan mental Flan jauh lebih tinggi darinya.     

Ia berhenti berpikir. Ia pun berjalan ke kerumunan bersama Vincent dan Alice. Mereka berjalan memasuki gerbang istana putih itu bersama-sama.     

Dinding dan lantai di istana itu tidak memiliki hiasan dan ukiran sama sekali. Semuanya terbuat dari lempengan giok putih. Sebongkah batu safir raksasa tertancap di atas gerbang itu. Beberapa calon penyihir wanita berdiri di kedua sisi gerbang untuk menyapa para tamu.     

Di dalam kastil itu, terdapat sebuah aula yang sangat luas, dengan air mancur bertingkat tiga di tengahnya. Di bagian atas air mancur itu, terdapat sebuah patung duyung yang terbuat dari giok putih. Duyung itu bertelanjang dada dan membawa tempayan yang terus mengucurkan air bersih.     

Di sisi kiri aula, terdapat sebuah meja persegi panjang yang penuh dengan berbagai macam makanan dan wine, sementara di sisi kanan, sekelompok pemusik dengan pakaian hitam khas bangsawan sedang sibuk memainkan instrumen.     

Tidak ada lampu pada aula itu. Hanya ada cahaya putih dari langit-langit rumah. Cahaya lembut itu cukup untuk menerangi seluruh aula itu.     

Setelah mengantar Angele ke dalam kastil, Vincent dan Alice segera pergi untuk mengobrol dengan teman-teman mereka.     

Setelah berjalan mengitari aula selama beberapa menit, Angele menemukan Isabel sedang berdiri di ujung ruangan. Wanita itu sibuk berbincang-bincang dengan dua orang penyihir wanita. Isabel berusaha keras untuk tersenyum, hingga Angele tidak dapat menahan tawa.     

Melihat Angele berjalan mendekatinya, Isabel segera menyelesaikan pembicaraan dan berbalik.     

"Selamat datang di pesta, Green." Isabel tetap tenang. "Kuharap kau bersenang-senang hari ini."     

"Terima kasih untuk undangannya." Angele tersenyum.     

Isabel mengangguk dan berjalan ke gerbang.     

Terdengar suara bergema di telinga Angele. Suara itu pasti berasal dari rune komunikasi pada punggung tangannya.     

"Pergilah ke halaman belakang. Seseorang akan menunjukkan resepnya padamu. Jangan ditulis di kertas. Gunakan metode spesial apa pun untuk merekamnya. Segera pergi dari tempat ini dalam setengah jam. Setelah setengah jam, resep itu akan menghilang." Suara Isabel bergema dalam telinganya.     

"Aku mengerti," jawab Angele melalui rune.     

Ia telah memiliki semua bahan yang dibutuhkan untuk meramu Ramuan Pembunuh Flora. Sekarang, ia hanya harus meramunya. Dengan bantuan ramuan tersebut, kekuatan mentalnya akan meningkat dan menjadi setara dengan seorang Penyihir tingkat Cairan.     

Angele berjalan keluar dari aula melalui pintu samping. Kemudian, ia berjalan ke halaman belakang, tepat di belakang kastil putih itu.     

Beberapa penyihir berjubah putih sibuk mengobrol di sana.     

Angele hanya mengenal Isabel, sementara orang-orang lain di sini terasa seperti orang dari dunia lain. Jika Isabel tidak mengundangnya, ia tidak mungkin bisa bertemu dua orang penyihir tingkat 2.     

Saat Angele masuk ke taman itu, seorang pria dengan hiasan kepala perak mendekatinya.     

"Master Green?" tanya pria itu dengan lirih.     

"Iya." Angele mengangguk.     

Pria itu mengambil sebuah kotak hitam kecil.     

"Ini adalah salinan resepnya. Waktunya sangat terbatas. Aku harap kau tahu cara merekam resep ini."     

"Baiklah." Angele mengambil kotak itu dan memegangnya erat-erat. Ia menyembunyikan kotak itu dengan bantuan lengan panjang jubahnya.     

"Tunggangan terbang sudah dipersiapkan untukmu. Jika kau sudah siap, pergi saja ke lapangan." Pria itu mengirim pesan dengan bantuan partikel energi.     

Angele mengangguk dan berbalik. Ia berjalan cepat melalui jalan setapak di tepi istana.     

Di sana, ada banyak penyihir cahaya yang sedang mengobrol dan bersantai. Berdasarkan gelombang mental mereka, sebagian besar dari mereka adalah Penyihir tingkat Cairan, bahkan beberapa adalah Penyihir tingkat Kristal.     

Menurut Angele, Penyihir cahaya pada umumnya tidak pernah terlibat dalam pertarungan yang sebenarnya. Mereka hanya tahu cara meneliti, meneliti, dan meneliti. Mereka tak pernah bertarung dan membunuh.     

Situasi ini membuat Angele merasa seperti serigala yang berjalan di antara kerumunan domba. Penyihir-penyihir cahaya ini tidak memiliki kesadaran akan bahaya. Mereka hanya bergantung pada Mantra Pasif untuk melindungi diri. Penyihir Kegelapan yang kuat mengetahui cara untuk menembus pelindung dari mantra pasif, misalnya, memfokuskan serangan mereka pada satu titik. Walaupun kebanyakan penyihir di sini memiliki tingkat kekuatan mental yang jauh lebih besar dari Angele, mereka hidup terlalu tenang. Mereka tak memiliki pengalaman dalam medan perang. Bahkan, Angele tidak yakin jika mereka mampu bertahan dari serangan ras bawah tanah.     

Angele tahu bahwa bertahan hidup di dunia ini sangatlah sulit, sehingga ia selalu menutupi tubuhnya dengan lapisan tipis logam untuk mengurangi kekuatan serangan fisik ataupun sihir dari lawan.     

Tanpa bantuan lapisan logam pada kulitnya itu, ia pasti sudah mati saat kedua penyihir cahaya di kapal menyerangnya secara tiba-tiba. Pelindung lemah milik si penyihir cahaya tidak cukup kuat untuk melindungi diri dari serangan asam itu.     

Angrle mendengar suara Isabel saat ia berjalan keluar dari gerbang.     

"Terima kasih telah datang ke acara pesta ulang tahunku hari ini. Aku sangat senang..."     

Angele tidak berhenti. Ia terus berjalan ke lapangan tempat elang-elang bertengger.     

Sebagian besar tamu sedang mendengarkan pidato Isabel di aula, hingga nyaris tidak ada orang di jalanan.     

Dinding kedua sisi jalan bersinar, sehingga memberikan cahaya yang cukup untuk melihat objek di depannya.     

Tidak lama kemudian, ia sampai ke lapangan di mana elang mendarat.     

Seorang calon penyihir wanita sudah menunggu, dengan seekor elang berleher putih di sampingnya.     

"Master, semua sudah siap," bisiknya.     

Angele mengangguk. Ia berjalan mendekati elang tersebut dan melompat naik ke punggungnya.     

Elang itu mengepakkan sayapnya beberapa kali, hingga mereka melesat cepat melalui langit yang gelap.     

Angele mampu merasakan hubungan antara kotak kecil di tangannya dengan lingkaran sihir yang melindungi tempat ini. Hubungan itu semakin melemah saat elang tersebut terbang semakin tinggi.     

Sebenarnya, ia sedang mencuri dari keluarga Isabel, namun entah mengapa, tidak ada yang sadar bahwa ia telah meninggalkan area pelindung itu.     

Ramuan kuno seperti ini sangatlah mahal. Walaupun Isabel adalah penerus keluarga, mengapa sang kepala keluarga membiarkannya pergi?     

Di dalam ruangan pada salah satu bangunan di teritori keluarga Isabel.     

Dua orang penyihir cahaya berdiri di depan jendela sambil menatap seekor elang putih menghilang dalam kegelapan malam.     

"Jadi, itu adalah pacar Isabel yang kita baca dari laporan?"     

"Kudengar, dia hanya teman Isabel. Ia adalah seorang penyihir tingkat Gas. Haruskah kita mengejarnya? Isabel baru memberikannya salah satu resep ramuan langka kita."     

"Tidak apa-apa, Isabel adalah satu-satunga harapan kita. Ia adalah kandidat terbaik di antara para kandidat kepala keluarga lainnya. Margray memiliki banyak istri, dan ia menghabiskan waktunya untuk bermain dengan wanita. Christin menghamburkan banyak bahan langka setiap tahunnya. Isabel hanya mau resep ramuan. Ia jauh lebih baik daripada mereka."     

"Baiklah. Satu hal lagi; suruh beberapa anggota untuk membawa Para kembali. Keluarga Astin berusaha untuk memprovokasi dan bertingkah seolah mereka tidak peduli pada kita. Kita harus mengancam mereka sesegera mungkin."     

"Baiklah, sudah 20 tahun, ya? Kita harus menjaga posisi kita dalam organisasi. Para penjaga di sekitar titik sumber daya bersekongkol dengan para pembunuh bayaran belakangan ini. Ini adalah kesempatan kita!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.