Dunia Penyihir

Kumbang Knell (Bagian 2)



Kumbang Knell (Bagian 2)

0Kapal itu sedikit bergoyang. Sebuah lampu minyak tergantung pada sisa tiang kapal yang rusak. Lampu itu adalah satu-satunya sumber cahaya di atas dek.     

Lampu minyak itu terbuat dari kaca tebal berbentuk tabung, dengan lubang di bawahnya untuk melindungi lampu itu dari hujan, selama tabung itu tidak jatuh tertiup angin.     

Kedua Ksatria Agung sedang sibuk bekerja di kedua sisi dek. Mereka berdua menggunakan tali untuk mengikatkan diri mereka pada sisa tiang kapal.     

Hujan terus menerpa dan membasahi wajah Angele. Ia memicingkan matanya dan melihat permukaan laut. Ia bisa melihat gelombang yang sangat kuat walau cahaya di sana sangat redup.     

Entah mengapa, Angele merasa ada yang tidak beres, sehingga ia memutuskan untuk memeriksa keadaan di sekitarnya.     

Melihat Angele mendekat, para pengikut membungkuk hormat.     

"Master Green, badai ini terlalu kuat. Sebaiknya Anda tinggal di kabin. Kami akan menjaga bagian dek!" teriak Rivail, Ksatria Agung pengikut Isabel.     

"Iya, ini hanya badai biasa. Kami bisa menjaga kapal ini. Kembalilah ke kabin, Master." tambah Gill, si pria tua.     

Angele mengernyitkan alisnya. "Ada yang tidak beres. Aku harus memeriksa sesuatu." Setelah mempelajari teknik kompresi mental, panca indranya jauh lebih kuat dari sebelumnya.     

Kriet!     

Pintu kabin terbuka, Isabel ikut berjalan ke atas dek.     

"Ada apa? Kau menemukan sesuatu?" tanya wanita itu.     

"Di sana!" Angele menunjuk sisi kanan kapal.     

Ketiganya melihat ke arah yang ditunjuk oleh Angele.     

Bayangan hitam setinggi manusia sedang bergerak cepat mendekati kapal dari kanan. Kedua sayap makhluk itu bergerak dengan sangat cepat, hingga mereka terlihat buram.     

"Seekor … kumbang?" Gill mengambil palu hitam dari sabuknya dan menggenggamnya erat-erat.     

Rivail menarik kapak bermata dua dari punggungnya dan bersiap-siap untuk bertarung.     

Setelah makhluk itu mendekat, Angele akhirnya dapat melihatnya dengan jelas.     

Kumbang hitam itu sangat besar, dengan mulut berbentuk lonceng di kepalanya. Kumbang itu terus mengepakkan kedua sayapnya, hingga mengeluarkan suara dengungan. Makhluk itu terus berputar di atas kapal.     

Cahaya kuning lampu minyak memantul pada keenam kaki hitam tajam kumbang itu.     

Suara sayap makhluk itu bergema.     

"Tunggu, jangan diserang!" teriak Isabel. "Itu adalah kumbang knell, hewan yang selalu berkoloni. Makhluk itu tidak akan menyerang kita sendirian!"     

Mendengar teriakan Isabel, kedua pengikut itu menurunkan senjata mereka. Mereka berdiri di tepi kapal dan melihat kumbang itu berputar di langit.     

Saat Angele mengingat informasi yang pernah dibacanya di ensiklopedia Penyihir, ekspresinya berubah serius. Menurut buku itu, kumbang knell adalah makhluk liar yang cukup agresif.     

"Mengapa mereka ada di sini? Kukira makhluk ini hanya ada di buku," tanya Angele dengan lantang.     

"Ini zona berbahaya. Seperti yang sudah kubilang, tidak ada yang tidak mungkin di sini." Isabel menjelaskan. "Bangsa duyung, yang terkenal sebagai raja lautan, bahkan tidak mampu menjajah daerah ini. Di sini ada banyak makhluk liar yang kuat dan berbagai macam ikan mutan."     

Isabel mendongak, lalu ia menambahkan. "Tapi, aku tidak tahu mengapa mereka kemari. Kumbang knell tidak akan menyerang makhluk yang tidak mengancam mereka."     

"Mungkin cahaya di atas dek?" Angele memelankan suaranya.     

Mereka terdiam dan melihat kumbang itu terbang ke sana kemari.     

Titik-titik partikel biru berpendar di depan mata Angele.     

Beberapa baris informasi terus bergerak di samping kumbang itu.     

'Tidak ada medan gaya yang terdeteksi. Memeriksa informasi kekuatan.'     

'Kumbang knell: Kekuatan lebih dari 7. Kecepatan lebih dari 11. Daya tahan lebih dari 13. Kekuatan mental lebih dari 9. Memeriksa penyimpanan informasi... Kekuatan spesial: Gelombang kejut. Ketahanan akan gelombang suara.'     

'Membandingkan kekuatan... Lebih kuat ketimbang Ksatria Agung pada umumnya, tapi lebih lemah ketimbang Penyihir resmi.'     

Akhirnya, chip itu menyelesaikan laporannya.     

Angele sedikit lega. Satu kumbang knell bukanlah ancaman.     

Kumbang knell adalah hewan kuno yang bermutasi karena efek polusi eksperimen Penyihir kuno. Walaupun kumbang itu adalah salah satu spesies kuno, darah kuno kumbang itu sama sekali tidak berharga.     

Tidak semua makhluk kuno memiliki kekuatan yang hebat.     

"Biasanya, kumbang knell hidup di daratan... Mengapa sekarang mereka pergi ke laut?" tanya Isabel.     

"Yah, ada satu kemungkinan…" Angele menunjuk ke kanan sebelum menyelesaikan perkataannya.     

Di bawah terpaan hujan, sebuah kapal besar berwarna hitam berjalan mendekati kapal mereka.     

Seperti kapal hantu dalam cerita legenda, badan kapal itu rusak parah. Kapal itu tidak mempunyai layar. Tidak ada orang di kapal itu, tapi hanya ada kerumunan bayangan hitam yang bergerak ke sana kemari.     

Kapal hitam itu semakin mendekat.     

Bayangan-bayangan hitam itu bergerak seperti lebah yang sedang terbang melindungi sarang mereka. Tiba-tiba, ekspresi Angele berubah. Ia menyadari bahwa kapal itu dikerubuti oleh sekelompok kumbang knell.     

"Sarang kumbang knell!" teriak Angele. "Ada lebih dari seratus kumbang!"     

Mendengar perkataan Angele, Isabel menggigit bibirnya.     

Satu sarang kumbang knell dapat menghancurkan kapal mereka dengan mudahnya. Jika semua kumbang itu marah, mereka dapat melepaskan gelombang suara, yang dapat menghancurkan semua yang berani menyerang mereka. Seekor ratu kumbang knell memiliki kekuatan yang sama dengan seorang Penyihir tingkat Gas, cukup untuk menghancurkan kapal mereka. Jika kapal mereka hancur, cepat atau lambat mereka akan mati.     

"Tunggu, itu adalah kapal? Penyihir Milano, itukah kau?" teriak Isabel tiba-tiba. Ia mengirimkan pesan ke kapal besar itu dengan partikel energi.     

Tapi, tidak ada jawaban dari kapal itu.     

Kumbang di atas kapal mereka terbang pergi dan kembali ke sarangnya.     

"Sepertinya, semua kumbang itu membangun sarang di sisa-sisa reruntuhan kapal." Angele menatap sarang kumbang itu.     

"Iya," Isabel mengangguk. "Kukira mereka adalah hewan peliharaan Penyihir yang kukenal."     

"Keberadaan mereka adalah berita bagus. Jika kita mengikuti mereka, kita pasti akan menemukan daratan, karena kumbang itu tidak suka berlama-lama di laut. Kita hanya harus mengikuti mereka," tambah Isabel.     

"Apa kau yakin? Bagaimana jika mereka marah karena kita mengikuti sarang mereka...?" Angele mengernyitkan alisnya.     

"Sepertinya tidak. Kumbang knell tidak berharga, sehingga para penyihir tidak pernah memburu mereka. Lagipula, mereka tidak suka rasa daging manusia..."     

"Jadi, masalahnya sekarang adalah bagaimana kita bisa mengikuti kapal itu, kan?" tanya Angele.     

Isabel menatap sarang kumbang itu. Ia berpikir dan melirik Angele sesaat. Entah mengapa, pemuda ini telah menyelamatkannya. Mereka hanya bertemu karena sebuah misi, namun ia sangat senang menghabiskan waktu dengan Angele.     

Namun, saat misi ini selesai, Isabel harus segera kembali ke keluarganya. Tidak ada kesempatan baginya untuk mendekati Angele.     

Perasaan Isabel bercampur aduk, antara ingin segera pulang dan ingin bersama Angele lebih lama lagi.     

Isabel mengambil sebuah bola kristal berwarna gelap dari sabuknya dan melemparkannya ke udara. Bola kristal seukuran kepalan tangan itu melayang dan berubah menjadi burung hitam.     

Burung itu tidak memiliki mata, mulut, ataupun bulu. Makhluk itu hanyalah bayangan berbentuk burung dengan sepasang sayap hitam.     

Isabel mengangkat tangannya dan menunjuk ke kapal.     

Burung itu berputar-putar di udara selama beberapa saat sebelum terbang ke sarang kumbang itu.     

"Apa itu?" tanya Angele dengan penuh rasa ingin tahu." "Boneka sihir?".     

Isabel mengangguk. "Ini adalah makhluk alkimia yang kuberi nama Pipit Bayangan. Makhluk ini terbuat dari logam dan mampu menyerang apa pun yang kulihat." Isabel berbalik dan menatap Angele.     

"Tunggu, kau punya familiar?" tanya wanita itu.     

Angele menggeleng. "Belum, aku belum menemukan yang sesuai. Jika aku tidak cukup kuat, familiar itu akan menjadi kelemahanku."     

"Begitu ya..." Isabel terdiam.     

Wanita itu menggumamkan mantra, dan cahaya biru bersinar dari kedua matanya.     

Cahaya itu bersinar selama beberapa detik sebelum akhirnya menghilang.     

"Aku sudah mengirimkan burungku ke sarang itu. Ksatria Rivail, tolong ambilkan semua tali yang ada di kapal ini." Wanita itu berbalik dan memerintah Rivail.     

"Saya mengerti." Rivail membungkuk hormat, melepaskan tali dari pinggangnya, dan kembali ke kabin untuk mengumpulkan tali.     

Gill tetap berdiri di sana dan bersiap untuk perintah selanjutnya. Angele mengambil cincin pemberian Isabel, yang masih bersinar putih terang.     

Setelah melakukan penelitan, Angele pun mengerti bahwa cincin itu memiliki berbagai fungsi. Cincin itu dapat mengatur suhu tubuh pemiliknya. Rune pada cincin itu dapat memberikan peringatan jika terjadi penyakit atau luka dalam. Rune pada cincin itu hanya akan terlihat jika sang pemilik mengenakan cincin itu.     

Walaupun penampilannya sangat sederhana, cincin itu adalah benda sihir kuat yang sangat langka. Benda itu mampu meningkatkan daya tahan seorang Penyihir dan membantunya di saat ada bahaya.     

Angele memberikan cincin itu pada Isabel.     

"Ambillah, kau lebih membutuhkannya." Isabel gemetar. Ia kedinginan karena jubahnya yang basah dan angin dingin yang menusuk tulang.     

Melihat cincin itu, Isabel mengerutkan bibirnya.     

"Aku tidak apa-apa, jangan khawatir."     

"Kita teman, kan? Ayolah." Angele memohon.     

Isabel mendongak dan menatap mata Angele.     

Angele meletakkan cincin itu di tengah telapak tangan kanan Isabel.     

Shing!     

Cahaya putih bersinar pada tubuh Isabel.     

Wanita itu membuka mulutnya, tapi ia tidak tahu harus berkata apa.     

Angele tersenyum. "Jangan khawatir. Aku sangat menyukai hadiah itu, tapi saat ini kau benar-benar membutuhkannya. Lihatlah, jubahku masih kering, dan aku tidak kedinginan. Pakailah saja."     

"Baiklah." Isabel tertunduk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.