Dunia Penyihir

Melarikan Diri (Bagian 1)



Melarikan Diri (Bagian 1)

0Cuaca semakin buruk; awan tebal berwarna hitam menutupi langit, sehingga tempat itu menjadi gelap.     

Di atas tebing tinggi.     

Tiga pintu masuk yang tembus pandang melayang di atas sebuah jam matahari berwarna kelabu. Ketiga pintu masuk itu terlihat rapuh, seakan dapat menghilang kapan pun.     

Krak!     

Sebuah tangan menggapai dan memanjat tepian pintu itu.     

Dua sosok melompat keluar dari pintu itu bersama-sama.     

Seorang pria muda berambut cokelat berdiri di depan. Ia mengenakan jubah abu-abu yang kedodoran. Rambutnya berantakan dan menempel di dahinya karena keringat. Tatapan mata biru pria itu terlihat sangat tajam.     

Seorang wanita cantik yang berbalut jubah putih berdiri di belakang pria itu. Rambut hitam panjangnya tergerai di bahunya. Ada beberapa luka kecil yang menghiasi wajah cantiknya.     

Setelah berlari seperti orang gila selama beberapa menit, akhirnya Angele dan Isabel berhasil meninggalkan lorong itu.     

"Jangan berhenti! Kapal kita pasti masih aman. Aku sudah meninggalkan beberapa orang pengikut untuk menjaganya! Kita harus pergi sekarang!" Isabel berteriak-teriak seraya berlari menuruni tangga yang mengarah ke kaki gunung itu.     

Angele mengangguk, tapi ia tidak menjawab. Sebelum mengikuti Isabel, ia melihat sekilas ketiga pintu itu.     

Perlahan-lahan, ketiga pintu itu menghilang, dan semuanya kembali normal.     

Dalam beberapa detik, jarum penunjuk jam matahari itu berubah menjadi putih.     

Shing!     

Cahaya putih bersinar dari ujung jarum penunjuk dan melesat ke angkasa, seakan menghubungkan langit dan tebing itu.     

Karena menyadari apa yang terjadi pada jam matahari itu, Angele pun segera mempercepat langkahnya.     

Mereka terus berlari menuruni bukit dan melalui beberapa belokan untuk mengambil jalan pintas.     

Sepuluh menit kemudian, akhirnya mereka tiba di pantai di mana mereka mengikatkan perahu.     

"Tidak mungkin! Ke mana perahu itu?!"     

Isabel menatap pantai yang kosong itu. Ia nampak sangat terkejut.     

Tidak ada jejak sama sekali, seakan kapal itu telah memakan anggota pengikut Isabel sebelum menghilang ke tengah laut.     

Pulau itu sangat sunyi; hanya terdengar suara deburan ombak biru yang menyapu pasir kuning di pantai itu.     

Air laut mengalir dan berputar-putar di antara batu karang.     

"Di mana kapalnya?!"     

Isabel pun mulai panik, sehingga ia berlari mendekati laut dan berputar-putar di tempat kelompok mereka memarkirkan kapal, namun tidak ada apa-apa di sana.     

"Sial."     

Ekspresi Angele berubah serius.     

Sepertinya, hilangnya kapal itu adalah bagian dari kejadian-kejadian misterius di reruntuhan itu. Jika ilusi penyihir-penyihir biru itu menghancurkan kapal, mereka berada dalam masalah besar.     

Angele berdiri di tepi pantai dan melihat sekelilingnya.     

"Bisakah kau menghubungi orang-orang di kapal?" Angele bertanya pada wanita itu.     

Isabel menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. Raut wajah wanita itu terlihat berbeda, tidak lagi datar. Ia tidak menjawab, namun ia langsung mengambil sebuah bola kecil berwarna emas dari kantongnya.     

Klang!     

Beberapa jarum hitam muncul dari permukaan bola itu.     

Isabel mengambil salah satu jarum dan memutarnya.     

Shing!     

Bola itu menghilang dari tangannya, membentuk kilat emas di udara, dan melayang di atas mereka.     

Semua jarum itu membumbung tinggi dan melayang ke berbagai arah, sebelum akhirnya menghilang.     

"Har-rim-las!" Isabel meneriakkan mantra keras-keras. Arti mantra itu adalah 'Ibu Cahaya' dalam bahasa Anmag.     

Mereka menunggu selama beberapa saat, sebelum mereka melihat sebuah garis emas dari arah kiri mereka, yang tersambung dengan bola yang masih melayang di udara.     

"Di sana!" Isabel berteriak dan segera berlari.     

Angele mengangguk ia berlari mengikutinya.     

Mereka berlari menyusuri tepi pantai selama sekitar sepuluh menit dan akhirnya menemukan kapal mereka di bawah bebatuan tebing.     

Kapal hitam kecil itu terjebak di antara batu karang. Seutas tali emas terhubung pada layar kapal itu.     

Hembusan angin dan gelombang laut semakin kuat.     

Awan gelap menutupi langit, sehingga menghalangi sinar matahari. Seluruh pulau itu menjadi segelap malam.     

Angele dan Isabel berjalan menyusuri air dan berlari menaiki kapal.     

Isabel mengusap cincin putihnya, dan sebuah lingkaran sihir tiba-tiba muncul di bawah kakinya. Lingkaran itu membantu mengangkat tubuh Isabel, dan wanita itu melompat ke atas dek dengan mudahnya.     

Angele menunjuk ke arah kapal itu, dan muncullah seutas tali logam yang menancap ke sisi kapal.     

Ia menarik tali itu, melompat ke atas, dan memanjat ke atas dek.     

Kapal itu sangat sunyi; tidak ada seorang pun di sana.     

Setelah naik ke atas dek, Isabel segera berlari ke kabin.     

Dalam beberapa menit, ia menarik dua orang pria keluar dari kabin mereka.     

Kedua pria berbaju zirah kulit berwarna merah gelap itu sedang tidak sadarkan diri. Senjata-senjata di kedua tangan mereka meneteskan darah.     

"Salah satu dari mereka adalah pengikut Ainphent. Keduanya telah terkena ilusi, sehingga mereka saling mengira satu sama lain sebagai musuh. Kutukan ini terlalu kuat, kita harus pergi sekarang." kata Isabel dengan tenang.     

Wanita itu menarik nafas dalam-dalam dan memikirkan langkah apa yang harus mereka lakukan setelah ini.     

"Jangan khawatir, kutukan itu hanya akan mempan pada korban tertentu. Lagipula, aku punya cara spesial untuk menetralisir kekuatan ilusi itu."     

Angele tersenyum. Ia telah mengetahui cara menghilangkan ilusi itu. Setelah mencoba menggunakan signet-nya selama beberapa kali, ia yakin akan mampu menolong orang-orang yang terkena ilusi itu.     

"Yah… Kau telah menghilangkan kutukan itu untukku untuk sementara, namun situasi ini jauh lebih rumit dari yang kau pikir," kata Isabel lirih.     

"Lihat ini."     

Wanita itu menoleh ke arah kiri dan membuka kerah bajunya yang sebelah kanan, menunjukkan bahunya yang putih.     

Sebuah pola hitam seperti tato berbentuk jam matahari terukir pada bahu wanita itu.     

"Ini hanya salah satu dari sekian banyak tato yang muncul di tubuhku. Ini adalah pertanda bahwa kutukan itu belum sirna."     

Isabel menggeleng. "Kita harus membawa kapal ini ke lokasi pertemuan. Sesampainya di sana, kita tunggu kelompok Melissa. Jika mereka tidak muncul dalam 30 menit, kita harus segera pergi."     

Terkejut melihat tanda itu, Angele menggosok tangan kanannya perlahan. Sepertinya, signet-nya hanya bisa menghilangkan kekuatan kutukan bagi pemiliknya.     

Harpy zaman kuno adalah makhluk pengendali ilusi, sehingga darah mereka bekerja sebagai penawar dan penahan semua jenis mantra ilusi.     

Sesaat sebelum Angele sempat mengatakan sesuatu, terdengar suara teriakan seseorang.     

"Itu Melissa!" seru Isabel seraya menengadah dan melihat langit. "Ya ampun!"     

Wanita itu menutup mulut dengan kedua tangannya. Ia tidak percaya akan apa yang dilihatnya.     

Mendengar seruan Isabel, Angele mendongak dan melihat apa yang sedang terjadi.     

Dalam gelapnya tebing dan pulau itu, sebuah piring raksasa transparan berwarna perak berputar perlahan. Sesosok bayangan putih yang terlihat buram melayang di tengah piring itu.     

Itu adalah Melissa. Wanita itu melayang, kedua tangan terbentang, dan punggungnya ditumbuhi akar berwarna putih. Semua akar-akar itu menjalar ke tepi piring dan memasukkan titik-titik energi putih agar piring perak itu terus bersinar.     

"Itu ... Pemurnian Terakhir ..." gumam Isabel. "Sihir pemurni terkuat yang diketahui Master Melissa ... dan sihir terakhir yang akan ia gunakan..."     

Angele mengernyitkan alisnya. Ia mampu merasakan keberadaan partikel yang tak terhitung jumlahnya. Partikel itu meraung dan bergerak kencang, seperti angin segar yang menghapus semua partikel energi negatif di tubuhnya.     

Piring perak itu berputar perlahan. Lebih dari sepuluh ribu rune putih yang berbeda berkelap-kelip di atasnya.     

"Akan kumurnikan pulau ini dengan kekuatan kemurnian yang agung." Suara Melissa yang keras dan berat bergema di langit.     

Cahaya terang dan murni dari piring itu menyinari seluruh pulau, hingga awan-awan gelap pun terlihat putih. Gelombang-gelombang yang berlekuk beterbangan dan mengubah pergerakan udara di sekitar pulau itu.     

Angin dari piring itu membuat seluruh pulau menjadi hangat, sehingga pikiran Angele pun menjadi tenang dan damai.     

Sihir berkekuatan besar seperti itu biasanya hanya digunakan dalam perang. Walaupun kekuatan serangannya lemah, sihir itu mampu menyerang sasaran yang berjarak sangat jauh sekalipun.     

Aum!     

Tiba-tiba, seekor makhluk raksasa muncul dan menggigit piring itu dan menelannya.     

Suara gigitan makhluk itu seperti suara petir yang menyambar tanah.     

Tidak sempat mempertahankan diri, akhirnya Melissa ditelan bersama dengan piring itu.     

Seekor ular laut raksasa berwarna biru, dengan sepasang telinga seperti sayap kelelawar dan mata yang memancarkan sinar cahaya putih, muncul entah dari mana.     

Angele dan Isabel terpaku. Mereka tidak mengerti apa yang baru saja terjadi.     

Setelah beberapa detik, akhirnya Angele akhirnya berteriak.     

"Lari!"     

Tersadar karena teriakan Angele, Isabel segera melepaskan dan mengembangkan layar kapal itu.     

Angele berlari ke ruang kemudi, sementara Isabel mengambil sebuah kantong berwarna kuning dan menebarkan bubuk hijau di udara. Bubuk-bubuk itu berubah menjadi angin topan kecil.     

Kapal itu bergoyang beberapa kali dan melesat cepat melalui batu karang. Akhirnya, kapal itu pergi menjauh dari pulau.     

Shing!     

Lingkaran cahaya hijau muncul di atas kapal dan langsung tersebar di badan kapal.     

Kapal itu menjadi semakin cepat, seperti panah yang meninggalkan sebilah busur.     

Ular sepanjang lebih dari seribu meter itu perlahan melilit pulau dan mengangkat kepalanya. Suara-suara lantang dari mulut makhluk itu terdengar seperti auman hewan buas.     

Duar!     

Petir menyambar pulau itu, seakan memanggil awan gelap dan menutup sumber cahaya terakhir yang ada di sana.     

Semuanya gelap; hanya terlihat tubuh ular raksasa yang berpendar biru itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.