Dunia Penyihir

Penjelajahan (4)



Penjelajahan (4)

0'Tunggu… Bukankah mereka hanya ilusi…'     

Angele pun terkejut. Namun, ia yakin bahwa para penyihir itu benar-benar menatapnya. Sepertinya, mereka telah menyadari keberadaanya sedari tadi.     

Angele berdiri terpaku di lorong itu. Tempat itu sangat sunyi, dan tidak ada sedikitpun pergerakan di dalam ruangan itu.     

Ia berjalan mengendap-endap dan melapisi tubuhnya dengan logam tebal, sehingga seluruh tubuhnya bersinar perak. Ia mengambil sebuah bom jantung berwarna hitam dengan tangan kanannya. Bom jantung hitam itu terbuat dari jantung berkekuatan asam, dan bom itu adalah salah satu dari dua peledaknya yang memiliki kekuatan 70 derajat.     

Setelah ragu sesaat, akhirnya Angele berjalan mendekati pintu itu dan mengintip melalui salah satu lubang.     

Ruang pertemuan bercahaya biru itu sudah kosong. Para penyihir yang sedari tadi saling berteriak telah menghilang. Angele menggeleng. Ia yakin bahwa semua penyihir itu hanyalah ilusi. Di bawah cahaya biru, terlihat debu yang melayang-layang di udara.     

Tiba-tiba, terlihat mata seorang yang mengintip Angele dari balik lubang itu.     

Mata pria itu benar-benar merah seperti berdarah.     

Angele pun terkejut dan segera mundur beberapa langkah.     

Setelah menenangkan diri, Angele kembali mendekati lubang itu dan mengintip ke dalam. Namun, pria itu sudah menghilang; hanya ada cahaya biru di dalam ruangan itu.     

"Apa kau mencariku?" Terdengar suara dingin dari belakangnya.     

Shing.     

Angele berbalik dan melihat kilat perak melesat di udara.     

Angele menciptakan sebilah scimitar dan mengayunkannya ke depan. Walaupun ia dapat melihat dan mendengar kilat dari pedang musuhnya itu, ia merasa bahwa serangannya tidak mengenai sesuatu.     

Ia pun panik dan melihat sekelilingnya. Ia berusaha mencari orang yang berani menyerangnya.     

"Sialan!"     

Angele kebingungan dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Walaupun ia telah memeriksa sekelilingnya dengan seksama, ia tidak melihat ada orang di sana.     

Karena merasa bahwa ada yang mendekat, Angele menahan nafas. Sepertinya, ia diserang oleh salah satu 'hantu' yang bergentayangan di dalam ruang pertemuan itu. Hantu tersebut semakin mendekat, sehingga bulu kuduknya berdiri.     

Ia tahu bahwa ia harus mengambil keputusan. Ia mengangkat tangannya dan melemparkan bom jantung itu ke belakang.     

Duar!     

Bom itu langsung meledak. Karena kekuatan bom itu, Angele terlempar sekitar sepuluh meter dan berguling hingga sampai ke pintu keluar lorong tersebut.     

Lorong sepanjang sepuluh meter itu tertutup cairan lengket berwarna hitam keungu-unguan. Pintu ruang pertemuan itu hancur berkeping-keping, hingga cahaya biru dari ruangan itu sedikit menerangi lorong. Debu-debu bertebaran dan menghalangi pandangan Angele.     

Asap putih membumbung tinggi dari genangan cairan itu. Dindin dan tanah pun terkikis akibat efek bom itu.     

Setelah ledakan bom itu, hantu tersebut menghilang. Angele terbatuk beberapa kali, dan pernapasannya terganggu karena debu yang masuk ke hidungnya.     

Setelah kejadian di Moon Gin Garden, ia telah mempersiapkan dirinya untuk melawan kejadian-kejadian misterius, sehingga kali ini ia tidak terlalu terkejut.     

Namun, kejadian itu membuatnya memutuskan untuk tidak memasuki ruang pertemuan. Saat ini, tidak ada gunanya mengambil lebih banyak resiko. Hantu itu dapat muncul kapan saja, dan ilusi-ilusi penyihir tadi sangat berbeda dengan informasi yang ia miliki.     

Beberapa kali, ia nyaris kehilangan nyawa saat misi karena keserakahannya, sehingga kali ini ia memutuskan untuk lebih tenang.     

Angele melihat lorong itu untuk terakhir kalinya. Ia pun berbalik dan berjalan keluar.     

Dalam beberapa menit, ia kembali ke perempatan.     

Ia menarik nafas dalam-dalam dan berjalan kembali. Dengan bantuan peta dalam chip-nya, sangat mudah baginya untuk menemukan jalan.     

Tiba-tiba, terdengar suara-suara bisikan seseorang dari lorong di depannya.     

"Glen, pergi dan cepat ambil benda-benda itu. Aria, bantu anggota yang terluka berjalan. Avria masih menunggu di sana, jadi kita harus cepat."     

Suara itu tidak asing bagi Angele. Ia pun mendongak dan melihat ke depan.     

Angele langsung mengenali pria berjubah putih yang berjalan di kegelapan itu..     

"Hei, Ainphent!" Angele memanggilnya. Ia ingin bertanya pada seseorang yang mengenal situasi saat ini. Ia juga ingin tahu apakah mereka berhasil mengambil poros tumpu medan pelindung itu.     

Ainphent sedikit terluka. Ia berbalik dan melihat ke arah Angele.     

"Hei, Green! Sekarang, aku benar-benar butuh bantuanmu!"     

Dengan suara bergetar, Ainphent berjalan mendekati Angele.     

Menyadari ada yang tidak beres, Angele segera memunculkan sebuah bola api untuk menerangi sekelilingnya.     

Mata Ainphent telah dicongkel, sehingga yang terlihat hanyalah dua rongga mata yang terus mengucurkan darah. Darah dari lubang itu mengalir ke dagunya dan menetes ke lantai.     

Ainphent terdengar senang setelah mendengar suara Angele. Di belakang pemuda itu, ada sebuah bayangan biru yang melayang-layang, namun sepertinya Ainphent tidak menyadari keberadaan bayangan yang mengikutinya itu.     

"Hei, Glen! Sudah kubilang, cepatlah!" Ainphent berbalik dan berteriak ke arah dinding. Sepertinya, pemuda itu sedang terjebak dalam ilusi. "Kau tuli ya?!"     

Karena ketakutan, Angele pun melangkah mundur, berbalik, dan berlari kencang.     

Ia tidak tahu bagaimana cara menolong Ainphent keluar dari ilusi itu.     

'Apa yang terjadi pada Melissa…?' Angele berpikir. Dari belakang, terdengar suara teriakan Ainphent, sementara kedua sayap pada signet-nya kembali mengepak.     

"Green… Kembalilah… Kumohon…"     

Rasa putus asa dan kesedihan terdengar pada suara pria itu, sebelum teriakan terakhirnya menggema kencang melalui lorong reruntuhan.     

Aksesoris berbentuk wajik di punggung tangan Angele kembali memanas.     

Terakhir kalinya benda itu memanas adalah saat ia bertemu dengan gadis aneh di dekat jembatan beberapa waktu lalu. Walaupun kutukan dari Moon Gin Garden telah sirna, ia memutuskan untuk menyimpan aksesori itu sebagai penanda keberadaan 'hantu' maupun 'jiwa penasaran'. Walaupun ia masih belum memiliki informasi tentang jiwa-jiwa itu, ia tahu bahwa dunia ini ditinggali banyak hantu. Sebagian dari mereka berhubungan dengan kutukan.     

Angele memutuskan untuk melakukan penelitian tentang roh setelah keluar dari sini.     

Ia kembali ke lorong sebelumnya. Sepertinya, medan berkekuatan ilusi itu telah menghilang. Angele segera berlari ke ruangan dengan tiga pintu batu yang tadinya ia lewati.     

Saat ia kembali, terlihat bahwa gerbang sebelah kanan telah hancur. Sebuah mayat yang telah membusuk tersungkur di dekat dinding lorong gelap sebelah kanan.     

Angele kembali memeriksa sekelilingnya. Ia memastikan bahwa situasinya aman dan berjalan memasuki gerbang sebelah kanan.     

Ia berjongkok untuk melihat mayat itu. Ada dua kepala di atas mayat tersebut, namun daging pada kedua wajah dan tangannya telah habis terurai. Bau busuk yang menyengat memenuhi udara di sekitar sana.     

Angele mengernyitkan alisnya dan meminta Zero untuk memeriksa keberadaan racun di udara. Setelah memastikan bahwa tidak ada racun dan jebakan, Angele berjongkok dan melihat mayat itu dari dekat.     

Jubah putih dengan tepian hitam membalut tubuh mayat wanita itu, namun kedua kepala wanita itu tidak memiliki mata; hanya ada dua rongga mata kosong yang berdarah. Salah satu kepala bersandar di dinding, sementara kepala yang kedua terlihat seperti akan putus.     

'Salah satu dari… Sekte Dua Kepala…' Angele menebak. Ia mengangkat tangan kanannya dan mendekati kedua kepala itu.     

"En... Dira…" Ia menggumam. Kata itu memiliki arti 'kembalikan seperti semula' dalam bahasa Anmag.     

CSS!     

Terdengar suara seperti udara yang keluar dari tabung.     

Cahaya hijau yang terang muncul dari telapak tangan kanannya dan menerangi wajah mayat berkepala dua itu.     

Dalam sepuluh detik, daging-daging membusuk wanita itu kembali seperti semula, hingga terlihat luka-luka baru pada mayat itu. Namun, masih ada sedikit lubang-lubang yang dalam pada kulit mayat wanita itu.     

Setelah cahaya hijau pada telapak tangannya meredup dan menghilang, Angele segera berdiri.     

"Wanita ini terbunuh sekitar dua bulan lalu, namun suhu tempat ini cukup rendah, sehingga pembusukannya menjadi lambat."     

Sebagai murid Master Liliana, Angele mengetahui beberapa trik yang dapat digunakan untuk mempelajari mayat.     

"Jadi, semua anggota Sekte Dua Kepala meninggal beberapa waktu lalu." Angele menggeleng. "Seharusnya, aku menyimpan tubuh Kuirman sebagai bahan penelitian, namun dia terlalu kuat… Adakah cara lain bagiku untuk mengumpulkan informasi…?"     

Duar!     

Tiba-tiba, terdengar ledakan di dalam lorong gelap itu.     

Suara seorang pria yang ketakutan menggema di dalam lorong. "Master Isabell! Larilah!"     

"Tidak, semuanya mundur!" Terdengar suara Isabell. "Aku bisa menggunakan benda ini untuk melindungi kita semua sementara… Ah!"     

Wanita itu berteriak. Angele mendengar ada yang terjatuh.     

"Lari saja!"     

"Tidak!"     

Banyak orang berteriak-teriak di dalam.     

Ekspresi Angele berubah kecut. Ia tidak tahu apakah ia harus memeriksa apa yang sedang terjadi.     

Suara-suara tapak kaki semakin dekat, dan secercah cahaya putih melesat keluar dari lorong yang gelap itu. Seorang penyihir wanita berjubah putih berlari keluar sambil membawa sebongkah batu putih di tangannya. Sesekali, ia melihat ke belakang untuk memeriksa situasi.     

Rambut hitam Isabell sangat berantakan. Wanita itu terluka, dan darah terus menetes dari jubah putihnya. Ia dan menoleh ke belakang dan berteriak, namun tak ada siapa-siapa. Sepertinya, wanita itu juga terjebak di dalam ilusi.     

Angele mundur selangkah, dan Isabell menyadari siapa yang sedang menunggu di depannya.     

"Green!" teriak wanita itu. "Lari!"     

Angele mengerutkan bibirnya. "Master Isabell, tenanglah!"     

Angele mengangkat tangan kirinya dan melambaikannya beberapa kali, sehingga signet-nya memanas dan menyerap kekuatan medan ilusi itu.     

Setelah sayap pada signet itu mengepak beberapa kali, akhirnya seluruh kekuatan medan ilusi itu menghilang,     

Isabell jatuh terduduk di depan Angele. Angele pun segera menurunkan tangannya.     

Angele cepat-cepat membantu wanita itu berdiri.     

"Isabell, tenanglah. Tidak ada yang mengejarmu. Apa kau tidak apa-apa?" tanyanya.     

Untungnya, jiwa Isabell masih belum tertelan ilusi itu, namun air mata membasahi pipinya. Wanita itu ketakutan dan putus asa.     

"Aku kembali! Aku sudah kembali…"     

Ia melihat ke sekitarnya. Tubuhnya bergetar. Ia berteriak sambil menangis.     

"Isabel, dengarkan aku. Apa kau tidak apa-apa?" Angele mengulangi pertanyaannya.     

Isabell mendongak dan melihat Angele. Ia pun menghapus air matanya dan berdiri.     

"Kita harus pergi. Kutukan Poros Waktu telah dilepaskan, dan penyihir tingkat rendah seperti kita tidak akan kuat melawannya! Ayo kita pergi dulu, akan kujelaskan nanti."     

Wajah wanita itu masih terlihat ketakutan.     

"Aku mengerti."     

Angele mengangguk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.