Dunia Penyihir

Penjelajahan (Bagian 3)



Penjelajahan (Bagian 3)

0Jejak darah itu sangat kontras dengan lantai berdebu di sekitarnya, sehingga terlihat sangat mudah mencolok.     

Namun, selain jejak darah itu, Angele tidak menemukan hal yang mencurigakan di ruangan itu.     

Ia berjalan mengikuti jejak darah itu ke dinding ruangan. Sepertinya, darah itu berasal dari balik dinding tersebut.     

Permukaan dinding berwarna abu-abu keperakan. Angele mendongak dan menemukan sebongkah batu safir bercahaya sebesar kepala menancap di dalam dinding batu itu. Batu itu bersinar biru terang.     

Sinar terang batu safir itu memantul pada jubah Angele, sehingga membuat jubah kelabu itu menjadi kebiru-biruan. Di dalam batu safir itu, terdapat cap tangan berwarna merah darah. Sepertinya, cap tangan tersembunyi itu ditinggalkan oleh seorang korban yang terluka parah.     

Angele mengangkat tangannya dan menekan batu safir itu.     

Krak!     

Batu itu ditekan ke dalam dinding dan bergerak ke samping, sehingga memperlihatkan sebuah tempat persembunyian kecil.     

Sebuah buku tipis bersampul kuning tergeletak di dalam lubang itu. Tak ada tulisan apa pun di buku tua itu.     

Angele mengambil buku itu dan menemukan beberapa kunci logam berwarna hitam di bawahnya.     

Ada sekitar sepuluh kunci dengan ukuran dan bentuk yang berbeda. Semuanya dihubungkan dengan lingkaran berwarna perak. Sepertinya, semua kunci itu digunakan untuk membuka berbagai macam gembok.     

Angele mengikatkan kunci-kunci itu ke sabuknya sebelum membuka buku di tangannya itu.     

'12 April. Akhirnya, aku tiba di reruntuhan yang baru saja kami temukan. Reruntuhan ini ditemukan oleh Master Mahamt, dan reruntuhan ini berasal dari sisa-sisa teritori organisasi penyihir kuno bernama Poros Waktu. Tempat ini sangat nyaman, dan cuacanya juga bagus, namun entah mengapa, kami tidak menemukan satu pun makhluk hidup di pulau ini. Sebagai salah satu anggota sekte, aku harus menuruti semua perintah atasan … Aku sangat ingin minum wine-ku…'     

'15 April. Perbekalan kami telah tiba, dan semuanya berjalan lancar. Tidak banyak anggota yang ikut dalam misi ini, namun kami semua penting dalam misi ini. Aku tidak bisa menulis terlalu banyak karena Haner sudah memanggilku untuk membantunya di lab. Sampai di sini dulu.'     

Beberapa halaman buku harian itu hilang. Sepertinya, halaman-halaman itu telah dirobek seseorang. Namun, Angele sudah tahu bahwa buku ini adalah buku harian milik anggota Sekte Dua Kepala.     

Angele membalik-balik halaman buku tipis itu dengan cepat. Ia hanya melewati bagian-bagian yang membicarakan tentang kehidupan sehari-hari.     

Tidak lama kemudian, akhirnya Angele sampai di penghujung buku itu.     

'Sekarang sudah bulan Juli. Quella memintaku untuk membetulkan jam dindingnya. Aku pun bertanya-tanya, apa dia sudah gila?! Roda-roda gigi dalam jam itu telah hancur, sehingga tidak ada yang bisa kulakukan. Belakangan ini, sering terjadi ledakan di lab. Quelia mengeluh padaku bahwa benda-benda buatan manusia terlalu lemah … dan sejujurnya, aku setuju.'     

'Belakangan ini, ada yang tidak beres. Para petinggi datang kemari dan memblokir beberapa tempat. Apa rencana mereka? Mereka tidak pernah datang ke sini selama bertahun-tahun, dan sekarang mereka ingin mengambil hasil kerja keras kami? Kami banyak berkontribusi dalam misi ini, dan sekarang mereka melarang kami memasuki tempat-tempat yang berisi benda-benda paling langka. Aku juga seorang penyihir. Aku pasti akan menemukan cara untuk memasuki tempat-tempat terlarang itu.'     

'11 Oktober. Akhirnya, aku menemukan kunci untuk masuk ke tempat-tempat terlarang itu. Membutuhkan sepuluh kunci untuk membuka semua pintu itu. Hari ini, aku bersiap-siap untuk memasuki area itu. Kuharap, keberuntungan berada di sisiku.'     

Itulah akhir buku harian tua itu. Angele membalik buku itu, namun tidak ada apapun di baliknya.     

Pada semua pegangan kunci itu, terukir angka '4' dalam bahasa Anmag.     

Angele tahu bahwa kemungkinan besar misi itu gagal, dan sesuatu yang buruk telah terjadi pada pria itu. Ia kembali membuka buku itu dan menemukan peta reruntuhan yang tergambar dengan baik di dalamnya. Nama-nama setiap bagian reruntuhan tertulis dengan jelas. Angka mulai dari 1 sampai 5 tertulis dalam lingkaran di setiap ujung peta.     

Tempat dengan angka 4 tidak terlalu jauh dari laboratorium.     

Angele membuka buku harian itu dan membaca ulang kedua halaman terakhir.     

'Mereka tidak memperbolehkan kami memasuki tempat-tempat dengan sumber daya yang paling langka.'     

Para penyihir kiriman Sekte Kepala Dua gagal memasuki setiap bagian reruntuhan itu, sehingga Angele tidak tahu alasan mengapa mereka mengunci dan melarang anggota mereka memasuki beberapa tempat yang berisi barang-barang langka. Sepertinya, dalam tempat-tempat spesial itu, mereka menemukan sesuatu yang besar, sehingga para petinggi bertindak dan mengunci tempat itu.     

Kemungkinan besar, pemilik buku harian ini menemui ajalnya saat berusaha memasuki area keempat. Namun, anehnya, kunci dan buku harian pria ini masih tersimpan di sana.     

Angele perlahan mengusap peta itu dengan jarinya.     

'Haruskah aku mencoba masuk kesana?'     

Angele menjadi ragu. Menurut informasi dari buku harian itu, sangat jelas bahwa ada bahaya yang bersembunyi di balik reruntuhan ini. Namun, jika ia menginginkan lebih banyak bahan, ia harus memberanikan diri untuk masuk ke daerah-daerah terlarang itu.     

'Aku harus berhati-hati. Mereka tidak mungkin memblokir semua tempat itu tanpa alasan. Semakin tinggi risiko, semakin tinggi pula hadiahnya. Sialan, kuharap aku bisa mencapai tingkat selanjutnya sekarang, jadi aku bisa belajar sihir-sihir penyerang yang lebih baik…'     

Angele terus berpikir, namun akhirnya ia memutuskan untuk memeriksa sekitar tempat terlarang itu. Jika situasi di sana tidak terlalu buruk, ia akan menggunakan kunci-kunci itu untuk masuk ke tempat terlarang dan mengambil bahan-bahan langka.     

Ia membaca sekilas buku harian itu, menyimpan semua informasi di dalamnya dengan bantuan Zero, dan melemparkan buku harian itu kembali ke lubang rahasia. Ia menjentikkan jarinya, dan partikel-partikel energi api membakar buku itu hingga menjadi abu.     

Setelah buku itu terbakar, ia segera meninggalkan laboratorium dan berjalan kembali ke lorong. Lorong itu sangat sunyi, Angele tidak mendengar suara apa pun, sehingga ia pun ragu apakah udara di sini bersirkulasi..     

Bola api yang melayang di samping wajahnya hanya mampu menerangi sebagian kecil lorong itu.     

Ia mengingat peta itu, mencari lokasinya saat ini dan berjalan semakin dalam di bawah cahaya redup bola api. Setelah beberapa menit, akhirnya ia sampai ke sebuah perempatan.     

Jejak kaki pada lantai perempatan itu menunjukkan bahwa Melissa dan kelompoknya sudah jauh di depan.     

Angele memutuskan untuk memeriksa area terlarang nomor 4 terlebih dahulu.     

Ia kembali memeriksa peta dalam memorinya sebelum berjalan ke arah kiri.     

Angin segar berhembus dari sisi kiri ke sisi kanan lorong itu. Angele terus berjalan selama sekitar dua puluh menit.     

Akhirnya, ia sampai ke pintu klausura bertuliskan angka 4 yang besar dalam bahasa kuno.     

Udara di sana sangat berdebu, hingga hidung Angele terasa gatal. Ia berjalan mendekati pintu itu dan mengintip ke dalam.     

Pintu klausura itu mengarah ke lorong dengan panjang sekitar sepuluh meter. Di ujungnya, terdapat pintu kayu hitam yang tinggi dan panjang. Pintu hitam itu berlubang-lubang. Cahaya biru yang keluar dari lubang-lubang itu menarik perhatian Angele.     

Sepertinya, ada yang sedang berbincang-bincang di dalam sana.     

Angele memadamkan bola api di sampingnya dan mengendap-endap mendekat.     

Sesampainya di depan pintu hitam itu, ia mengintip ke dalam melalui salah satu lubang terbesar di sana.     

Terdengar jelas suara orang-orang yang sedang berdebat.     

"… Jangan! Tidak mungkin! Kau bercanda, kan? Apa kau benar-benar mau melakukan hal itu? Jawab aku!" Suara pria itu terdengar gugup.     

Angele melihat sebuah ruang pertemuan besar, dengan dekorasi safir bercahaya seperti di laboratorium tadi. Sepertinya, batu-batu safir itulah satu-satunya sumber cahaya di sini.     

Ruang pertemuan itu penuh orang-orang berbagai usia dan jenis kelamin, namun mereka semua mengenakan jubah biru, dan melepaskan gelombang-gelombang kekuatan mental yang besar. Sepertinya, teknik kompresi mental Angele membuatnya tidak terdeteksi.     

Angele sedikit terkejut setelah memeriksa gelombang kekuatan mental mereka, yang menunjukkan bahwa mereka semua adalah penyihir resmi.     

Tubuh para penyihir itu terlihat tembus pandang seperti hantu.     

Sebagian besar penyihir dalam ruangan itu menatap beberapa orang dengan jubah berwarna biru tua. Suara yang didengar Angele adalah suara seorang pria muda yang menatap pria lain dengan sorot mata penuh amarah.     

"Naora! Kau telah menghancurkan kami semua! Kau telah menghancurkan Organisasi Poros Waktu! Sekarang, aku harus menghentikanmu!"     

Seorang penyihir wanita berjalan maju.     

"Untuk apa kau melakukan ini?! Kita adalah organisasi terkuat di pesisir barat, jadi kita tidak perlu melakukan hal berbahaya seperti ini!" Salah satu penyihir berteriak.     

"Aku melakukan semua ini demi organisasi kita," jawab Naora dengan santai. Pria itu tersenyum lembut, kontras dengan amarah dan teriakan para penyihir yang berusaha menghentikan keputusannya.     

"Poros Waktu…?"     

"Jadi, ini adalah ingatan tentang reruntuhan…?"     

Dalam buku yang pernah dibacanya di perpustakaan Ramsoda, ia mendapatkan informasi bahwa beberapa bangunan organisasi kuno dibangun dengan menggunakan bahan spesial yang mampu merekam kejadian-kejadian tertentu. Bahan itu tidak diperkuat dengan sihir, dan cukup mudah ditemukan pada zamannya, sehingga banyak penyihir pengembara yang menemukan bahan itu. Legenda mengatakan bahwa resep ramuan Suara Hantu dibuat oleh para peramu kuno dengan menggunakan prinsip yang sama.     

Penyihir-penyihir itu hanyalah ilusi. Sepertinya perdebatan lama inilah salah satu kejadian terpenting dalam sejarah organisasi kuno itu.     

"Mungkin ini adalah alasan mengapa Poros Waktu menghilang dari muka dunia ini,' tebak Angele seraya terus menonton perdebatan di dalam.     

Perdebatan itu semakin memanas. Semua penyihir menunjuk-nunjuk dan menghina Naora. Tidak ada yang mempercayai pemuda itu, namun ia terus berusaha meyakinkan mereka akan betapa pentingnya rencana misterius ini.     

Namun, tidak ada yang mendengarkannya.     

"Apa kalian tahu keinginanku sebenarnya? Apa kalian ingat hari saat kita mendirikan organisasi ini? Katakan padaku, apa visi kita yang sebenarnya!" bentak Naora.     

"Sebelumnya, katakan apa yang ingin kau lakukan!" teriak salah satu penyihir.     

"Tunjukkan dokumen rencana itu pada kami! Jangan coba-coba menipu kami!"     

Ruang pertemuan itu semakin ramai.     

Krak!     

Saat berusaha mencari sudut yang lebih baik, Angele menginjak sesuatu.     

Tiba-tiba, semua orang yang ada di sana berhenti berteriak dan bergerak, seperti video yang sedang dihentikan sebentar.     

Mereka semua menoleh dan menatap Angele melalui lubang-lubang pintu.     

Lebih dari tiga puluh pasang mata menatap Angele secara bersamaan. Amarah mereka berubah menjadi senyuman yang mengerikan.     

Karena ketakutan, Angele merasa tengkoraknya mati rasa. Ia pun mundur beberapa langkah dan menatap pintu hitam di depannya.     

Ruang pertemuan itu menjadi sepi, tapi tatapan mengerikan semua orang di sana terasa menembus pintu dan menusuknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.