Dunia Penyihir

Memanfaatkan Kesempatan (1)



Memanfaatkan Kesempatan (1)

0Pria berjubah hitam itu juga kembali ke dek kapal setelah beristirahat selama beberapa saat. Reyline dan dua penyihir wanita lainnya memeriksa keadaan di tepi kapal.     

Angele mengumpulkan keempat orang yang selamat di sekitar tiang kapal.     

"Apa masih ada orang lain yang selamat? " tanya Reyline.     

"Tidak. Hanya ada lima orang." Angele menggelengkan kepalanya. Ia tampak sangat sedih. "Kita hampir sampai di sarang Cloud Bee. Kita harus membuat rencana; jika tidak, kita akan mati. Kuharap kita mempunyai waktu yang lebih lama, jadi aku bisa mempelajari tubuh mereka dan mengetahui bagaimana cara mereka mendeteksi target mereka." Angele menggosok-gosok pelipisnya.     

"Ya, kita butuh lebih banyak informasi tentang Cloud Bee." Reyline mengangguk. "Aku sudah menduga bahwa ini pasti akan sulit, tapi kekuatan mereka melebihi ekspektasiku."     

Anggota kelompok yang lain hanya terdiam, karena ada banyak penyihir yang baru saja mati. Dalam perjalanan menuju sarang lebah itu, mereka membuat rencana agar bisa mendapatkan apa yang mereka mau tanpa terluka.     

"Bagaimana jika kita … kembali ke Nola?" kata Hikari sambil menunduk.     

"Kembali ke Nola? Itu tidak mungkin. Ada banyak sekali Cloud Bee di area ini. Mereka mengira bahwa kita semua sudah mati. Jika arah kapal ini berubah jauh, mereka akan menyadari bahwa ada orang yang masih hidup. Mereka akan kembali menyerang kita." Reyline menggeleng.     

"Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan?" Hikari semakin gugup.     

"Walau kita hanya tinggal berlima, kita harus terus maju. Kita bisa mencoba bersembunyi di dalam kapal," kata pria berjubah hitam itu.     

"Maaf, siapa namamu?" Reyline menoleh ke pria itu.     

"Namaku Stigmaricovertta, panggil aku Stigma." Wajahnya masih pucat. Ia membutuhkan waktu untuk pulih.     

Stigma melihat para penyihir itu. Ia tahu bahwa Green adalah penyihir yang terkuat. Ia juga yakin bahwa Green menyembunyikan sesuatu dari yang lainnya.     

Stigma merasa bahwa Green adalah penyihir yang berbahaya. Green mampu melawan serangan Cloud Bee dan bahkan membantu yang lainnya dengan tenang setelah pertarungannya selesai.     

'Mengapa ia tidak mengeluarkan serangan terkuatnya agar bisa membunuh lebih banyak Cloud Bee? Seharusnya, ia bisa menyelamatkan banyak penyihir …' Stigma memicingkan matanya.     

"Master Green, bagaimana menurutmu?" Ia berbalik ke Angele.     

Angele tersenyum kecut.     

"Kau benar. Kita hanya bisa melanjutkan perjalanan ini dan berharap yang terbaik. Jika kita merubah rute, kita akan diserang oleh kumpulan Cloud Bee itu. Kita harus meninggalkan mayat-mayat Cloud Bee itu di dek kapal, agar mereka tidak berpikir bahwa masih ada barang berharga di kapal ini."     

Ia berhenti sejenak, kemudian berkata, "Tapi, mungkin ada monster lain selain Cloud Bee di area ini."     

"Entang mengapa, kekuatan mentalku sedikit bertambah setelah pertarungan ini," potong Hikari.     

"Yah, itu wajar. Pertarungan sengit itu akan memperkuat kekuatan mentalmu." Angele mengangguk. "Baiklah, semuanya, apa kalian punya pertanyaan atau saran? Jika tidak, aku akan mempercepat laju kapal ini, jadi kita bisa sampai ke sarang lebah itu lebih cepat."     

"Kita hanya bisa berharap yang terbaik." Hikari menghela nafas. "Aku akan istirahat dulu." Ia berbalik dan berjalan ke tangga.     

"Tunggu. Stigma, masih ada yang ingin kubicarakan denganmu." Angele melihat Stigma.     

Reyline and Morrisa mengangguk dan berjalan meninggalkan tempat itu. Mereka memutuskan untuk tinggal di kabin kapal pertama.     

Hanya Angele dan Stigma yang masih tinggal di dek.     

Angin dingin meniup wajah mereka; suara deru angin menggema di langit.     

Angele berjalan ke tepi kapal seraya melihat lautan pepohonan putih yang amat luas di bawahnya. Tidak ada monster lainnya yang terbang di sekitar kapal itu. Tempat itu terasa kosong.     

Stigma berjalan mengikuti followed dan berdiri di tepi kapal.     

Angele melihat Stigma. "Aku tahu bagaimana kau bisa selamat dari serangan itu. Kau menarik mayat Cloud Bee itu sendiri, kan? Kurasa kau sudah tahu bagaimana cara untuk bertahan dari awal pertarungan ini." Ia berbicara melalui partikel energi.     

"Master Green…" Stigma tampak terkejut.     

"Jangan coba membodohiku. Aku tahu bahwa Cloud Bee tidak memangsamu. Lebah itu meninggalkan jejak cairan tubuhnya di dek kapal. Dada, tangan, dan kakimu dipenuhi cairan itu. Kurasa itu sudah menjelaskan semuanya." Angele menatap Stigma. "Katakan siapa kau sebenarnya dan apa yang kau tahu tentang lebah itu."     

Ekspresi Stigma berubah serius. Ia menatap Angele sejenak, kemudian ia berkata, "Yah, seharusnya aku menyembunyikannya dengan lebih baik. Tapi, aku tidak menduga bahwa kau bisa tahu serinci itu. Padahal, sepertinya kau tidak terlalu tertarik dengan lebah itu."     

"Aku tahu bahwa aku pasti bisa selamat dari pertarungan itu." Angele mengangguk. "Tapi, aku ingin tahu lebih banyak hal tentangmu. Aku juga penasaran mengapa kau tak mau berbagi informasi dengan teman-temanmu. Dari awal, kau sudah mencoba menyembunyikannya. Katakan saja, siapa kau?"     

"Aku akan mengatakannya, tapi..." Stigma berjalan mendekati Angele, kemudian ia berkata, "Master Green, kau harus merahasiakan ini."     

"Aku tidak bisa menjanjikanmu apa pun, tapi aku pandai menjaga rahasia." Angele tersenyum. "Tapi, jangan berbohong padaku. Aku benci orang yang berbohong." Ia mulai mengeluarkan gelombang mentalnya yang sebenarnya.     

Stigma mengernyitkan dahinya. Ia menyadari perubahan pada gelombang mental Angele. Kali ini, gelombang mental Angele lebih kuat daripada sebelumnya, sehingga Stigma sangat terkejut.     

'Pemuda ini juga menyembunyikan kekuatan rahasianya …' pikir Stigma.     

Jika jumlah penyihir di kapal itu berkurang, kesempatan mereka untuk sampai di Omandis juga akan berkurang.     

Stigma tahu bahwa Angele memaksanya untuk mengatakan yang sesungguhnya. Jika ia berbohong, maka Angele akan membunuhnya tanpa ragu.     

Angele berhasil membunuh beberapa Cloud Bee seorang diri, sementara anggota lainnya hanya membunuh dua lebah.     

Stigma menggigit bibirnya.     

"Jadi, kau menginginkan informasi tentang monster-monster yang akan kita hadapi, kan?"     

"Kau tahu bagaimana cara menghadapi Cloud Bees, jadi kau pasti tahu bagaimana cara menghadapi monster lainnya." Angele mengedikkan bahunya.     

Scimitar terkutuk melahap jiwa-jiwa Cloud Bee yang telah tewas, sehingga senjata itu jauh lebih kuat daripada sebelumnya. Ia yakin bisa selamat di area yang selanjutnya.     

Tapi, ia tetap ingin menghindari Cloud Bee itu.     

Stigma masih terdiam.     

Angele menunggu dengan sabar.     

Sekitar sepuluh menit kemudian, Stigma akhirnya membuka mulutnya. Namun, ia berbicara lewat partikel energi.     

Angele meletakkan kedua tangannya di tepi kapal seraya melihat sekeliling. Ekspresinya berubah saat ia mengetahui apa yang Stigma ketahui. Ia juga bertanya beberapa kali.     

Beberapa jam kemudian, mereka mengakhiri perbincangan mereka. Stigma menghela nafas; ia tampak sangat lelah.     

"Hanya itu yang kutahu. Semuanya adalah fakta. Jika ada hal lain yang ingin kau tanyakan, datanglah ke kabinku." Ia berbalik dan berjalan menuju tangga.     

Sebelum menghilang di kegelapan, Stigma menoleh ke belakang. Ia melihat Angele masih berdiri di tepi kapal. Sepertinya, ia memikirkan sesuatu.     

Entah mengapa, Stigma merasa sesuatu yang tidak asing di diri Green. Perasan itu sangat mengerikan dan tidak nyaman baginya, namun mereka tak pernah bertemu sebelumnya.     

Stigma mengamati para penyihir di kapal itu selama berhari-hari, namun ia belum menemukan kemampuan rahasia Green.     

Ia tahu bahwa Angele adalah penyihir yang kuat, sehingga ia meminta Angele untuk menyerang Baron dengannya. Namun, ia menyadari bahwa Angele jauh lebih kuat darinya setelah pria itu berhasil memenangi pertarungan melawan Hikari and Reyline.     

Angele belum menunjukkan kekuatannya yang sesungguhnya di pertarungan melawan Cloud Bee.     

Angele mengingatkan Stigma akan sosok gurunya, penyihir misterius yang dihormati banyak tetua.     

Stigma menggelengkan kepalanya dan berjalan menuruni tangga, lalu ia memasuki salah satu ruangan kosong.     

Angele berdiri di tepi kapal seorang diri. Ia memikirkan yang baru saja dikatakan Stigma.     

Perkataan Stigma sangat mengejutkan. Awalnya, ia berpikir bahwa Angele hanyalah penyihir biasa yang berhasil selamat dalam perjalanan ke Omandis, namun situasinya ternyata berbeda.     

Stigma adalah anggota keluarga Omandis.     

Namun, posisinya dalam keluarganya berada dalam bahaya. Ia ketahuan terlibat dalam pertarungan antara pewaris keluarga dengan musuh dari keluarga lainnya. Stigma bergabung di kapan ini untuk melarikan diri. Ia pingsan di kabin kapal, dan saat ia sadar, ia menyadari bahwa kapal itu menuju ke pesisir barat.     

Walau ayah Stigma adalah kepala keluarga, Stigma tidak terpilih sebagai pewaris keluarga, karena ia kekuatannya tidaklah istimewa. Di Omandis, masih ada beberapa orang yang merindukannya, seperti saudaranya, teman-temannya, dan juga ibunya, wanita yang sangat mencintainya dengan tulus. Stigma juga ingin bertemu dengan kekasihnya lagi …     

Ia telah bekerja di organisasi itu selama bertahun-tahun, hingga akhirnya ia mendapat kesempatan untuk pergi ke Omandis.     

Informasi tentang keluarga Stigma tidak terlalu penting untuk Angele. Ia ingin tahu bagaimana cara menghindari monster- monster berbahaya.     

Stigma berhasil sampai di pesisir barat dari Omandis dengan selamat. Angele bertanya pada Stigma mengapa ada kapal terbang yang dikirim ke pesisir barat. Ia juga ingin tahu apa yang terjadi pada para penyihir lain di kapal itu.     

Stigma berkata bahwa ia tidak tahu rinciannya. Walau tidak ada yang bertanya mengapa ia sampai di kapal itu, ia tak mau mencari masalah.     

Angele juga bertanya tentang Reyline, Penyihir Sempurna dari Menara Enam Cincin. Ia penasaran, mengapa penyihir berbakat seperti itu mengikuti perjalanan berbahaya ke Omandis. Sepertinya, ia menyembunyikan sesuatu dari anggota kelompok yang lain.     

Stigma menjelaskan informasi dasar tentang Omandis menceritakan kondisi keluarganya.     

Angele tahu bagaimana cara menghindari monster-monster lainnya yang mungkin akan mereka temui selama perjalanan ini. Sekarang, ia merasa lebih percaya diri.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.