Dunia Penyihir

Kepergian (Bagian 2)



Kepergian (Bagian 2)

0Tang!     

Wanita itu menciptakan perisai es untuk melindungi dirinya, namun ia tak menyadari adanya rune hitam berlekuk pada pedang Angele.     

Shing!     

Perisai-perisai es itu berubah menjadi batu rapuh, sehingga pedang tersebut mampu menembusnya dengan mudah dan nyaris menusuk leher wanita itu.     

Ekspresi wanita itu berubah kecut. Sebuah rune biru muncul di antara alisnya, dan api biru membara di sekitar matanya.     

Wanita itu membuka mulutnya dan bersiap untuk menucapkan mantra, namun Angele melemparkan sebuah bola api kecil padanya.     

Wanita itu hampir selesai mengucapkan mantranya.     

Jika Angele terlambat satu detik saja, wanita itu akan berhasil menyerang.     

Duar!     

Bola api itu meledak.     

Kekuatan ledakan itu membuat si wanita terlempar ke arah sebuah pohon dan membuat pohon tersebut berlubang. Seluruh tubuhnya, mulai dari lehernya, telah membatu, sehingga ia pingsan.     

Saat cahaya merah itu menghilang, Angele menurunkan tangannya. Scimitar terkutuk dan pedang perak yang dibuatnya beterbangan di sekitarnya, sementara benang-benang peraknya terus bergerak untuk melawan medan pelindung Olive.     

Beberapa detik kemudian, benang-benang logam itu bercahaya hijau, seperti ular-ular kecil berbisa yang beterbangan.     

'Sihir angin ini sangat kuat. Setelah dimodifikasi, sihir ini bisa meningkatkan kecepatanku sebesar 40%, termasuk kecepatan serangan logam-logam yang kukendalikan.'     

Sihir itu membutuhkan banyak kekuatan mental dan mana, namun Angele tidak keberatan.     

Krak!     

Tiba-tiba, semua benang dan jarum logamnya hancur berkeping-keping.     

Ia mengambil scimitar dan pedangnya, lalu ia melompat ke arah kiri.     

Duar!     

Sebuah bola energi melewatinya dan meledak sekitar sepuluh meter di belakang, Bola itu melepaskan gelombang energi yang cukup kuat untuk membuat pohon-pohon besar tumbang.     

Ia menoleh ke samping dan melihat mata Olive yang membara dengan api perak. Tubuh Olive dilindungi oleh pelindung transparan. Saat pria tua itu mengangkat tangannya, ia terlihat seperti setan yang sedang melakukan ritual mistis.     

Olive menatap mata Angele.     

Krak!     

Angele memicingkan matanya. Ia merasa bahwa tubuhnya sedang terjebak di dalam bola raksasa. Energi di dalam bola itu cukup kuat untuk mencabik-cabik tubuhnya. Ia mengangkat kedua senjatanya dan berusaha keras untuk menangkis gelombang tersebut.     

Benang-benang perak muncul dari tubuhnya dan menyatu menjadi perisai raksasa di depannya.     

Prak!     

Terdengar suara seperti kaca yang pecah karena dipukul.     

Tubuh Angele gemetar, karena ia terkena serangan gelombang energi dari seluruh penjuru. Kekuatan serangan Olive mampu menghancurkan perisai dan menyingkirkan kedua pedangnya dengan mudah.     

Wajahnya menjadi pucat, dan rune hitam berlekuk muncul di depan matanya. Kekuatan serangan Olive mendorongnya hingga menabrak batang pohon, sehingga meninggalkan sepasang lubang memanjang di mana kedua kaki Angele memijak.     

Olive tertawa keji. Matanya yang membara kembali menatap Angele dengan geram. Gelombang-gelombang energi berkekuatan tinggi terpancar dari tubuh pria tua itu dan mendekati Angele.     

Kekuatan mental Angele telah habis.     

Tubuhnya terasa hampa, dan kepalanya terasa pening, namun pikirannya tetap tenang. Ia masih punya satu senjata pamungkas lagi.     

Menurut penelitian, signet ilusi yang telah berevolusi itu mampu menjebak seseorang dalam mimpi buruk yang terasa nyata. Semenjak signet itu berevolusi, ia tidak pernah benar-benar menggunakan signet itu untuk bertarung, namun ia yakin bahwa signet itu akan sangat efektif.     

Sepertinya, jika dilihat dari kemampuan mengubah ilusi menjadi kenyataan, signet itu memiliki hubungan dengan Dunia Mimpi Buruk.     

Inilah alasan mengapa ia tidak takut sama sekali walau ia telah kehabisan mana dan kekuatan mental.     

Suhu udara di sekitar Angele memanas, yang menunjukkan bahwa gelombang energi Olive semakin dekat. Ia mengerti bahwa Olive harus menggunakan dan mengendalikan gelombang itu secara manual, sehingga gelombang itu akan terhenti jika Angele mengaktifkan signet-nya. Namun, selain signet itu, ia masih memiliki metode lain untuk menyelamatkan diri dalam keadaan darurat.     

Saat ini, ia masih menunggu waktu yang tepat.     

Angele mengangkat tangan kirinya. Tiba-tiba, sebuah bayangan hitam di tengah telapak tangannya mengepakkan sayapnya. Di sekitar sayap itu, terdapat bayangan-bayangan kecil yang buram, seperti burung-burung kecil bercampur lalat.     

Burung-burung dan lalat-lalat itu berputar perlahan mengitari signet.     

Shing!     

Sesaat sebelum menyentuh tubuh Angele, semua gelombang Olive menghilang tak berbekas.     

Angele tersenyum lembut pada Olive.     

"Pertarungan kita sudah selesai, Master Olive." Ia menurunkan tangannya, dan signet itu berhenti mengeluarkan ilusi.     

Angele berbalik dan melihat pria berambut pirang yang memberinya pelat pelacak itu sedang menunggu di balik pohon dengan sebuah busur panjang berwarna hitam di tangannya.     

"Aku nyaris saja menyerangnya untukmu." Pria itu menurunkan busurnya.     

"Kau sudah membantuku satu kali, dan aku mampu melakukan sisanya. Alat sihir ini hanyalah hadiah tambahan." Angele tersenyum.     

Mereka berjalan bersama-sama dan menghilang di balik gelapnya hutan.     

Olive menatap mereka berdua. Api perak masih membara pada bagian atas tubuhnya. Tubuh bagian bawahnya telah membatu, sehingga ia tampak seperti patung batu.     

Api perak yang terus membara itu perlahan-lahan membantu tubuhnya pulih, namun kecepatan pemulihan itu terlalu lambat. Pria tua itu telah menghabiskan energinya untuk menjaga agar seluruh tubuhnya tidak membatu.     

Itulah alasan mengapa Olive berhenti menyerang. Jika pria tua itu tidak melepaskan kendali gelombang penyerang tersebut, ia tidak akan punya kekuatan mental yang cukup untuk menghentikan penyebaran sihir Angele. Pria tua itu tidak tahu sihir apa yang Angele lakukan padanya, sehingga ia tidak ingin mengambil risiko.     

Penyihir kegelapan tadi telah menghilang sejak lama. Ia kabur dari pertarungan itu dengan mengubah tubuhnya menjadi asap hitam, sehingga hanya meninggalkan sebuah jubah hitamnya.     

Cahaya emas matahari bersinar dan menembus awan tebal yang menutupi langit.     

Di atas dataran tinggi di teritori Enam Cincin, sebuah rumah kayu berdinding cokelat berdiri di antara rerumputan.     

Angin bertiup sepoi-sepoi, hingga daun dan rerumputan menari-nari.     

Di bawah tiga stasiun, tiga buah gondola hitam melayang tepat di atas platform.     

Tiga set tangga yang terbuat dari kayu dibangun di dekat platform untuk memudahkan para penumpang naik.     

Tangga itu sangat ramai. Ada banyak budak centaur dan pria-pria berotot yang sibuk membawa barang bawaan para penyihir ke atas kapal. Selain barang, terdapat juga kotak-kotak kayu berisi magic stone.     

Sang penjaga berteriak-teriak pada para budak agar mereka berjalan lebih cepat.     

Beberapa penyihir cahaya sedang menaiki tangga itu dengan santai.     

Terlihat pula beberapa penyihir di depan tangga. Mereka mengucapkan selamat tinggal pada keluarga dan teman-teman mereka sebelum naik.     

Tempat itu benar-benar ramai.     

Angele, yang mengenakan jubah putih dengan sabuk berwarna senada, sibuk mengobrol dengan Shiva, Sherry, dan Glue, sementara Nancy menunggu dengan sabar di sampingnya.     

"Tolong jagalah Nancy. Ia adalah wakilku di Nola."     

Angele memegang tangan Nancy. Kemarin malam, akhirnya mereka bercumbu, dan Angele memberitahunya tentang rencana kepergian itu setelah mereka selesai bersenang-senang.     

Mereka tidak benar-benar pacaran. Hubungan mereka tidak didasari, cinta namun didasari oleh hubungan saling membutuhkan. Angele telah memberikan rumah dan menjadi tuan yang kuat. Kemarin hanyalah pembayaran atas semua pemberian itu, sehingga Nancy tidak terlalu sedih setelah mendengar Angele akan pergi.     

"Tidak masalah. Aku akan menjaganya." Shiva mengangguk.     

Glue menatap Angele. "Walau kita baru bertemu beberapa waktu lalu, aku percaya bahwa kau akan mampu kembali dari petualangan ini hidup-hidup."     

"Terima kasih. Aku akan berusaha keras." Angele tersenyum.     

Sherry memberikan sebuah buku catatan berwarna cokelat dengan sampul kulit berhiaskan pola-pola seperti mawar pada bagian tepinya.     

"Ini adalah peta pemberian keluargaku. Kuharap peta ini akan membantumu." Sherry kembali dari misinya di perbatasan hanya untuk mengucapkan selamat tinggal.     

"Terima kasih banyak." Angele menerima buku catatan itu.     

Agar mereka tidak sedih, mereka berganti membicarakan keadaan World Stone.     

Tiba-tiba, kerumunan menjadi ramai.     

"Ketiga ketua tim sudah datang," bisik Shiva.     

Angele menoleh dan melihat sekelilingnya.     

Dua orang penyihir berjubah putih dan seorang penyihir berjubah merah berjalan melalui kerumunan itu. Saat mereka lewat, semua orang segera membungkuk hormat.     

Di depan, seorang penyihir muda tampan dengan jubah putih berhias emas berjalan dengan wajah tanpa ekspresi.     

Terdapat dua orang penyihir di belakangnya. Penyihir di sebelah kanan adalah seorang wanita paruh baya berjubah putih. Rambut hitam panjangnya yang tergerai di atas bahunya. Tangan kanannya bengkak hingga terlihat aneh, namun pembengkakan itu tertutup oleh lengan jubahnya.     

Di belakang, terdapat seorang pria muda berjubah merah dengan hiasan sepasang scimitar putih pada dadanya. Wajah pria itu berbentuk lonjong, dan telinganya memanjang dan tajam. Ia tampak persis seperti seorang elf. Namun, tak seperti elf pada umumnya, wajahnya tampak biasa saja, dan kulitnya kasar.     

Mereka berjalan melalui tiga tangga kayu yang berbeda.     

"Reyline!" Tiba-tiba, terdengar suara seorang wanita dari kerumunan.     

Reyline menoleh setelah mendengar suara itu. Tangannya berpegangan pada sisi tangga.     

Seorang wanita berambut pirang berbaju terusan putih menatap dan memanggil Reyline. epit perak panjang menghiasi rambutnya     

"Kau akan kembali, kan? Kau telah berjanji!" teriak wanita itu.     

Reyline menatap wanita itu dan mengernyitkan alisnya.     

"Mohon maaf, siapa kau?"     

Wanita itu berhenti tersenyum dan mulai menangis, sebelum berbalik dan berlari turun dari stasiun.     

Melihat kejadian itu, para penyihir, budak, beserta kerabat tertawa terbahak-bahak.     

Reyline menatap gadis itu, menghela nafas, dan menggeleng. Ia kemudian berjalan menaiki tangga.     

"Ia tidak ingin wanita itu menunggu karena ia mungkin akan mati dalam perjalanan ini. Apa aku salah menilainya selama ini...?" Shiva menatap Reyline dan menghela nafas.     

"Waktu keberangkatan akan tiba sebentar lagi, aku akan naik sekarang."     

Angele menggeleng dan berjalan ke tangga ketiga.     

"Jangan lupakan kita!" Shiva berteriak dari belakang.     

"Aku tidak akan melupakan kalian." Angele melambaikan tangan kanannya.     

Shiva, Sherry, dan Glue berdiri di sana, menatap Angele menaiki tangga.     

Setelah sampai di atas kapal, Angele berdiri di tepi, menarik tudungnya, dan menatap kerumunan orang di bawah.     

Sebelum pergi, ia telah menyelesaikan semua urusannya. Isabel telah setuju untuk membantunya menghubungi Master Liliana. Sepertinya, pihak Kastil Taring Putih mau berbisnis dengan anggota dunia bawah tanah.     

Ia menunggu para penyihir naik. Angin dingin meniup bagian bawah jubahnya. Hari masih sangat pagi, dan cahaya matahari tidak cukup hangat untuk menghangatkan tubuhnya.     

Nola adalah tempat yang damai, namun jika ia ingin berkembang, ia harus pergi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.