Dunia Penyihir

Dunia Mimpi Buruk (Bagian 2)



Dunia Mimpi Buruk (Bagian 2)

0Semua benda di ruang tamu benar-benar tertutup debu. Pengendali pertahanan, sofa, meja, cat di dinding… semuanya tertutup debu. Catnya pudar dan nyaris hilang.     

Kriet…     

Angele membuka pintu perlahan-lahan.     

Cahaya oranye dari luar menerangi tubuh Angele dan seluruh ruang tamu.     

Angele berdiri di dekat pintu dan melihat sekelilingnya, namun hanya terlihat langit yang tertutup awan. Kabut menutupi tempat itu, sehingga jarak pandang menjadi terbatas.     

Angele mengangkat tangannya ke langit. Titik-titik cahaya hijau berkedip-kedip di telapak tangannya dam membentuk topan kecil. Namun, akhirnya, ia menurunkan tangannya. I memutuskan untuk tidak menggunakan sihir di dunia ini.     

Semua bunga di taman telah layu dan mati; yang tersisa hanyalah kelopak bunga yang telah membusuk.     

Angele berjalan menyeberangi taman. Setelah melihat ada pergerakan di sebelah kanannya, ia pun berhenti dan menoleh ke kanan.     

Ia memicingkan matanya, lalu memperlambat langkahnya dan berjalan di sepanjang pagar.     

Setelah berbelok ke kanan, ia melihat sebuah patung batu pada dinding rumah. Patung itu berbentuk wajah seorang anak kecil yang menyatu pada dinding rumah.     

Patung itu berbentuk seperti anak laki-laki dengan rambut pendek ikal. Ia tak memiliki mata, namun mulutnya bergerak-gerak. Sepertinya, anak itu berusaha mengatakan sesuatu, namun ia tak bersuara.     

Angele memicingkan matanya dan mundur selangkah. Is menatap pergerakan wajah anak kecil itu.     

Setelah beberapa detik, akhirnya patung itu tenggelam dalam dinding kelabu rumah itu dan menghilang. Kemudian, ia muncul di dinding lain. Seperti tadi, mulut patung itu bergerak-gerak tanpa suara.     

Sepertinya, patung itu tidak berbahaya, sehingga Angele menurunkan bom jantung di tangannya. Ia berbalik, melompati gerbang dan akhirnya mendarat tepat di tepi danau.     

Plop!     

Terdengar sesuatu melompat di atas permukaan air.     

Angele berbalik dan menatap danau itu.     

Permukaan danau yang bersih dan jernih memantulkan pantulan wajahnya.     

Rambut cokelat pendek, kulit pucat bercahaya perak, kontras dengan sepasang mata emas yang bersinar terang. Ia menatap pantulan itu dan mengernyitkan alisnya.     

Byur!     

Seekor ikan perak kecil membuka mulutnya dan menggigit pantulan pada permukaan air.     

"Apa-apaan…?!" Angele mundur selangkah, memegang tangan kirinya erat-erat. Darah mengucur dan menetes dari punggung tangannya.     

Ikan itu hanya menggigit pantulan tubuhnya, namun gigitan itu terasa nyata dan berubah menjadi luka pada tubuh fisiknya, seakan-akan ikan itu benar-benar menggigit punggung tangannya.     

Angele segera mundur dari danau itu. Keringat dingin membanjiri dahi dan wajahnya. Ia menarik nafas, menenangkan diri, dan mengambil sebotol krim penyembuh dari kantongnya. Ia mengoleskan krim itu pada luka di tangannya. Asap putih membumbung dari luka tersebut. Dalam beberapa detik, luka itu berhenti berdarah.     

Titik-titik cahaya biru bersinar di depan matanya, menunjukkan ia sedang menggunakan fungsi analisa Zero. Setelah analisa mengatakan bahwa ia tidak terkena infeksi ataupun racun, ia bernafas lega.     

Ia berbalik melihat permukaan danau. Ikan perak itu berenang-renang pada permukaan air dengan darah di mulutnya. Ikan itu berenang mengelilingi permukaan danau selama beberapa menit sebelum akhirnya pergi.     

Setelah ikan perak itu pergi, seekor ikan hitam sepanjang lima meter muncul di permukaan danau.     

Melihat tanda rune berbentuk segitiga putih pada punggung ikan itu membuatnya kaget. Rune itu adalah penanda makhluk yang dipeliharanya di laboratorium biologis.     

Kemarin, ia memeriksa akuarium ikan itu. Ikan hitam itu hanya sepanjang jari telunjuk.     

Angele menelan ludah dan mengerutkan bibirnya. Situasi dunia ini membuatnya bingung.     

Ia berjalan ke seberang danau dan berhenti di dekat pos penjagaan rumahnya.     

Kung!     

Sesuatu bergerak-gerak di dekat kakinya.     

Ia menunduk dan melihat seekor katak hijau melompat-lompat di tanah.     

Anehnya, katak hijau itu memiliki dua wajah pada bagian punggungnya. Kedua wajah itu sedang mengobrol, namun tidak terdengar suara dari mulut mereka.     

Angele memutuskan untuk merunduk dan melihat lebih dekat kedua wajah manusia yang berkedut-kedut itu. Setelah ia menatap kedua wajah itu selama beberapa saat, suara mereka bergema dalam pikirannya.     

'Aku memecahkan vas Ayah kemarin. Aku pasti akan dimarahi. Apa yang harus kulakukan?' Wajah sebelah kiri, wajah seorang anak lelaki, memulai pembicaraan. Mereka berbicara dalam bahasa yang aneh. Namun, entah mengapa, Angele mengerti apa yang sedang mereka katakan.     

'Ayah akan memukulmu dengan palu godam. Tunggu saja,' jawab wajah di sebelah kanan dengan suara melengking seperti anak perempuan.     

'Aku juga menyiramkan air kotor pada pakaian ayahku. Aku pasti akan dimarahi. Apa yang harus kulakukan?' lanjut si anak lelaki.     

'Ayah akan menusuk matamu dengan jarum yang panas membara,' jawab si gadis.     

Kedua wajah di belakang punggung katak itu terus mengoceh.     

Katak itu terus melompat, hingga suara kedua anak itu semakin jauh dan akhirnya menghilang setelah beberapa menit.     

Angele menggeleng setelah melihat betapa aneh dan misteriusnya semua hal di Dunia Mimpi Buruk ini. Serangan ikan di danau tadi mampu menembus medan pelindung dan sihir logam-nya, sehingga punggung tangannya terluka cukup parah.     

"Anak muda, sedang apa kau di sini? Apa yang kau cari?" Terdengar suara serak dan berat dari arah danau.     

Angele berdiri dan melihat sekelilingnya.     

Seekor kura-kura hitam sepanjang satu meter bergerak perlahan keluar dari danau. Kura-kura itu tidak memiliki kaki. Ia berjalan dengan empat tangan manusia.     

Kura-kura itu 'merangkak' perlahan dengan keempat tangannya.     

Kepala kura-kura itu penuh kerutan; matanya terus menatap Angele. Sementara itu, Angele sedang berusaha mengerti apa yang sedang terjadi.     

"Apa kau penghuni tempat ini?" tanya Angele.     

Kura-kura itu menggeleng.     

"Akhirnya … ada makhluk yang bisa diajak bicara…" Angele bernafas lega.     

"Akhirnya … ada makhluk yang bisa diajak bicara…" Kura-kura itu mengikuti perkataan Angele, bahkan suaranya pun sangat mirip.     

Angele gemetar. Bulu kuduknya berdiri.     

"Akhirnya … ada makhluk yang bisa diajak bicara…" ulang kura-kura itu seraya merangkak perlahan mendekati Angele dengan ekspresi wajah yang mengerikan.     

"Akhirnya … ada makhluk yang bisa diajak bicara…"     

Kura-kura itu terus mendekat.     

Kepala Angele terasa kaku. Karena ketakutan, ia berusaha mundur. Namun, ia langsung menyadari bahwa kakinya telah membeku.     

Separuh bagian bawah tubuhnya telah membeku. Seluruh bagian bawah lututnya telah berubah menjadi batu abu-abu, dan bagian abu-abu itu terus naik. Walaupun tidak ada rasa sakit, situasinya semakin buruk.     

"Bangs*t!"     

Angele menggertakkan giginya dan melemparkan bom merah di tangannya.     

Bom itu melesat cepat, hingga membentuk kilatan merah, dan mendarat tepat di punggung kura-kura tersebut.     

Duar!     

Ledakan itu sangat kuat, hingga menerbangkan bara api merah ke mana-mana.     

Hawa panas dan suara yang keras menyebar ke mana-mana, hingga pendengarannya menjadi bergema. Dengan bantuan medan pelindung dan sihir logam-nya, ia menciptakan perisai untuk menangkis kekuatan ledakan itu. Panas terus menyebar dari inti ledakan, hingga dedaunan berjatuhan dan tertiup karena hawa panas.     

Pluk!     

Potongan-potongan daging merah berasap panas terjatuh tepat di samping kakinya.     

Ia menunduk dan melihat kakinya, yang tadinya membeku, kembali seperti semula. Setelah beberapa detik, akhirnya ia dapat bergerak lagi.     

Api itu segera padam dan menyisakan potongan-potongan daging dan kepingan cangkang kura-kura yang pecah.     

Angele berjalan mendekati sisa kura-kura itu dan merunduk. Ia menemukan tiga potong daging yang masih dapat digunakan, sementara bagian daging lainnya sudah terbakar hingga nyaris menjadi abu.     

Setelah berpikir selama beberapa saat, ia memasukkan ketiga potong daging ke dalam kantongnya.     

Ia berdiri dan berjalan mendekati pos penjagaan.     

Saat mengintip bagian dalam pos itu, ia melihat bahwa tempat itu sudah ditinggalkan. Meja, kursi, tempat tidur – semuanya telah hilang.     

'Sepertinya, tempat ini memiliki hubungan dengan dunia nyata. Walaupun semuanya sangat mirip dengan tempat tinggalku, aku merasa seperti orang yang terjebak dalam dimensi waktu lain.' Titik-titik cahaya biru bersinar di depan matanya.     

Semenjak tadi, Zero terus menganalisa dan meneliti dunia di sekelilingnya,     

Namun, di dunia ini, aturan alam pun sangat berbeda, s3hingga Zero harus mengumpulkan informasi dasar.     

"Waktuku habis," gumamnya. Ia merasakan sesuatu yang tidak asing.     

Ia mengangkat tangan kanannya, yang kini menjadi tembus pandang.     

Sebagai pendatang, Angele hanya bisa tinggal di dunia tersebut selama beberapa saat. Walaupun darah harpy raksasa mampu menghubungkan tubuhnya dengan dunia itu, ia tidak bisa tinggal selamanya di sana.     

"Sialan… Kalau saja aku bisa lebih lama di sini… Masih ada banyak yang belum kuketahui…" Matanya terasa semakin berat.     

Setelah beberapa detik, ia akhirnya tertidur.     

Tiba-tiba, ia membuka mata.     

Ia masih duduk bersila di tengah laboratorium mantra.     

Ia mengangkat tangan kirinya. Ternyata, luka itu masih ada. Rasa sakit yang ia rasakan memastikan bahwa kejadian tadi bukanlah mimpi semata.     

'Aku harus menunggu harpy itu bangun lagi.' Angele mengambil ketiga potong daging yang diperolehnya.     

Ia menata ketiga potongan itu di telapak tangannya.     

"Jadi, benda-benda ini ikut denganku kembali ke dunia ini… Bagaimana mungkin…?" Ia mengingat kejadian tadi, kejadian di mana ia nyaris saja dibunuh kura-kura itu.     

"Yah, waktunya mencari tahu apa yang bisa kulakukan dengan potongan daging ini." Ia menyusun rencana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.