Dunia Penyihir

Pembelian (Bagian 1)



Pembelian (Bagian 1)

0"2600 magic stone!" Seorang penyihir tambun berdiri dan berteriak.     

Sebelum Angele sempat menaikkan tawaran, para penyihir lain ikut menaikkan bid mereka.     

"3000!" Seorang penyihir bertubuh tinggi berdiri dan berteriak.     

"3100!" Penyihir tambun itu menatap si wanita centaur. Ia jelas punya niat jahat.     

Setelah membandingkan informasi pada penyimpanan Zero, Angele menyadari bahwa para centaur dalam kandang itu memiliki darah para pemimpin centaur kuno.     

Dulu, para pemimpin centaur kuno menyilangkan centaur putih dengan unicorn, seekor makhluk legendaris, sehingga centaur putih jauh lebih susah ditemukan ketimbang centaur biasa.     

Biasanya, centaur putih bisa hidup selama lebih dari 200 tahun.     

Angele yakin bahwa ia akan mampu mengekstrak darah mereka, sehingga ia mendapatkan darah unicorn dan centaur kuno.     

Signet yang diperolehnya dari darah kuno harpy telah banyak membantunya. Signet itu telah menjadi senjata rahasianya. Ia ingin mencari darah kuno sebanyak mungkin untuk menemukan kenyataan di balik darah tersebut.     

Tentu saja, rencananya hanya akan berhasil jika ia mampu memenangkan lelang itu.     

Angele memicingkan matanya.     

"3300!" Ia mengangkat tangannya. Suaranya bergema di seluruh aula dengan bantuan partikel energi.     

Shiva dan Nancy, yang sempat mengira Angele telah menyerah, menatapnya dengan heran. Mereka tidak menyangka bahwa Angele akan menaikkan tawarannya lagi.     

Si penyihir tambun mengira bahwa tidak akan ada yang mau membayar lebih dari 3200 magic stone untuk centaur. Ia pun berbalik dan menatap Angele dengan sorot mata penuh kebencian.     

"3500!" Pria itu kembali menaikkan harga.     

"4000." Angele menyahut dengan tenang.     

"4100!"     

"5000!" Angele menyahut. Suaranya terdengar tanpa emosi.     

Angka itu mengejutkan para penyihir, sehingga mereka saling menoleh dan mencari tahu siapa yang sedang berlomba menaikkan tawaran.     

Tubuh penyihir tambun itu banjir keringat. Matanya menatap para wanita centaur dengan raut wajah yang tidak rela.     

Calon penyihir di samping penyihir tambun itu berbisik padanya, sehingga penyihir itu berpikir sejenak dan mengedikkan bahunya.     

"Baiklah, pak. Kau menang," gumamnya. Kemudian, ia kembali duduk     

Wanita berbaju putih yang berdiri di podium itu mengangguk.     

"Ada lagi? Jika tidak ada, kuhitung sampai tiga. Setelah waktu habis, semua centaur ini akan dijual pada partisipan yang menawarkan harga tertinggi."     

"5100!" teriakan seorang penyihir memecahkan keheningan.     

Saat menyadari suara siapa itu, ekspresi Angele berubah kecut.     

Ia menoleh ke kiri.     

Seorang pria berjubah merah berdiri, mengusap dagunya, dan melihat Angele dengan sorot mata penuh hinaan. Semua penyihir di aula menatap pria itu.     

"6000!" Angele berteriak. Ekspresi wajahnya berubah.     

Saat ini, ia punya 10 kartu kristal dari hasil barter ramuan dengan Wisp.     

Kartu-kartu kristal itu sangat berharga, bahkan untuk penyihir. Kartu itu dapat digunakan sebagai sumber tenaga untuk pelindung atau penyerang tingkat tinggi. Dibutuhkan lebih dari 1000 magic stone untuk membuat kartu kristal dengan kualitas menengah.     

Sepuluh kartu kristal dapat ditukar dengan banyak bahan langka.     

"6100!" Nicolas berteriak lagi. Ia tahu betul bahwa Angele sangat menginginkan para centaur itu.     

"8000!"     

"8100!"     

"Baiklah. Kau menang." Ekspresi wajah Angele datar. Ia mengedikkan bahunya dan memutuskan untuk menyerah. Ada banyak makhluk langka dengan darah kuno, sehingga ia tidak perlu menghabiskan banyak uang hanya untuk membeli semua centaur itu.     

Ekspresi Nicholas berubah. Ia tidak menyangka bahwa Angele akan berhenti. Ia ingin menaikkan harganya sekali lagi, namun ternyata Angele lebih cerdik dari perkiraannya.     

Karena perbuatannya itu, ia harus membayar lebih dari dua kali harga normal untuk semua centaur itu. Ia mengerucutkan bibirnya dan menatap Angele dengan penuh kebencian selama beberapa saat sebelum akhirnya kembali duduk.     

"Ada lagi?" Wanita itu bertanya beberapa kali dan berhitung sampai tiga. Akhirnya, centaur-centaur itu menjadi milik Nicholas. Wanita itu sangat senang dengan hasil lelang tersebut.     

"Maaf, ini adalah salahku." Shiva duduk di samping Angele dan mengirimkan pesan dengan partikel energi. "Nicholas itu adalah bajing*n yang kaya. Saat melihat kita bersama, ia ingin menyusahkan kita."     

"Tidak apa-apa. Mungkin ada sesuatu yang kuinginkan nanti." Angele menggeleng. "Ini bukan salahmu."     

"Sialan! Seandainya aku kaya..." Shiva menghela nafas. Perasaannya bercampur aduk. Ia mengisyaratkan bahwa ia tidak mampu menaikkan tawaran untuknya.     

Setelah para centaur terjual, budak duyung, fire spirit, tree elf pria pun dilelang. Seorang penyihir berotot bahkan menghabiskan 6000 magic stone untuk membeli ratu harpy.     

Semua budak itu telah dilatih oleh pelatih profesional. Budak yang berusaha melawan telah dibunuh.     

"Sekarang, kita telah tiba pada bagian yang paling menarik di acara lelang ini." Wanita itu mengeraskan suaranya. Raut wajahnya terlihat gembira.     

Setelah mendengar perkataan itu, semua penyihir saling berbisik. Bahkan, keempat penyihir tingkat kristal duduk tegak dan fokus pada pertunjukan di depan mereka.     

"Jadi, semuanya menunggu lelang terakhir." Angele melihat Shiva dan berkata.     

"Tentu saja." Shiva tertawa. "Jika aku punya uang, aku akan ikut lelang juga."     

Angele mengangguk dan melihat ke depan.     

Wanita itu meminta para kurcaci membawa kotak kayu ke atas panggung dan membuka kotak tersebut dengan hati-hati.     

"Hari ini, benda lelang terakhir adalah peri hutan dari reruntuhan kuno!" Wanita itu melemparkan kotak kayu tersebut ke udara.     

Cahaya putih melesat dari kotak tersebut dan berubah menjadi pilar cahaya berbentuk persegi. Di puncak pilar itu, terdapat sebuah titik kecil warna putih.     

Titik putih itu adalah seorang gadis berukuran sebesar telapak tangan. Ia memiliki rambut panjang berwarna pirang yang tergerai di bahunya. Ia mengenakan baju hijau transparan. Kulitnya sangat halus dan lembut. Gadis berkulit putih bersih itu menutup matanya, seperti putri tidur yang telah mengecil.     

Gadis kecil itu berbaring di puncak pilar tanpa suara. Sepertinya, ia sedang tertidur.     

Pada punggung gadis itu, terdapat sepasang sayap kupu-kupu dengan pola dan bentuk yang aneh; ukuran sayap itu jauh lebih besar ketimbang tubuh gadis kecil itu sendiri. Sebelum melihat gadis itu lebih dekat, Angele sempat menyangka bahwa itu adalah kupu-kupu besar.     

"Kami menemukan peri ini di reruntuhan. Ia adalah peri hutan dari zaman dahulu kala. Menurut legenda, jika kau berhasil menandatangani kontrak darah dengan seorang peri, peri itu akan menjadi petarung kuat yang dapat membantumu." Wanita berbaju putih itu masih sangat bersemangat.     

"Peri elemen. Ia sangat cantik dan memiliki kemampuan memperkuat sihir penyerang dan membuat perisai untuk menangkis serangan lawan."     

Aula itu menjadi ribut. Sepertinya, peri itu sudah dinantikan banyak penyihir di sana.     

Angele melihat peri itu dan menggeleng."     

"Yah, aku tidak punya cukup uang untuk peri itu. Kita ke belakang panggung dan beli budak biasa saja," kata Angele. Ia telah mengetahui prosedur lelang ini dari ketentuan yang dibacanya di kertas kulit tadi.     

Shiva mengangguk. "Peri hutan. Sudah pasti persaingannya akan sangat ketat."     

"10.000 magic stone!"     

Penawaran berlangsung sengit. 10 ribu magic stone cukup untuk membuat 10 kartu kristal.     

"15.000!"     

"20.000!"     

"Satu porsi Essence of the Lion Scorpion!"     

"Satu Sun Stone!"     

Penyihir di lelang itu semakin menggila. Mereka bahkan menawar peri itu dengan benda-benda langka. Jika seorang penyihir tidak punya cukup magic stone, mereka bisa menggunakan bahan langka sebagai penggantinya.     

Angele dan Shiva segera berdiri dan meninggalkan aula melalui pintu sebelah kanan. Nancy dan si fire spirit mengikuti mereka dari belakang.     

Beberapa pelayan yang mengenakan rok pendek berwarna kuning sedang menunggu para penyihir yang keluar dari aula tempat lelang.     

"Kalian kemari untuk membeli budak biasa, kan? Ikut aku."     

Seorang pelayan memimpin keempat orang tersebut ke ujung lorong. Mereka menaiki tangga dan masuk ke area berbeda.     

Mereka berjalan cukup jauh hingga suara keramaian aula tempat lelang itu menghilang. Terdengar suara tapak kaki para penyihir lain dari depan dan belakang mereka.     

Tidak semua penyihir pergi ke pasar ini untuk ikut lelang. Sebagian besar dari mereka hanya ingin membeli budak biasa.     

Cahaya dari kristal pada kedua sisi lorong sangatlah redup, sehingga mereka tidak bisa melihat jalan dengan jelas.     

Setelah beberapa menit, mereka memasuki sebuah lorong yang cukup ramai.     

Dinding dan lantai ruangan itu terbuat dari batu berwarna gelap. Ada banyak kandang besar yang tertata rapi di atas lantai. Dalam masing-masing kandang, terdapat banyak sekali budak; pakaian mereka kotor dan raut wajah mereka muram.     

Angele melihat seluruh anggota banyak keluarga dilemparkan ke dalam kandang.     

Seorang wanita tanpa busana sedang menyusui seorang bayi di dalam kandang besi hitam di samping kanan Angele. Setelah melihat banyak pembeli memasuki lorong itu membuatnya sedih.     

Di depan kandang, terdapat seorang penyihir cahaya bertubuh kurus sedang menanyakan harga ibu dan anak itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.