Dunia Penyihir

Bunga Kelahiran (Bagian 2)



Bunga Kelahiran (Bagian 2)

0"Baik!" jawab seorang Glay wanita. Ia berjalan maju dan berlari ke semak-semak belukar bersama dengan sekelompok Glay lainnya.     

"Mitto, gunakan jalan di sisi kanan. Cobalah untuk menghentikannya sebelum ia kabur," perintah pria yang kepalanya penuh jarum itu.     

Seorang pria berbaju kulit berwarna hitam berjalan maju dan mengangguk, kemudian ia berbalik dan menghilang ke dalam semak belukar.     

Pria berkepala penuh jarum itu melihat sekelilingnya.     

"Terakhir kalinya seseorang menghancurkan bunga kelahiran adalah 50 tahun lalu. Kita harus menjadikan pria itu sebagai contoh apa yang akan terjadi kepada orang yang berani menyusup ke tanah suci kita."     

**     

Angele terus berlari kencang, namun ia merasa bahwa ada lebih dari 5 orang yang sedang mengejarnya. Bahkan, salah satu dari mereka memiliki kekuatan gelombang mental yang setara dengan Liv.     

Walaupun kekuatan gelombang mental bukanlah satu-satunya tolok ukur kekuatan seorang penyihir, itu masih menunjukkan bahwa para Glay menyuruh seorang penyihir tingkat 2 untuk mengejarnya.     

Sekarang, ia yakin bahwa mayoritas pengawal teritori para Glay adalah penyihir resmi.     

Untungnya, ia sudah dekat. Ia hanya butuh beberapa detik untuk sampai ke tempat Vivian.     

Angele berlari menuruni tebing dan melihat tim Vivian sedang berjalan menyusuri hutan.     

"Angele! Kemarilah!" panggil wanita itu setelah menyadari keberadaan Angele.     

Angele segera berlari mendekati Vivian.     

"Master Vivian… Kali ini, aku melakukan kesalahan besar…" Ia tersenyum kecut.     

"Aku mengerti bahwa kau tidak sengaja, namun kita masih harus menyelesaikan urusan ini." Vivian menarik tangan Angele.     

Saat mereka berbincang-bincang, sekelompok Glay muncul di depan mereka.     

Pria yang kepalanya penuh jarum itu berdiri di depan.     

Ia menatap para penyihir di depan. Ekspresinya berubah setelah ia melihat Vivian di kelompok itu.     

"Tetua ketiga?"     

"Garuda, berani-beraninya kau berbicara seperti itu pada Master Vivian?" tanya salah satu penyihir dengan nada dingin.     

Dengan wajah kecewa, Garuda membungkuk hormat pada Vivian.     

"Selamat datang di teritori para Glay, Master Vivian." Para Glay terdiam sesaat, sebelum akhirnya menyapa Vivian bersama-sama.     

Vivian mengernyitkan alisnya. "Mari kita bertemu kepala suku kalian. Anakku telah menghancurkan salah satu bunga kelahiran."     

Angele berdiri di belakang Vivian dan mengirim pesan dengan bantuan partikel energi.     

"Apa aku harus mengembalikan putik bunga itu pada mereka?"     

"Karena kau telah mengambilnya, simpan saja. Nanti kita lihat bagaimana hasil negosiasinya," jawab Vivian. "Jika mereka bertanya tentang putik bunga itu, jawab saja bahwa putiknya mati sesaat setelah kau memetik bunga tersebut."     

"Aku kenal dengan kepala suku para Glay. Dia adalah teman baikku. Jika rakyat tidak mempertanyakan keputusannya, ini tak akan menjadi masalah besar. Lain kali, berpikirlah dengan matang sebelum melakukan sesuatu."     

"Aku mengerti. Ini adalah salahku." Angele mengangguk.     

"Jangan terlalu dipikirkan. Aku akan membantumu." Vivian membelai pipi Angele dan menghela nafas. Perasaannya bercampur aduk.     

**     

Dengan bantuan Vivian, masalah itu selesai dengan damai.     

Vivian bersama pasukan elit-nya pergi ke ibu kota teritori Glay. Sepertinya, para Glay takut dengan kekuatan dan otoritas Vivian. Tidak ada yang berani mempertanyakan keputusan Mira, sang kepala suku.     

Setelah negosiasi, Angele memberi kartu-kartu kristal dan bahan-bahan langka kepada bangsa Glay sebagai kompensasi.     

Jika saja Angele tidak memiliki 'Ibu' seperti Vivian, konflik itu akan menjadi konflik antara hidup dan mati.     

Setelah insiden itu, Vivian menyuruhnya untuk tetap tinggal di rumah dan mempelajari ras-ras di dekat Sungai Bass agar hal itu tidak terjadi lagi.     

Angele memutuskan untuk menggunakan kesempatan ini untuk mempersiapkan misi meramu dari Menara Penyihir Kegelapan.     

Selain itu, ia harus memeriksa teknik meditasi tingkat tinggi yang ia dapatkan dari organisasi.     

Masalah terbesarnya saat ini adalah Henn.     

Angele telah menipu Henn, sehingga ia tidak perlu menghancurkan sumber kekuatan Vivian dan menyembunyikan rahasianya. Namun, ia masih harus mencari cara untuk memisahkan Henn dari tubuhnya.     

Poin misi-nya masih belum cukup untuk mempekerjakan penyihir berwujud jiwa atau pun membeli resep Kristal Seribu Bayangan dari Menara Penyihir Kegelapan.     

Henn tidak berbicara padanya walaupun patung kalajengking-nya tidak aktif. Sepertinya, ia sedang sibuk membuat rencana jahat lagi.     

**     

Beberapa bulan kemudian.     

Hari sudah siang. Cahaya keemasan matahari bersinar melalui jendela lantai dua bangunan utama.     

Angele berdiri di dekat jendela dan menyingkirkan kelambu penutup, kemudian ia menatap permukaan sungai. Cahaya matahari menyinari wajahnya.     

"Henn, aku sudah membantumu melakukan rencana balas dendam-mu, tapi aku masih berada di tingkat Kristal. Kau masih harus bertarung dengan Arisma. Jika dia meminta teman lamaku untuk membunuhku, aku mungkin akan kalah." Angele mengirim pesan pada Henn dengan menggunakan kotak hitam-nya.     

"Aku mengerti," jawab Henn dengan santai. "Aku sedikit gugup belakangan ini, namun aku tidak akan menyuruhmu melakukan apa pun pada Vivian… untuk saat ini. Kau benar, perkembanganmu telah melambat. Itu adalah masalah besar."     

"Aku tidak ingat kali terakhir kita punya pembicaraan damai seperti ini." Angele mengangguk perlahan. "Kita langsung saja. Topeng Sayap Hitam tidak sekuat yang kubayangkan."     

"Jangan khawatir. Tidakkah kau melihat bahwa kekuatan mental-mu meningkat perlahan? Untuk penyihir seumuranmu, kau sudah tergolong cukup kuat. Walaupun kecepatan perkembanganmu menurun, kekuatan mental-mu tetap meningkat perlahan," jelas Henn. Ia terdengar seperti orang yang berbeda. "Kau membutuhkan waktu beberapa tahun untuk menstabilkan kekuatan mental dan meningkatkan kekuatanmu. Kali ini, kecepatan bukanlah hal terpenting. Gunakan waktumu untuk memperbaharui semua sistem elemental yang kau kenal, memodifikasi, atau membuat sihir-mu sendiri. Ini adalah fase penting yang dihadapi semua penyihir."     

Angele terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Henn akan memintanya untuk tidak terburu-buru.     

"Benar… Kau benar, mungkin inilah jalan yang terbaik. Aku akan menggunakan waktuku untuk mempelajari informasi yang kudapat dari Menara Penyihir Kegelapan."     

"Aku harus memikirkan ulang rencanaku. Akan lebih baik jika kita menyelesaikan urusan masing-masing. Kita berada di posisi yang sama. Aku juga mau kau menjadi kuat lebih cepat, tapi dasar-dasar sangatlah penting.     

"Aku mengerti." Angele mengangguk. "Aku akan melanjutkan eksperimen-ku."     

"Baiklah. Nyalakan patung itu. Aku mau istirahat." Suara Henn semakin menghilang.     

Angele menyalakan patung kalajengking-nya. Ia berbalik dan segera pergi ke laboratorium-nya.     

Liv bersandar di dekat pintu. Tatapannya yang dingin terfokus pada Angele.     

"Sudahlah, aku tidak akan menyelinap keluar lagi…" Angele mengedikkan bahunya dan tersenyum kecut.     

"Aku dimarahi Master Vivian. Aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama." Liv terdengar sedikit marah.     

Setelah insiden pada teritori Glay, Liv dipanggil ke pusat dan dihukum oleh Vivian.     

Dia adalah seorang penyihir tingkat 2, namun ia tertipu oleh sihir ilusi seorang penyihir tingkat 1. Ia benar-benar malu.     

Angele menggeleng. Ia membuka pintu dan masuk ke laboratorium-nya.     

Liv masih bersandar di dinding dan menunggunya.     

Setelah masuk, ia mengambil sarung tangan berwarna putih dari rak.'     

Ia segera mengenakan sarung tangan tersebut dan menaburkan bubuk putih pada tangannya.     

Setelah bubuk putih itu merata, Angele menepuk tangannya satu kali.     

Tsk!     

Api berwarna putih muncul dan menghilang seketika. Asap hijau membumbung tinggi dari sarung tangan itu.     

Itu adalah proses sanitasi yang ia rancang.     

Perlahan-lahan, ia berjalan ke tengah ruangan.     

Di sana, terdapat tabung kaca berisi gumpalan-gumpalan awan kuning yang ditutup rapat dengan penyumbat.     

Gumpalan awan itu berbentuk seperti wajah mengerikan dengan mata yang tak berjiwa. Wajah pada awan itu berubah-ubah, bahkan terkadang menghilang.     

Ia berdiri di depan tabung dan mencatat perubahan awan itu di atas selembar kertas kulit.     

"Aku menghabiskan tiga jam untuk membuat awan ini menjadi seperti ini. Walaupun aku sudah menggunakan putik bunga itu, ramuan itu tetap sulit dibuat…" Ia mengerutkan bibirnya.     

"Jika aku tidak melakukan kesalahan pada catatan ini, aku membutuhkan tiga tahun untuk membuat satu porsi Ramuan Awan Beracun. Bahkan, aku tidak bisa menguji kepadatan awan itu…"     

"Yah, untungnya, aku punya banyak waktu untuk menyelesaikan ramuan ini. Lagipula, tidak akan ada yang bisa meramu benda ini dalam waktu singkat. Aku bisa menggunakan waktuku untuk berlatih meditasi tingkat tinggi dan menunggu ramuan. Lumayan bagus." Ia menghela nafas lega.     

Angele meletakkan kertasnya dan menambahkan beberapa bahan pada tabung itu. Setelah selesai, ia duduk di kursi. Topeng hitam muncul perlahan-lahan pada wajahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.