Dunia Penyihir

Pencarian (Bagian 2)



Pencarian (Bagian 2)

0"Yah, kebanyakan penyihir tidak suka tempat ramai karena mereka membutuhkan tempat yang tenang untuk melakukan riset dan eksperimen." Vivian mengangguk seraya memakan sepotong daging lagi.     

Tiba-tiba, simbol berbentuk mata merah muncul dan melayang-layang di samping wanita itu.     

Simbol itu terlihat seperti mata yang berapi-api.     

"Seorang anggota dewan telah datang. Ikutlah aku. Aku harus memperkenalkanmu pada para tetua organisasi."     

"Baiklah." Angele segera menjawab.     

Mereka selesai makan dalam beberapa menit.     

Vivian mengangkat kedua tangannya. Semua piring dan peralatan makan menghilang ke dalam meja, sementara sisa-sisa makanan melayang, berkumpul di udara, dan membentuk bola kuning. Bola kuning itu jatuh ke atas meja dan menghilang sesaat kemudian.     

Bersama-sama, mereka meninggalkan ruang makan, menyusuri lorong-lorong reruntuhan, hingga akhirnya sampai ke ruang pertemuan yang luas.     

Sepasang penyihir pria dan wanita berjubah hitam panjang berdiri di ruangan itu tanpa mengatakan sepatah kata pun.     

Vivian meminta Angele untuk duduk. Mereka berdua duduk di kursi yang telah disediakan.     

"Apa yang kalian inginkan?" tanya Vivian dengan santai.     

Di balik jubah hitam mereka, kedua penyihir mengenakan pakaian yang aneh.     

Penyihir pria itu mengenakan topeng putih yang misterius. Topeng itu memiliki corak seperti dua mata yang sipit. Anehnya, tak ada corak hidung ataupun mulut di topeng itu.     

"Master Fenrir," Pria itu melangkah maju. Suaranya terdengar berat dan serak. "Aku kemari untuk melaporkan bahwa registrasi anak Anda, Angele, telah selesai."     

"Master Fenrir." Wanita di samping pria itu akhirnya angkat bicara. Rambutnya berbentuk bob yang tidak simetris. "Tetua dewan memiliki informasi untuk Anda."     

"Tunggu di sini." Vivian mengangguk dan menatap pria bertopeng itu, kemudian ia menunjuk si wanita. "Ikutlah denganku. Angele, jika kau mau, kau boleh berbicara dengannya."     

Angele mengangguk dan melihat kedua sosok itu pergi dari ruang pertemuan.     

Setelah beberapa saat, ia mendengar Vivian dan si penyihir wanita menutup pintu.     

"Silakan duduk." Angele menunjuk kursi yang diduduki Vivian beberapa waktu lalu.     

"Tidak, terima kasih," jawab pria bertopeng itu dengan sopan.     

"Baiklah kalau begitu." Angele tidak terlalu peduli. "Aku ingin tahu, dari semua kota di sekitar sini, kota mana yang berada di bawah kendali organisasi?"     

"Kota yang paling dekat dengan gedung organisasi adalah Kota Andie. Kota ini terkenal karena kristal dan batu-batu permatanya yang indah. Jika kau tertarik, kau harus berkunjung ke sana," jawab pria bertopeng itu.     

"Karena bagaimana kau diizinkan masuk ke reruntuhan ini, kau pasti adalah salah satu anggota dewan, kan?" tanya Angele. Ia mencoba menganalisa gelombang mental pria itu, namun Zero tidak dapat mengetahui tingkat kekuatan pria itu. Ini menunjukkan bahwa pria itu jauh lebih kuat darinya.     

"Kau benar."     

"Apa kau bisa memberiku informasi tentang Tangan Elemental?"     

"Tentu saja."     

Pria bertopeng itu berpikir selama beberapa saat sebelum akhirnya mulai menjelaskan.     

"Dalam struktur organisasi Tangan Elemental, kepala organisasi dan badan dewan memiliki kekuasaan tertinggi. Mereka berwenang untuk mengendalikan kota-kota beserta fasilitas yang ada dalam teritori organisasi. Ibumu, Master Fenrir, adalah tetua ketiga dalam badan dewan. Situasi organisasi saat ini sedang rumit. Ada sengketa antara badan dewan dan kepala organisasi, dan sengketa itu sudah berlangsung selama bertahun-tahun.     

"Jadi, kau kemari hanya untuk…"     

Angele segera berdiri setelah pria itu menolak tawarannya untuk duduk. Kemudian, mereka melanjutkan pembicaraan selama beberapa saat.     

Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Seilin. Ia mengenakan topeng karena wajahnya terluka parah akibat kesalahan dalam eksperimen. Cahaya akan membuat lukanya terasa perih.     

Penyihir wanita yang ikut dengan Vivian bernama Pina. Wanita itu adalah kapten prajurit bawahan Vivian.     

Saat mereka selesai berbincang-bincang, titik-titik cahaya biru bersinar pada punggung tangan Seilin.     

"Maaf."     

"Tidak apa-apa." Angele tersenyum dan melambaikan tangan kanannya.     

Seilin tidak mengubah frekuensi gelombang mentalnya. Ini menunjukkan bahwa ia tidak takut jika Angele mendengar pembicaraannya.     

"Kau memperbolehkanku mendengar ini?" tanya Angele dengan bingung.     

"Tidak apa-apa. Ini bukan masalah pribadi." Seilin menggeleng. "Ini adalah pesan dari anak baru yang berbakat dari teritori-ku."     

Seilin mengangkat tangannya, sehingga Angele mendengar suara berat dari rune komunikasi itu.     

"Master Seilin, Nona Linda dan Omega sudah datang. Apa kau mau menemui mereka?" Suara itu terdengar seperti seorang wanita yang berbicara dengan nada rendah.     

"Omega? Mereka sudah membuat Ray tersinggung. Aku tidak bisa membantu mereka, karena aku tidak kenal dengan Ray. Mereka harus menyelesaikan masalah ini sendiri," jawab Seilin.     

"Kini, situasi telah berubah. Adik Omega sudah disekap oleh Ray. Jika kau tidak membantu, Linda berjanji akan mengunjungimu setiap hari."     

"Anak ini… Mentang-mentang dia adalah pacar anakku, dia selalu mengandalkanku untuk membereskan semua masalahnya." Seilin benar-benar heran. "Baiklah. Kalau begitu, kirim pesan kepada Ray dan tanyakan apa keinginannya. Aku tidak kenal dengannya, jadi aku tidak tahu apa ini akan berhasil. Selain itu…"     

Seilin menggeleng dan memberi beberapa perintah pada anak baru itu dengan bantuan rune komunikasi.     

Angele menunggu tanpa mengatakan apa-apa. Dari pembicaraan itu, dapat disimpulkan bahwa Seilin adalah sosok terkuat di daerah tertentu. Awalnya ia merasa marah, namun ia segera menenangkan diri, bahkan membuat rencana untuk beradaptasi dengan perubahan situasi. Rencana buatan pria itu sangat efektif dan hemat biaya.     

Setelah semuanya selesai, Seilin segera mematikan rune komunikasi itu.     

"Maaf telah membuatmu menunggu."     

"Tidak apa-apa." Angele menggeleng. Ia tahu bahwa Pina dan Seilin bukanlah penyihir biasa. Mereka adalah salah satu bagian dari Tangan Elemental, dan keduanya memiliki otoritas untuk menjalankan sesuatu dalam teritori organisasi.     

Mereka kembali melanjutkan pembicaraan.     

Saat ini, Seilin menyadari bahwa Angele adalah sosok yang paling penting bagi Vivian, sehingga ia harus menghormati Angele walaupun saat ini ia masih lemah. Seilin sangatlah sopan, namun ia tidak kaku. Ia ingin meninggalkan kesan yang baik untuk Angele.     

Bagi Angele, sikap Seilin sama sekali tidak berlebihan, yang menunjukkan bahwa pria itu tidak takut berteman dengan seseorang yang punya wewenang dan kekuatan. Ia ingin melakukan banyak hal sebagai penyihir bagian dari Tangan Elemental, dan ia tidak ingin terus bergantung pada Vivian.     

Namun, status sebagai anak semata wayang tetua ketiga memiliki keuntungan tersendiri. Angele ingin menggunakan kesempatan ini untuk bertemu dengan lebih banyak anggota inti organisasi.     

Vivian Angele dan Seilin. Setelah mengucapkan selamat tinggal, kedua penyihir itu pun pergi.     

Angele menemukan alasan untuk kembali ke kamarnya.     

Ia mengunci pintu dan memastikan bahwa ruangan itu aman.     

Patung kristal pemberian Vivian memberinya kemampuan untuk memblokir gelombang mental Henn, dan membantunya untuk bersembunyi saat ada di kamarnya sendiri. Ia tidak mencoba masuk ke daerah terlarang selama beberapa hari ini, sehingga Vivian memutuskan untuk memberinya privasi.     

Demi alasan keamanan, Angele memutuskan untuk selalu melakukan meditasi di kamarnya sendiri. Saat ini, teknik meditasi Topeng Sayap Hitam yang ia miliki masih berada di tingkat 1, sehingga ia tidak dapat mengembangkan dirinya. Namun, teknik meditasi tingkat tinggi itu masih lebih baik ketimbang teknik meditasi dasar, walaupun perkembangan dari meditasi itu sangatlah lambat.     

Jika Angele mampu mencapai tingkat 2, tingkat kekuatan mental-nya pun akan naik, sehingga ia bisa mencoba naik menjadi penyihir tingkat 2. Inilah salah satu kelebihan teknik meditasi tingkat tinggi.     

Jika terjadi sesuatu saat ia bermeditasi, Angele akan mampu mendeteksi perubahan itu melalui gelombang mental-nya. Namun, ia tetap harus memastikan bahwa tempat meditasinya cukup aman.     

Ia terus bermeditasi tanpa henti hingga malam tiba. Tiba-tiba, Vivian pergi meninggalkan reruntuhan dan mengirim pesan melalui rune komunikasi bahwa ia akan kembali dalam beberapa hari. Selain itu, Vivian menanyakan apakah ia membutuhkan sesuatu dari kota dan memperingatkannya untuk tidak masuk ke tempat-tempat terlarang.     

Inilah saat yang telah ditunggunya sejak lama.     

Ia telah berhasil mempelajari Ledakan Pyros, sihir tingkat 2 pemberian Henn. Namun, ia punya rencana lain saat ini.     

Angele yakin bahwa pintu yang ia temukan beberapa waktu lalu, beserta reruntuhan ini, memiliki hubungan dengan darah kuno-nya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk masuk ke Dunia Mimpi Buruk di tempat ini dan melihat apa yang akan terjadi.     

Ia harus masuk ke Dunia Mimpi Buruk tanpa sepengetahuan Vivian dan Henn. Vivian sedang tidak ada di sana, sehingga Angele mampu bersembunyi dari Henn dengan bantuan patung kristal-nya. Sekarang, ia dapat memilih waktu untuk pergi ke dunia itu sesukanya.     

Namun, jika ia gagal menambahkan energi darah kuno-nya dalam perjalanan itu, ini akan menjadi perjalanan terakhirnya ke Dunia Mimpi Buruk.     

Saat ini, misi utamanya adalah menambah energi darah kuno harpy atau mencari darah kuno yang baru.     

**     

Hari sudah larut malam.     

Angele duduk bersila di tempat tidur dengan kedua mata yang tertutup.     

Ruangan itu sangatlah sunyi; tidak ada suara sama sekali. Hanya ada kedipan-kedipan cahaya merah muda dari kristal penerangan di dinding.     

"Ini adalah kesempatan terakhirku." Angele memeriksa kondisi patung kristal, ramuan-ramuan, dan peralatannya. Selain itu, ia telah menyimpan sihir tingkat 2 yang telah ia pelajari dalam chip-nya, sehingga ia dapat menggunakannya jika diperlukan.     

Sihir tingkat dua akan menghabiskan separuh dari seluruh kekuatan mentalnya. Ia tidak punya waktu untuk mencoba sihir itu, namun ia yakin bahwa kekuatan sihir tingkat dua itu lebih kuat ketimbang Cahaya Duri atau alat sihir lainnya. Ditambah lagi, menurut hasil simulasi, sihir tingkat dua yang ia miliki cukup kuat.     

Ia menarik nafas dalam-dalam dan menenangkan dirinya.     

Gelombang-gelombang hitam terus muncul dari signet ilusi di tangan kirinya.     

Gelombang-gelombang hitam itu memenuhi seluruh ruangan dan menghilang.     

'Aku hanya punya setengah jam… Waktuku sangat sedikit.' Angele membaca laporan dari chip-nya.     

'Ah, terserahlah. Walau aku tidak bisa menemukan darah kuno pengganti, aku tetap bisa mengekstraknya dari para harpy. Namun, masalahnya hanya ada pada evolusi signet…' Angele menggeleng.     

Ia mengangkat tangan kirinya dan menunjuk ke depan.     

Shing!     

Angele menghilang tanpa jejak dari tempat tidurnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.