Dunia Penyihir

Perjalanan Baru (Bagian 2)



Perjalanan Baru (Bagian 2)

0Saat matahari terbit, Henn akhirnya bangun.     

'Medan Bersuhu Tinggi, ya? Pilihan yang bagus,' ujarnya. Ia tampak tak terkejut sedikit pun. Ini rincian pola mantra sihir itu. Karena kau sudah punya dasar yang baik, seharusnya kau bisa mempelajari sihir ini dengan mudah.'     

'Selain itu, aku mau membuat senjata berkekuatan sihir. Apa kau punya saran untukku?' tanya Angele seraya meminta chip-nya untuk merekam pembicaraan mereka.     

'Sebagian senjata sihir sangat lemah. Kau harus menggunakan bahan berkualitas tinggi jika kau menginginkan hasil yang terbaik. Tidak ada penyihir yang bergantung pada senjata sihir, karena senjata-senjata itu membutuhkan banyak waktu untuk mengembalikan kekuatannya. Tapi, jika kau bisa menemukan lingkaran sihir yang memiliki kemampuan untuk membantu pengembalian energi, menurutku senjata sihir adalah pilihan yang baik. Lambatnya pengembalian kekuatan inilah alasan mengapa benda sihir bisa digunakan lebih dari satu kali meskipun memiliki waktu tunggu.' Henn menjelaskan. 'Kemampuan penguatan benda-mu terlalu lemah. Tanpa pengetahuan tentang lingkaran-lingkaran sihir, kau hanya akan membuang-buang bahan langka.'     

'Baiklah, akan kupikirkan nanti. Tidak ada yang bisa menjadi penguat ulung dalam satu hari. Saat ini, prioritasku adalah mengukir rune,' jawab Angele dengan tenang dan ekspresi kosong.     

'Setelah kau selesai mempelajari sihir ini, aku punya sihir tingkat 2 yang cocok untukmu,' lanjut Henn. 'Setelah memindahkan informasi tentang sihir tingkat 2, aku akan istirahat lagi, karena proses ini memakan banyak energi. Kau akan berjalan sendiri selama beberapa saat. Setelah sampai di teritori Tangan Elemental, pelajarilah sihir pemberianku.'     

Setelah selesai berbicara, Henn segera mengirimkan pola sihir Medan Bersuhu Tinggi.     

'Apa ada hal lain yang harus aku waspadai?' tanya Angele.     

'Sekarang masih pagi. Aku mau tidur lagi.' Henn segera memutuskan koneksi dan berhenti menjawab. Proses pemindahan informasi itu benar-benar memakan banyak energi.     

'Henn?' Angele berusaha menghubungi wanita itu, namun tidak ada jawaban.     

Ia memicingkan matanya, melompat turun dari kasur, dan berjalan ke ruang ramuan.     

Di belakang pintu ruangan itu, terdapat koper hitam. Dengan hati-hati, ia membuka kotak itu dan menutupi seluruh ruangan dengan gelombang mental-nya agar gelombang mental Henn tidak dapat melihat apa yang ada dalam koper itu.     

Benda-benda dalam koper itu ditutupi oleh selimut hitam.     

Setelah membuka selimut hitam itu, wajah Angele bersinar dalam berbagai warna.     

Di dalam koper itu, terdapat berbagai macam botol berisi ramuan-ramuan. Cairan dan bubuk-bubuk dalam koper itu bersinar biru, merah, kuning, dan emas.     

Beberapa waktu lalu, Angele mencoba berbagai cara untuk melihat apakah Henn tahu apa yang Angele lakukan saat ia tidur, sehingga ia telah berhasil mengetahui cara kerja deteksi gelombang mental Henn.     

Berbekal pengetahuan ini, Angele menyembunyikan botol-botol ramuan-nya, termasuk botol berisi darah makhluk Dunia Mimpi Buruk. Walaupun ia tidak tahu pasti apakah Henn akan mengenal darah itu, ia tak ingin bertindak gegabah.     

Setelah memeriksa kondisi semua ramuan dalam koper itu, ia mengambil sebuah tabung kaca berisi cairan lengket berwarna hijau pada bagian sudut kanan atas koper itu.     

'Aku harus cepat-cepat menyelesaikan pengukiran rune dan proses penstabilan kekuatan mental. Hari kedatangan Mincola semakin dekat, dan aku masih harus menganalisa darah kuno…' pikir Angele seraya menutup koper-nya. Ia menyembunyikan koper itu di belakang pintu dan menutupnya dengan partikel energi untuk berjaga-jaga.     

Ia pun berdiri dan pergi ke laboratorium.     

**     

Sepuluh hari kemudian…     

Awan tebal memenuhi langit, sehingga membuat suasana menjadi gelap.     

Air hujan yang terus turun dengan derasnya membasahi tanah dan membuat jarak pandang semakin buruk.     

Di tepi jalan, sebuah sungai selebar dua meter terus mengalir.     

Tetesan air hujan menciptakan riak-riak air di sungai itu. Rerumputan tinggi bergoyang karena angin yang bertiup kencang.     

Sungai itu mengalir perlahan dan stabil. Beberapa pejalan kaki dan kusir yang mengenakan jas hujan berjalan di jalan utama.     

Seorang pria bertubuh tinggi, yang mengenakan jas hujan kelabu, berdiri tepat di samping sungai yang mengalir itu. Wajahnya tertutup tudung jas. Ia menatap permukaan air dengan tenang.     

Tiba-tiba, secercah cahaya putih muncul di punggung tangan kanannya.     

Suara berat bergema dalam telinganya.     

'Arah jam 3. Green, sembunyikan kekuatan mentalmu.'     

'Baiklah,' jawab Angele dengan lirih.     

'Ada dua kelompok penyihir yang melakukan misi yang sama dengan kita. Kita harus bergerak cepat,' lanjut suara itu.     

'Iya.' Angele mengangguk dan memutuskan koneksi.     

Setelah 30 kali percobaan dalam jangka waktu 10 hari, akhirnya ia berhasil mengukir rune pertama pada kristal kekuatan mental-nya.     

Setelah berhasil mengukir rune, ia memutuskan untuk menguji kekuatannya.     

Untuk melakukan itu, ia menerima misi membunuh seorang penyihir tidak ternama dari hotel.     

Sasaran mereka adalah penyihir lemah yang memutuskan untuk mengambil alih bisnis keluarga setelah gagal mencapai tingkat selanjutnya. Menurut informasi, penyihir itu telah mempekerjakan beberapa orang pembunuh bayaran yang kuat sebagai pengawal selama perjalanannya ke kota.     

Hujan turun semakin deras, hingga jarak pandang tempat itu semakin buruk. Angele hanya bisa melihat derasnya tetesan air hujan di sana.     

Angele mendongak dan membiarkan air hujan yang dingin membasahi wajahnya.     

Tiba-tiba, terdengar suara-suara tapak kaki kuda dari jalan utama.     

Tuk! Tuk! Tuk!     

Sebuah kereta putih yang ditarik oleh dua ekor kuda hitam melesat cepat membelah derasnya hujan. Tidak ada kusir di depan kereta itu. Titik-titik hijau partikel energi angin mengelilingi roda-rodanya.     

Angele menoleh dan melihat kereta itu berlari seperti bayangan kelabu yang menyusuri jalanan.     

Ia memicingkan matanya dan berjalan mendekati kereta kuda itu.     

Beberapa detik kemudian, Angele sampai di tepi jalan. Ia menatap kereta yang terus bergerak itu.     

Suara kaki kuda bercampur dengan suara hujan terdengar semakin keras.     

Jalan utama itu tidak benar-benar lurus, sehingga kereta kuda terus berguncang.     

Perlahan-lahan, Angele mengambil scimitar perak dari pinggangnya dan menggenggam pedang melengkung itu kuat-kuat. Ekspresi wajahnya tampak kosong dan dingin.     

Duar!     

Cahaya-cahaya perak bersinar dari tangan Angele, hingga membuat kereta itu terlempar beberapa meter dan berguling di atas rumput hingga mencapai sebuah kubangan besar.     

Tidak ada yang bergerak dari dalam kereta yang telah terbalik itu.     

Kedua kuda kereta itu meringkik kesakitan. Darah mereka terus mengucur dari tubuh mereka dan hanyut terkena air hujan.     

Angele berjalan mendekati kereta itu. Ia mengikat scimitar-nya kembali ke pinggangnya dan menciptakan pedang perak di tangan kanannya.     

Ujung pedang perak itu berubah menjadi merah.     

Pedang itu sangat panas, hingga tetesan air hujan pun menguap seketika. Terdengar suara seperti daging yang sedang dipanggang.     

Pedang sepanjang dua meter itu memiliki ujung yang lebih lebar ketimbang seluruh pedang itu, sehingga ujung pedang itu terlihat sangat mencolok, seperti mercusuar di tengah hujan.     

Titik-titik biru bersinar di depan matanya saat ia berjalan mendekati kereta kuda itu.     

Seorang pria botak berbaju hijau terjebak di dalam kereta itu. Darah mengucur dari dagunya.     

Wajah pria itu sangat pucat, karena semua tulang rusuk dadanya telah patah.     

Angele mengayunkan pedangnya tanpa ragu.     

Tak disangka, sekelebat bayangan hitam tiba-tiba muncul dan menangkis pedang itu.     

Angele mundur selangkah karena terdorong kekuatan bayangan hitam itu.     

Cahaya-cahaya biru di depan matanya segera menghilang.     

'75 derajat?' gumamnya setelah melakukan sebuah analisa sederhana. Peningkatan kekuatan sihir pelindung logamnya dan kekuatannya yang tinggi meningkatkan kerusakan serangan senjata-nya.     

Bayangan itu pun terdorong mundur hingga terlempar jauh. Ternyata, bayangan hitam itu adalah seorang pria tua berbaju hitam. Darah mengucur dari mata dan mulutnya. Ia terlihat sangat mengerikan.     

"Sialan, aku sudah berusaha," umpat pria tua itu. Ia terbatuk-batuk.     

"Di mana pengawalmu? Bagaimana kau bisa terluka?" Melihat keadaan pria itu, Angele menyadari bahwa situasi ini cukup rumit. Saat ia menyerang, ia hanya menyerang kuda-kuda kereta agar pelindung energi-nya bisa menghancurkan pelindung si pria tua, namun pria tua itu ternyata sudah terluka parah terlebih dahulu.     

"Kalian membunuh semua pengawalku," jawab pria tua itu dengan sedih. "Anak muda, berapa bayaran mereka? Jika kau membiarkanku pergi, kau akan kubayar dua kali lipat. Bagaimana?"     

Pria tua itu menatap tangannya yang terbakar hingga menghitam beserta sisa-sisa gelang sihir pemberian tetua keluarganya yang hancur setelah menangkis serangan Angele.     

Pelindung energi-nya hancur dengan mudahnya, sehingga ia membutuhkan setidaknya empat tahun untuk pulih dari cedera ini.     

'Tapi…'     

Pria tua itu menggosok tangan kanannya yang telah menghitam.     

Empat tahun bukan masalah jika ia bisa tetap hidup. Ia harus mencari cara untuk meyakinkan penyihir muda di depannya ini.     

Pria tua itu mengangkat kepalanya dan menatap Angele.     

"Bagaimana?"     

Angele mengayunkan pedangnya beberapa kali, sehingga terlihat bahwa pedangnya jauh lebih panjang ketimbang tinggi tubuhnya sendiri.     

"Aku tidak peduli. Sepertinya, ini adalah hari keberuntunganku. Aku harus membunuhmu sebelum penyihir lain datang." Angele sama sekali tidak peduli dengan tawaran pria tua itu.     

"Kau… Tunggu! Jangan! Akan kuberi tiga kali! Tiga kali!" teriak pria itu dengan takutnya.     

Shing!     

Pedang Angele memenggal kepala pria tua itu dengan mudahnya.     

Pedang panas itu membakar tubuh sang pria, hingga asap putih membumbung dari lehernya yang telah putus.     

Puas dengan hasil pekerjaannya, Angele pun berjongkok dan mengambil sebuah kantong hitam sebagai bukti bahwa ia telah berhasil menyelesaikan misi itu.     

Terdengar suara tapak kaki kuda dari jalan utama. Dua orang pria berjubah hitam menunggangi dua kuda berwarna cokelat dan melesat dengan kecepatan kilat.     

Pria di depan memiliki medan pelindung yang kuat dan misterius. Kekuatan itu bahkan bisa melindunginya dari tetesan air hujan.     

Mereka menunggang kuda hitam bermata merah yang bercahaya. Tubuh berotot kedua kuda itu tampak aneh.     

Angele menatap kedua penyihir itu selama beberapa saat. Kini, ia menjadi bingung, Ia menggeleng dan menghilang di balik derasnya hujan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.