Dunia Penyihir

Pernikahan (Bagian 1)



Pernikahan (Bagian 1)

0"Green, bagaimana denganmu?" tanya Hikari penuh rasa ingin tahu. "Kemampuan meramu-mu jauh lebih baik dariku. Jika kau mau, kau bisa bergabung dengan organisasiku."     

Angele menggeleng. "Tidak, aku sudah mendapat pin Tangan Elemental. Aku akan pergi ke teritori mereka dalam waktu dekat."     

"Tangan Elemental, ya… Pilihan yang bagus! Organisasi itu adalah salah satu dari tiga organisasi terkuat di daerah Tarry River. Green, kau adalah penyihir yang kuat dan berbakat. Aku yakin bahwa kau akan memiliki masa depan yang cerah." Hikari mengangguk. "Menurutku, kita harus tetap berkomunikasi. Kita berasal dari tempat yang sama dan berhasil melalui rintangan bersama-sama. Jika kalian butuh bantuanku, jangan segan-segan untuk menghubungiku."     

"Benar, kita pergi kemari demi mengejar tujuan kita masing-masing. Sebaiknya, kita saling menghubungi dan membantu satu sama lain." Stigma tersenyum.     

Reyline dan Angele mengangguk, tanpa mengatakan apa-apa.     

"Tunggu…" Hikari terdiam selama beberapa saat. "Apa kalian tahu apa yang terjadi pada Morissa? Mengapa dia tidak pergi kemari?"     

"Aku tahu apa yang terjadi." Reyline angkat bicara. "Beberapa waktu lalu, ia pergi ke daerah terpencil. Entah mengapa, ia terluka parah, sehingga kekuatan mentalnya berkurang banyak… Ia harus menghabiskan banyak waktu untuk berusaha menyembuhkan diri. Kudengar, ia akan menikah dengan seorang penyihir yang tidak ternama. Aku sudah mengundangnya, tapi dia menolak."     

Mendengar berita itu, ketiga penyihir lainnya seketika terkejut.     

"Mungkin ini lebih baik untuknya…" Hikari menatap Angele dan Stigma. "Walaupun dia tidak terluka, dia tidak akan bisa naik ke tingkat selanjutnya. Aku tidak akan bertanya apa yang terjadi pada kalian berdua di Kota Kabut Putih."     

Saat mereka pergi dari kota berhantu itu, Hikari tahu bahwa sesuatu terjadi pada Stigma dan Angele. Wanita itu mampu merasakan kekuatan mental Stigma yang semakin kuat dan sikapnya yang semakin percaya diri.     

Stigma terdiam selama beberapa saat sebelum memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan, "Kapan Morissa akan menikah?"     

Minggu depan," jawab Reyline dengan santai. "Kita masih tetap berteman. Dia mengundang kita, tapi dia tidak mau terlalu banyak membicarakan tunangannya. Morissa telah berbohong tentang situasinya saat ini. Menurutku, kita harus membantunya menjaga rahasia ini."     

"Jadi, kita akan datang?" tanya Hikari.     

Angele dan Stigma mengangguk.     

"Stigma, hubungi kami jika kau butuh bantuan akan situasi keluargamu. Kita tetap temanmu, jadi akan kubantu sebisaku," kata Hikari dengan santai.     

"Iya." Reyline mengangguk.     

"Iya, hubungi kami." Angele menatap Stigma.     

"Terima kasih. Jika aku butuh bantuan, kau akan kuhubungi." Stigma menggeleng. "Saat ini, penyihir terkuat di keluargaku adalah kepala keluarga, ayahku, dan para tetua. Mereka semua adalah penyihir tingkat 2. Aku akan menunggu sampai aku mencapai tingkat 2 dulu." Sepertinya, seorang penyihir tingkat 2 bukanlah masalah baginya. "Aku harus pergi sekarang. Kalau aku berlama-lama di sini, adikku akan marah. Jangan lupa, gunakan pilar pengirim pesan untuk saling menghubungi."     

"Baiklah." Angele menjawab dengan santai.     

"Saat waktunya sudah tepat, akan kuajak kalian ke teritori keluargaku." Stigma berdiri sambil tertawa, kemudian ia meninggalkan kafe.     

Menyadari bahwa Stigma berusaha merebut posisi kepala keluarga dengan paksa, ketiga penyihir memutuskan untuk menolong.     

"Aku juga pamit." Hikari segera berdiri. "Anggota organisasi-ku masih…" Sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya, cahaya hijau bersinar di atas kukunya.     

Hikari mengedikkan bahunya. "Yah, mereka kirim pesan lagi." Tanpa membuang waktu, ia mengetuk kukunya yang bercahaya.     

Dengan bantuan partikel energi, ketiga penyihir lain dapat mendengar suara teman Hikari.     

"Master Hikari, Anda ada di mana? Kita harus bersiap-siap untuk melakukan percobaan ramuan. Segera lapor kembali. Jika tidak, Marian akan mengomel lagi…"     

Mendengar pesan itu, Angele dan Reyline pun tertawa.     

"Kalian lihat sendiri, kan? Aku tidak bohong. Kepala divisi sudah memaksaku untuk segera menyelesaikan penelitian. Aku benar-benar sibuk beberapa hari ini." Hikari menggeleng.     

"Kalau begitu, jangan biarkan mereka menunggu lama. Aku masih harus berbicara dengan Reyline." Angele tersenyum.     

"Master Hikari, Anda sedang berbincang-bincang dengan teman? Maafkan aku! Maafkan aku jika aku memotong pembicaraan kalian!" Terdengar pesan lain dari rune komunikasi itu.     

"Tidak apa-apa, aku sudah selesai. Aku akan pergi ke sana sekarang," jawab Hikari.     

Hikari mematikan rune komunikasi itu dan melambaikan tangannya kepada kedua penyihir di kursi."     

"Sampai nanti."     

"Iya, sampai nanti."     

"Kita bicara lagi nanti."     

Hikari berpamitan pada Reyline dan Hikari.     

Mereka melihat wanita itu meninggalkan kafe dan berbelok di ujung jalan.     

Di meja itu, hanya tersisa Reyline dan Angele.     

Rune komunikasi Hikari telah menarik perhatian para pembeli dan pemilik kafe. Terdengar suara-suara anak remaja yang berusaha menebak-nebak siapa keempat sosok itu sebenarnya.     

Pembicaraan tentang mereka membuat tempat itu menjadi riuh.     

Pemilik toko, yaitu seorang pria tua berkepala botak, menyuruh dua orang pelayan cantik untuk mengajak kedua pembeli misterius itu berbincang-bincang     

"Tuan-tuan, ada yang bisa kami bantu?" Pelayan di sebelah kiri berumur sekitar 18 tahun, sementara pelayan di sebelah kanan berumur sekitar 20 tahun. Kedua gadis cantik bersuara indah itu mengenakan rok putih yang sangat pendek."     

"Dua gelas teh hijau." Reyline meletakkan koin perak dengan ukiran pria tua berambut panjang.     

Guratan-guratan pada koin itu memantulkan cahaya matahari yang nyaris terbenam.     

"Baik, mohon ditunggu." Kedua pelayan mengambil dua koin dari para penyihir dan berjalan ke meja kasir dengan bersemangat.     

Pelayan-pelayan lainnya sudah menunggu kedua pelayan itu. Mereka menanyakan berbagai hal, sehingga tempat yang telah ramai itu menjadi semakin ramai.     

"Menarik. Kukira di sini ada banyak penyihir…" Angele mengambil cangkirnya dan meminum sedikit kopi buah yang dipesannya tadi. Kopi itu terasa manis dan asam, dengan sedikit rasa pahit saat ditelan.     

"Kopi ini sedikit terlalu masam bagiku…" Angele meletakkan cangkirnya.     

"Mengapa kau memilih Tangan Elemental? Organisasi itu kurang bagus untukmu. Seharusnya, kau memilih organisasi yang lebih besar." Reyline menatap Angele.     

"Aku mempunyai janji dengan seseorang." Angele mengerutkan bibirnya. "Menurutmu, apa kita semua akan sampai ke tingkat 2?"     

"Setahuku, kesempatan kita cukup tinggi," jawab Reyline.     

"Jika kita bertemu lagi 50 tahun kemudian, apa kita akan masih sama seperti sekarang?" Angele tersenyum kecut.     

"Aku dan Hikari tidak akan pernah berubah, tapi bagaimana dengan kau dan Stigma?" Reyline bersandar di jendela dan menatap keluar. "Seperti apa yang terjadi pada Morissa, kita tidak bisa menebak masa depan. Kita hanya bisa terus belajar dan berharap yang terbaik."     

"Bisakah kau optimis sekali saja?" Angele menggeleng. "Jangan tanya kenapa, tapi aku tahu… tidak, aku yakin bahwa Stigma akan sampai ke tingkat 2."     

"Kau juga akan naik ke tingkat 2." Reyline menatap Angele. "Aku, kau, Hikari, dan Stigma… Kita semua punya rahasia masing-masing. Saat ini, naik ke tingkat 2 adalah satu-satunya pilihan kita. Untuk mencapai tingkat 2, kita membutuhkan teknik meditasi tingkat tinggi. Seorang penyihir tingkat 2 akan dihormati oleh kebanyakan organisasi besar di sekitar sini."     

"Aku mengerti. Bagaimana perkembanganmu?" Angele mengangguk.     

"Aku masih bersiap-siap. Sekarang, aku sedang mencari lingkaran energi spesial yang akan membantuku naik ke tingkat selanjutnya. Jadi, aku memutuskan untuk menerima misi-misi dari organisasi untuk ditukar dengan bahan-bahan yang kubutuhkan," jawab Reyline dengan lirih.     

Angele terdiam. Menurut penjelasan Henn beberapa waktu lalu, Reyline sedang ada dalam jalan yang sama dengan para penyihir pada umumnya, yaitu mencari bahan-bahan langka untuk membantu meningkatkan kekuatannya.     

Jalan itu adalah jalan yang ditempuh kebanyakan penyihir.     

Penyihir dari daerah-daerah lain membutuhkan banyak bahan langka tanpa arah dan tujuan yang jelas, sementara penyihir benua tengah memiliki arah yang jelas. Mungkin, Reyline bisa berhasil.     

"Apa kau tahu teknik meditasi tingkat tinggi mana yang paling bagus untukmu? Paguyuban Penyihir adalah organisasi kuat, namun sepertinya mereka tidak akan memberimu teknik terbaik mereka begitu saja," kata Angele.     

"Iya, aku tahu. Tapi, saat ini, aku harus fokus menyelesaikan tantangan mereka. Akan butuh waktu yang lama untuk melakukan itu semua."     

"Kau pasti akan berhasil. Berpikirlah dua kali sebelum memutuskan hal-hal yang penting." Angele tahu bahwa Reyline sangatlah berbakat. Ia dijuluki Penyihir Sempurna dari Menara Enam Cincin, dan teknik meditasi tingkat tinggi akan membuatnya semakin hebat.     

Setelah selesai berdiskusi, mereka meninggalkan kafe bersama-sama.     

**     

"Di mana kakakku?"     

Di manor berdinding putih, tepat di luar kota. Seorang penyihir berbaju kulit merah yang tampak lelah berjalan masuk ke ruang belajar. Sebuah tanda rumit berbentuk V terlihat di antara kedua alisnya.     

Wanita itu memiliki rambut sepanjang bahu dan membawa tongkat putih berbatu zamrud di tangannya.     

Di samping rak buku ruang belajar, berdiri seorang gadis cantik yang sibuk membaca buku tebal. Tepi sampul buku itu dilapisi emas. Gadis itu mengenakan kaos sutra berwarna putih dan celana jeans biru yang ketat.     

"Stigma tidak ada di rumah. Dia akan belajar setelah kembali." Gadis itu mengedikkan bahunya.     

"Dulu, dia tidak suka belajar dan bermeditasi… Sekarang, dia sudah dewasa!" Gadis itu mengusap dahinya dan menghela nafas. "Jika dia tidak serius, dia tidak akan pernah melampaui batasnya! Aku harus memberinya hukuman saat dia kembali!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.