Dunia Penyihir

Tingkat Kristal (Bagian 1)



Tingkat Kristal (Bagian 1)

0Henn memberikan dua pilihan teknik meditasi tingkat tinggi.     

Saat ini, Henn memiliki versi lengkap dua teknik meditasi.     

Teknik pertama bernama Ilusi Kristal Banner, dan teknik kedua bernama Topeng Sayap Hitam – Angele tidak mengenal satu pun dari kedua teknik itu.     

'Ilusi Kristal Banner akan memperkuat teknik-teknik sihir ilusi-mu, sementara Topeng Sayap Hitam dapat memperkuat sihir energi negatif-mu.' Henn menjelaskan.     

'Kalau begitu, aku akan memilih Topeng Sayap Hitam. Sihir-sihir ilusi bukanlah pilihan yang baik untukku.' Angele berpikir sejenak sebelum akhirnya memutuskan.     

'Aku belum selesai menjelaskan. Teknik meditasi Ilusi Kristal Banner akan semakin kuat seiring dengan perkembanganmu, sedangkan Topeng Sayap Hitam hanya akan membuatmu menjadi semakin kuat jika kau beruntung. Pilihlah dengan bijak.'     

Angele berjalan menyusuri sungai seraya memikirkan pilihan yang diberikan oleh Henn.     

Beberapa menit kemudian...     

'Aku tetap akan memilih Topeng Sayap Hitam. Menurutku, teknik-teknik sihir ilusi sangat terbatas,' jawab Angele dengan ekspresi yang datar.     

'Baiklah. Kalau begitu, akan kupindahkan teknik itu ke dalam pikiranmu. Carilah tempat yang aman dulu.'     

'Baiklah.'     

Angele menyusuri jalanan dan pergi ke rumah Batall, pria yang menyambutnya dan juga bos Hotel Dream.     

Ia menghubungi Mincola melalui rune komunikasi untuk memberitahunya bahwa ia telah menyewa rumah kecil di daerah terpencil. Setelah pindah ke rumah itu, ia segera mempersiapkan proses ritual untuk kenaikan peringkat.     

Sebelum melakukan ritual, ia terus menerima misi-misi pembunuhan dan meningkatkan kekuatan mentalnya melalui ekstraksi energi kehidupan.     

**     

Enam bulan kemudian…     

Sebuah rumah berlantai dua dan berdinding kelabu berdiri di daerah terpencil. Asap tebal berwarna putih dan berbau seperti belerang terus keluar dari jendela lantai dua.     

Tempat itu sangat hening; yang terdengar hanyalah suara dedaunan dari taman.     

Cahaya oranye dari matahari yang nyaris terbenam menerangi rumah itu.     

Kriet…     

Pintu rumah terbuka, dan seorang pria muda berambut cokelat berjalan keluar. Kedua matanya memancarkan cahaya emas, dan wajahnya tampak pucat.     

Pria berjubah putih itu mengunci pintu dan berjalan di atas rerumputan.     

'Green, bagaimana perkembanganmu saat ini?' Suara serak seorang wanita bergema dalam telinganya.     

'Lumayan bagus.' Angele mengangguk. 'Tapi…' Tiba-tiba, ia terdiam.     

Ia melihat sekelilingnya.     

Dua pria berjubah kelabu sudah menunggunya.     

Setelah melihat Angele, salah satu dari kedua sosok itu melambaikan tangan dan tersenyum padanya.     

Mereka berjalan mendekati Angele dan menyapanya. "Bagaimana kabarmu? Green, barang-barang yang kau minta sudah datang," ujar pria berwajah biasa dengan suara berat yang menarik itu.     

"Bagus, kau mengirimkannya tepat waktu." Angele menyalami pria itu. "Mincola, kapan kau akan melapor ke organisasi?"     

"Perjalanan menuju bangunan Tangan Elemental akan membutuhkan waktu sekitar seminggu. Jika kau mau, kita bisa pergi bersama-sama." Mincola tersenyum.     

"Baiklah. Aku akan melihat bahan-bahan yang kau kirim." Angele mengangguk perlahan dan berbalik melihat pria kedua. "Rose, apa kau bertemu Mincola dalam perjalanan ke sini?"     

Rose mengangguk dan menjawab. "Iya, aku bertemu Mincola di pintu masuk hotel."     

"Apa kalian tahu berapa penyihir yang akan bergabung dengan Tangan Elemental?" tanya Angele.     

"Iya, ada empat penyihir. Aku, kau, Rose, dan seorang penyihir wanita dari Tebing Drum. Tanggal dan waktu sudah ditentukan. Aku akan memberitahumu nanti," jawab Mincola. Rose datang ke kota baru-baru ini, dan ia menerima pin Tangan Elemental dari ketua kelompoknya. Saat menjalankan misi, Mincola memperkenalkan Angele pada Rose.     

Dalam perjalanan, Angele berbincang-bincang dengan kedua penyihir itu. Akhirnya, mereka sampai ke toko kecil dengan tanda berwarna emas gelap.     

Di sore hari itu, terlihat banyak orang yang berjalan pulang ke rumah masing-masing. Para petani berjalan pulang, para bangsawan sibuk berbincang-bincang di tepi jalan, sementara para prajurit yang baru selesai bertugas sedang makan di restoran-restoran kecil. Para prajurit itu melepaskan helm mereka dan bersenda gurau dengan lantangnya.     

Suara orang-orang, hembusan angin, dan aliran sungai bercampur menjadi satu.     

Pedagang-pedagang roti lapis menjajakan dagangan mereka. Bau daging panggang dari restoran-restoran kecil pun tercium di udara.     

Ketiga penyihir itu tidak mengenakan pin pada jubah mereka, sehingga tidak ada yang mengetahui identitas mereka yang sebenarnya.     

Dengan penampilan seperti itu, mereka terlihat seperti Ksatria yang sedang menyamar atau bahkan petualang biasa. Terlihat beberapa elf berjalan-jalan dengan menggunakan topeng untuk menutupi wajah mereka.     

Ketiga penyihir menunggu di sisi restoran sambil memandang para pengunjung yang berlalu-lalang.     

"Baiklah, ayo kita masuk." Setelah memastikan lokasi lagi, Mincola segera berjalan masuk.     

Angele dan Rose berjalan mengikuti Mincola.     

Saat masuk, Angele menyempatkan diri untuk membaca tulisan pada penanda berwarna emas di toko itu.     

'Toko Penguatan'     

Toko itu sangat ramai, ada banyak orang sedang sibuk melihat-lihat barang yang ditawarkan.     

"Ini sudah harga terbaik. Kau bisa mengecek harganya di toko-toko lain jika kau tidak percaya. Aku sudah menghabiskan banyak uang untuk merawat dan membeli bahan-bahan pelindung dada ini, sampai-sampai aku hanya mendapat untung kurang dari 1 magic stone…" kata si pemilik toko kepada seorang ksatria kurcaci.     

Setelah masuk, Mincola memberi isyarat dengan menggerakkan tangan kanannya.     

Si pemilik berhenti sesaat, kemudian ia mengangguk kepada Mincola dan melambaikan tangan kanannya.     

Seorang gadis kecil berjalan mendekati ketiga penyihir itu. Mereka membungkuk hormat dan berjalan ke belakang meja kasir.     

Akhirnya, mereka sampai ke halaman di belakang toko.     

Halaman kecil itu dikelilingi dinding. Sebuah tabung putih dari giok berdiri di tengah halaman itu. Tabung putih itu memiliki lebar setara dengan kaki gajah dan tinggi sekitar dua meter.     

"Ini adalah pesanan Anda, Tuan Mincola." Gadis itu berbisik seraya menunjuk tabung giok di tengah halaman.     

"Berapa harganya?" Mincola mengangguk.     

"Tidak perlu membayar. Pemilik mengatakan bahwa uang yang kau bayarkan beberapa waktu lalu sudah lebih dari cukup," jawab gadis itu.     

"Baiklah, sekarang pergilah. Kami harus membahas sesuatu yang penting di sini."     

Gadis itu membungkuk hormat dan segera berjalan kembali ke toko.     

Mincola berjalan mendekati tabung dan membersihkan debu di atasnya dengan selembar kain.     

"Green, ini adalah tabung ritual yang kau minta. Tabung ini sesuai dengan permintaanmu, dan kualitasnya sangat tinggi. Dengan bantuan tabung ini, kesempatanmu untuk naik ke tingkat Kristal akan meningkat drastis."     

Angele pun mengangguk. Ia berjalan mendekati tabung itu dan melihatnya dengan teliti.     

Permukaan tabung giok itu penuh dengan rune-rune dan pola-pola aneh, sehingga Angele hanya bisa membaca sebagian kecil dari ukiran itu.     

Angele mengetuk tabung itu dengan tangan kanannya.     

Tang!     

Terdengar suara yang jernih dan nyaring.     

Puas dengan hasil yang ia terima, ia mengambil sebuah tabung kecil berisi bubuk ungu dan melemparkannya pada Mincola.     

"Terima kasih! Ini adalah bubuk penyembuh untukmu."     

Mincola menangkap tabung itu, memeriksa isinya, dan tersenyum.     

"Green, semua sudah siap, kan? Kau sudah punya bahan-bahan yang kau butuhkan, sehingga kau bisa mencoba mencapai tingkat Kristal." Mincola menatap Green.     

"Iya, tapi aku harus memeriksa bahan-bahan yang kubutuhkan dulu," jawab Angele dengan santai.     

"Apa kau yakin akan berhasil? Kau masih muda, jadi kau masih punya banyak waktu." Rose mengingatkan.     

"Aku tidak tahu, Rose, tapi aku tahu bahwa aku sudah menghabiskan cukup banyak waktu dalam persiapan." Angele menggeleng. "Bisa aku minta tolong panggilkan pekerja untuk membawa benda ini ke rumahku?"     

"Jangan khawatir soal itu. Aku sudah menyiapkan semuanya. Sekarang, barter kita sudah selesai, dan kita bisa memeriksa bahan-bahan Rose." Mincola menoleh ke arah pria itu. "Kau punya waktu, kan?"     

"Iya. Terima kasih sudah membantuku."     

"Jangan begitu, kita teman, kan?" Mincola tertawa. "Ayo kita pergi. Aku sudah menghabiskan banyak waktu untuk mencari bahan-bahan yang kau minta."     

"Maaf, aku harus pulang sekarang…" potong Angele.     

"Tunggu, jangan pergi dulu. Kau tidak ingin melewatkan ini. Kau pasti kaget, sebelumnya, aku hanya pernah melihat bahan ini di buku…"     

"Iya, iya…" jawab Angele. Ia tidak terlalu tertarik.     

**     

Setelah memeriksa bahan Rose, Angele segera berjalan kembali ke rumahnya.     

Saat memasuki padang rumput, terdengar suara teriakan anak-anak dari sisi kanan.     

"Lari! Yang punya rumah sudah kembali!" eriak seorang anak kecil dengan wajah berflek.     

Lima orang anak kecil mengintip melalui lubang pagar. Melihat Angele kembali, mereka segera berlari pergi.     

Mereka adalah anak-anak tanpa bakat sihir dari keluarga manusia biasa. Di negeri tengah, para penyihir akan menguji para anak-anak keluarga manusia untuk memeriksa apakah mereka memiliki bakat. Jika mereka berbakat, mereka akan dikirim ke organisasi penyihir. Sayangnya, kesempatan seorang manusia biasa untuk memiliki kekuatan sihir sangatlah kecil. Dari ribuan anak-anak yang berpartisipasi, hanya ada sekitar 10 orang yang memiliki potensi sihir.     

Anak-anak tanpa bakat sihir akan dikirim ke sekolah biasa dan diajari para guru seperti anak-anak pada umumnya, sehingga mereka memiliki banyak waktu untuk bermain.     

Angele tertawa, menggeleng, dan membuka pintu rumahnya.     

Dua orang pria kekar membawa tabung dari Mincola masuk ke rumah dan meletakkannya di tengah ruang tamu sebelum membungkuk hormat pada Angele dan pergi.     

Angele mengunci pintu, berjalan mendekati tabung, dan menggosok permukaannya perlahan-lahan. Titik-titik cahaya biru bersinar di depan matanya.     

'Apa yang kau sedang lakukan? Aku ingin tahu mengapa gelombang mental-mu terkadang tidak stabil.' Suara Henn bergema dalam telinga Angele.     

Angele tersenyum, namun ia tidak mengatakan apa-apa. Ia tahu bahwa Henn tidak bisa mendeteksi keberadaan chip-nya.     

'Sudahlah, lupakan saja. Apa kau sudah menonaktifkan pelindung logam-mu? Jangan lupa menonaktifkan elemen logam dalam tubuhmu. Jika tidak, kemajuanmu akan terhambat,' kata Henn, tidak terlalu peduli.     

'Semua sudah siap.' Angele mengangguk.     

'Jika kau berhasil mencapai tingkat Kristal, akan lebih mudah bagimu untuk membuat kristal kekuatan mental kedua. Jika kau ingin memberi elemen pada gelombang mental-mu, teknik meditasi Topeng Sayap Hitam akan sangat membantu,' lata Henn dengan bangga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.