Dunia Penyihir

Awal yang Baru (Bagian 1)



Awal yang Baru (Bagian 1)

0'Anggota Menara Penyihir Kegelapan biasanya memiliki dua identitas. Sebagai penyihir yang bergerak dan bersembunyi dalam bayangan, mereka harus mencari identitas samaran untuk menghindari ancaman,' lanjut Henn. 'Setahuku, Menara Penyihir Kegelapan tidak punya aturan yang terlalu ketat, jadi anggota mereka bisa bebas melakukan apa saja. Organisasi itu merekrut pembunuh bayaran sebagai pengumpul informasi. Ada banyak penyihir yang bergabung dengan mereka karena mereka memberi banyak bahan-bahan langka. Yah, pada intinya, mereka adalah organisasi yang bergerak di balik bayang-bayang cahaya.'     

'Menarik…' pikir Angele. Ia tidak menyangka jika Henn akan memberikan informasi padanya. 'Kukira mereka akan melatihku sebagai peramu…'     

'Kau berbakat, jadi mereka mau kau menerima tawaran mereka dulu,' jawab Henn dengan santai. 'Anggota Menara Penyihir Kegelapan tersebar di seluruh benua tengah. Tapi, kau tidak perlu khawatir. Aku tidak akan memintamu melakukan sesuatu yang berhubungan dengan mereka. Aku akan memberitahumu di saat yang tepat.'     

Angele mendengarkan penjelasan Henn seraya berbincang-bincang dengan pria berjenggot di depannya mengenai kota ini dan organisasi barunya.     

"Tempat ini adalah pusat salah satu cabang. Sebenarnya, karena kau adalah anggota elit dari perbatasan barat, seseorang dari pusat telah dikirim untuk menyambutmu. Tapi, kami salah menghitung tanggal, sehingga wakil pusat harus pergi…" bisik pria tersebut.     

"Jadi, aku harus menunggu di sini sampai wakil selanjutnya datang?" tanya Angele.     

"Iya, kau harus bergabung dengan tim wakil selanjutnya. Kau bisa menggunakan waktu ini untuk bersantai, berjalan-jalan, dan membeli cinderamata. Tempat ini sangat unik." Pria berjenggot itu tersenyum.     

"Aku tidak terlalu peduli dengan hal-hal seperti itu." Angele menggeleng. "Berapa lama waktu yang mereka butuhkan untuk pergi kemari?"     

Pria berjenggot itu sibuk menulis sesuatu di atas papan kristal hitam. Setiap ia selesai menulis sebuah kata, tulisan pada papan itu langsung menghilang.     

"Kira-kira 14 sampai 15 hari."     

"Apakah ada tempat yang menerima penukaran kartu kristal di sini?"     

"Aku bisa menukarkannya untukmu," jawab pria itu. "Jika kau mau menukarkannya padaku, akan kuberi potongan harga."     

"Baiklah, aku akan menukar beberapa kartu kristal dengan mata uang di tempat ini." Angele mengambil beberapa lembar kartu kristal dari kantongnya.     

***     

Hari mulai malam.     

Orang-orang di lapangan bertarung bersorak-sorai menyemangati para petarung. Terlihat masih banyak orang yang berjalan masuk ke dalam lapangan melalui sebuah pintu besar.     

Mereka semua mengenakan pakaian dari kulit, sementara wanita-wanita bangsawan membawa kipas kertas di tangan mereka. Mereka membicarakan tentang pertarungan yang sedang berlangsung dengan bahasa Metia yang beraksen kental.     

Kereta-kereta kuda terparkir di sisi kanan, di tanah kosong yang terhampar di dekat pintu masuk.     

Anak-anak kecil bermain di dekat sungai sambil tertawa-tawa dan saling berkejaran.     

Angele membuka pintu dan meninggalkan rumah itu. Setelah sampai di luar, ia langsung melihat jam-nya.     

"Sudah jam 8? Aku harus mencari penginapan sekarang…"     

Ia melihat ke jalan, menganalisa para pejalan kaki dengan bantuan Zero, dan memicingkan matanya.     

'Mereka adalah manusia biasa? Bagaimana bisa mereka tidak terkena radiasi?'     

'Menara-menara pembersih membersihkan tempat ini, sehingga tidak ada manusia yang terkena infeksi radiasi,' jawab Henn. 'Tempat ini kaya, tidak seperti perbatasan barat yang miskin.'     

Angele mengangguk perlahan. Ia tidak marah mendengar cara berbicara Henn. Ia berjalan ke kanan, tepat di ujung jalan.     

Setelah menyeberangi tanah lapang yang ramai, ia sampai ke jalan yang sepi.     

Beberapa pria tua sibuk berbincang-bincang. Sepertinya, mereka baru saja selesai makan malam.     

Setelah berjalan sekitar sepuluh menit, ia menemukan sebuah kedai, dengan papan nama perunggu berukiran tulisan 'Wanderer'.     

Banyak pelanggan berlalu-lalang masuk dan keluar. Dari lubang pintu, Angele melihat cahaya merah muda dan mendengar suara tawa gadis-gadis muda.     

Ia mengernyitkan alisnya dan berjalan masuk ke kedai itu.     

Ting!     

Seorang pria kekar bertelanjang dada membuka pintu, dan Angele menahan pintu itu agar tidak tertutup. Kemudian, ia masuk ke dalam kedai itu.     

Di tepi atas pintu, terdapat lonceng yang terus berbunyi.     

Orang-orang sedang berteriak-teriak dan tertawa-tawa di dalam kedai itu.     

Cahaya merah muda yang remang itu membuat tempat tersebut terasa sempit dan gelap. Beberapa wanita berpakaian seksi sedang duduk di pangkuan para lelaki, sementara para pelayan mengantarkan para pelanggan yang menginginkan tempat tertutup ke dalam kamar-kamar yang tersedia.     

Bau parfum murah memenuhi tempat itu.     

Angele berdiri di samping agar tidak menghalangi jalan orang-orang yang ingin minum-minum di sana.     

"Aku mau pesan satu kamar." Ia berjalan ke meja kasir dan berkata.     

Pelayan di balik meja kasir itu terlihat sangat terkejut.     

"Baiklah." Ia menatap Angele dan menurunkan tangan kanannya. Sepertina, ia berusaha memeriksa identitas Angele. Tidak lama kemudian, ia tampak terkejut.     

"Wendy! Wendy sayang! Kemarilah dan bantu pelanggan ini!" teriak pelayan itu.     

Dalam beberapa detik, seorang wanita berbaju ungu muncul dari lorong dan menatap Angele dengan ekspresi datar.     

"Ikutlah aku."     

Angele mengangguk dan mengikuti wanita itu.     

Mereka berjalan melewati kafe yang ramai, lorong, menaiki tangga dua kali dan berjalan melalui kamar-kamar dan lorong yang dijaga oleh prajurit. Akhirnya, ia sampai di ruangan besar yang kosong.     

Di ruangan itu, terdapat sekitar sepuluh orang.     

Beberapa dari mereka duduk bersama-sama, namun yang lainnya memilih untuk duduk sendiri. Pakaian mereka bervariasi, bahkan ada juga yang bertelanjang dada.     

Gaya berpakaian mereka berbeda dengan para penduduk di jalanan, bahkan gaya mereka sangat mirip dengan orang-orang dari perbatasan barat.     

Empat lampu minyak yang redup berjajar di tengah ruangan dan menerangi tempat itu. Api-api oranye yang sangat kecil itu nyaris tidak mampu melawan dinginnya ruangan.     

"Kata Tuan Batall, kau bisa tinggal di sini selama yang kau mau, asalkan kau tetap membayar harganya. Jika kau mau, kau bisa pergi ke meja di seberang sana dan menerima misi." Wendy menjelaskan, membungkuk hormat pada Angele, dan berjalan pergi.     

Angele mengangguk dan berjalan ke meja yang ditunjukkan Wendy.     

"Aku mau masuk ke ruanganku."     

"Anda Master Green, kan? Bos sudah menyiapkan kamar nomor 101 untuk Anda. Terimalah pin ini." Seorang pelayan berwajah tampan memberikan pin hitam dengan motif ukiran seperti kepala burung pada Angele.     

"Pin ini berfungsi untuk menunjukkan jalan ke kamar Anda. Kami, dari Hotel Dream, akan memastikan bahwa Anda tinggal di sini dengan nyaman."     

**     

Angele tinggal di Hotel Dream selama beberapa hari. Ia menghabiskan waktunya dengan berjalan-jalan untuk mengenal jalan-jalan di kota. Setelah menghafal jalannya, ia mencoba mencari dan memburu makhluk-makhluk sihir berbahaya di sekitar kota itu.     

Sayangnya, daerah di sekitar kota cukup aman, karena kota itu telah dijaga oleh keluarga penyihir dan organisasi-organisasi lainnya. Jika ia ingin berburu makhluk sihir, ia harus meninggalkan zona aman sekitar kota.     

Perjalanan keluar dari zona aman akan memakan waktu yang lama, sehingga ia memutuskan untuk menerima misi dari hotel.     

Hotel Dream adalah hotel yang didirikan oleh Menara Penyihir Kegelapan. Selain hotel, tempat itu adalah tempat bagi para anggota untuk menerima misi. Tempat itu adalah pusat dunia bawah tanah di kota itu.     

Sebagian besar misi yang ditawarkan berhubungan dengan membunuh.     

"Kau yakin mau menerima misi tingkat bintang satu?" tanya si pelayan dengan santai.     

"Iya." Angele mengangguk.     

"Baiklah kalau begitu. Berdasarkan permintaanmu, akan kucarikan sasaran yang cocok…" Pelayan itu mengambil setumpuk kertas kulit yang tebal.     

Tidak lama kemudian, ia menarik secarik kertas dan memberikannya pada Angele.     

"Sasaran ini sepertinya cocok untukmu."     

Angele mengambil kertas itu dan segera membacanya.     

"Baiklah, akan kuambil misi ini." Angele mengibaskan kertas itu.     

Tulisan pada kertas itu sangatlah pendek dan sederhana: 'Bunuh Penyihir Neil dalam dua hari. Imbalan: 120 koin hitam.'     

Koin hitam adalah mata uang persatuan di benua tengah. Satu koin hitam dapat ditukar dengan satu kartu kristal atau 700 koin magic stone biasa. Koin magic stone dan koin hitam dapat digunakan di kebanyakan toko, sementara toko lainnya menerima tipe-tipe koin lain yang tidak terlalu berharga.     

Selain misi, kertas itu juga memuat informasi tentang bagaimana Neil baru saja melampaui batasnya dan menjadi penyihir sejati. Tempat tinggal, kebiasaan, anggota keluarga… semua informasi pribadi sasaran tertulis di sana. Sepertinya, Neil sedang membicarakan harga benda-benda langka dengan seorang penyihir dari Molten River.     

'Hei, kau tidak perlu melakukan misi-misi kriminal seperti ini, kan?' Suara Henn bergema dalam telinganya.     

'Iya." Angele menggeleng. Ia sudah punya cukup kartu kristal dan koin hitam untuk membeli berbagai macam bahan, namun ia memutuskan untuk menerima misi itu agar ia dapat mengekstrak esensi kehidupan sasarannya dan meningkatkan kekuatan mentalnya dengan cepat.     

'Mungkin aku tidak memerlukan hadiah misi ini, tapi aku punya alasan sendiri.'     

Kriet…     

Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka, Wendy dan dua orang sosok berjubah hitam berjalan masuk.     

Angele menoleh dan memicingkan matanya.     

Inilah kali keempat ia melihat Wendy membawa orang-orang masuk ke ruangan ini. Sebagian besar dari mereka adalah anggota baru dari berbagai daerah. Hanya penyihir berbakat yang bisa direkrut menjadi anggota resmi Menara Penyihir Kegelapan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.