Dunia Penyihir

Negeri di Tengah Benua (Bagian 2)



Negeri di Tengah Benua (Bagian 2)

0"Kita bisa berbincang-bincang dalam perjalanan." Stigma menatap sebuah kereta putih melewati mereka. "Setelah kau selesai mempelajari bahasa Metia, kita bisa melanjutkan diskusi dan mencari kereta. Ah, satu hal lagi, penyihir dari negeri tengah tidak diwajibkan untuk mengenakan jubah putih atau hitam, semua orang bisa mengenakan semua pakaian yang mereka inginkan karena aturan berpakaian disini sangatlah sederhana. Bahkan, manusia biasa pun diperbolehkan mengenakan jubah panjang."     

Mendengar penjelasan itu, Hikari menatap Stigma dengan bingung. "Kalau begitu, bagaimana cara menunjukkan bahwa kau adalah seorang penyihir?"     

"Pin, bros, atau aksesori spesial tertentu. Semua penyihir anggota kelompok penyihir, organisasi, dan anggota Dewan Agung Anfaria akan mendapatkan pin atau aksesori tertentu tergantung posisi mereka. Dewan Agung Anfaria adalah pemerintah yang sah di sini. Semua anggota dewan berasal dari keluarga-keluarga penyihir yang kuat, dan mereka akan berusaha keras jika ada sesuatu yang bisa menguntungkan mereka." Lanjut Stigma. "Negeri ini dibagi menjadi tiga, Tarry Rive, dimana keluargaku tinggal, Molten Rive, dan Aliansi Anfaria. Saat ini, kita sudah dekat dengan Tarry Rive. Jika kalian mau, kita bisa berkunjung ke menara penjagaan keluargaku, dan setelah kunjungan kalian akan kuajak jalan-jalan dan mengenal tempat ini."     

"Aku tidak ikut." Reyline menggeleng. "Kita saling menghubungi menggunakan rune komunikasi saja. Jika terjadi sesuatu, kita bisa menggunakan pilar pengirim pesan. Disini ada pilar pengirim pesan juga, kan?"     

"Tentu saja, teknik membangun pilar pengirim pesan ditemukan di tempat ini." Stigma mengangguk.     

"Aku juga tidak ikut, aku sudah ingin mengunjungi beberapa tempat. Mengunjungi negeri tengah adalah impianku sejak lama... Aku ingin jalan-jalan dulu." Perkataan Hikari tidak jelas, menunjukkan ia sedang menyembunyikan sesuatu.     

"Aku juga tidak ikut, maaf." Morissa menggeleng, membuat Stigma sedikit terkejut.     

Stigma menatap Angele.     

"Yah, aku juga punya rencana sendiri." Angele mengedikkan bahunya. "Maaf, jika ada waktu, aku akan berkunjung ke rumahmu."     

"Tidak apa-apa. Datang saja kapanpun." Stigma tersenyum kecut.     

Angele merasakan bahwa gelombang kekuatan mental yang dilepaskan oleh Stigma telah melemah, menunjukkan bahwa ia telah mempelajari teknik khusus untuk menyembunyikan kekuatannya yang asli. Gelombang mental yang lemah itu akan membuat orang-orang yang tidak mengenal Stigma mengira bahwa ia hanyalah seorang calon penyihir.     

"Kau mau kembali ke keluargamu dalam keadaan seperti itu?" Tanya Angele dengan menggunakan partikel energi.     

"Tentu saja, aku harus bersembunyi sebelum aku menjadi cukup kuat." Jawab Stigma.     

Reyline sedang berpikir sendiri, sementara Hikari dan Morissa sibuk berbincang-bincang dengan partikel energi.     

"Ini saran dari dia, kau tahu maksudku, kan?" Stigma mengangguk perlahan.     

Walaupun kelima penyihir berada dalam satu kelompok, mereka memiliki hubungan yang berbeda. Hikari sering berbicara dengan Morissa, Stigma sering berbicara dengan Angele, sementara Reyline jarang ikut berbicara namun ia adalah penyihir yang sangat kuat. Morissa sering berbicara dengan Reyline, namun Reyline tidak tertarik pada wanita itu, ia hanya menghormati Angele setelah kejadian di Kota Kabut Putih beberapa waktu lalu.     

"Jika kau butuh bantuan, katakan saja." Kata Angele.     

"Jangan khawatir, aku sudah berbeda sekarang." Stigma tertawa. "Dengan kekuatan ini, aku akan mampu melindungi ibuku, saudaraku, dan..." Suaranya terdengar sangat bahagia.     

Suasana menjadi hening.     

Stigma mengambil sebuah kristal seukuran kepalan tangan dan memindahkan pengetahuan tentang bahasa Metia ke dalam kristal itu.     

Keempat penyihir segera mendapatkan informasi. Tanpa membuang waktu, mereka mempelajari cara pelafalan bahasa tersebut.     

Penyihir mampu belajar cepat, sehingga mempelajari bahasa persatuan adalah hal yang mudah.     

Dalam beberapa jam, mereka telah mempelajari kata-kata dan pembicaraan dasar.     

Stigma menghentikan salah satu kereta dan memberi beberapa koin hitam kepada si kusir sehingga kusir itu setuju mengantarkan mereka ke kota.     

Angele duduk di kereta dan menanyakan waktu saat ini kepada si kusir.     

Ia harus mengatur ulang waktu dalam chip-nya saat memasuki daerah dengan zona waktu berbeda. Biasanya, ia membawa jam kristal-nya, namun dalam perjalanan ini, ia tidak bisa membawa benda-benda yang tidak perlu.     

Hari terus berjalan, hingga akhirnya waktu menunjukkan pukul tiga sore. Jalan semakin ramai, semakin banyak pula pejalan kaki yang berjalan di jalan tersebut.     

Banyak pesawat terbang di atas mereka. Sepertinya, bandara tempat ini sangatlah ramai.     

Kereta terus berjalan, melewati landasan mendarat kapal, dimana jalan menjadi semakin lebar. Beberapa kelompok pedagang sedang sibuk meninggalkan bandara dengan kereta-kereta besar mereka.     

Kereta penuh dan kosong berlalu lalang masuk keluar landasan.     

Jalan yang mereka lewati semakin ramai.     

Dalam beberapa hari, mereka sampai ke tepian benua tengah, dimana landasan pacu sekitar sungai Tarry berada.     

Matahari mulai terbenam, menerangi tempat itu dengan cahaya oranye.     

Bangunan putih dan kelabu tersusun rapi di kota itu. Di tengah kota, terdapat sungai jernih yang mengalir, seakan membelah kota menjadi dua bagian.     

Dari kejauhan, tempat itu terlihat seperti kertas abu-abu yang dibagi menjadi dua dengan benang biru terang.     

Menara tinggi dari logam hitam, bersama dengan lapangan besar, dibangun pada dua sisi berbeda di tepi sungai.     

Lapangan besar bernuansa putih itu sangat kontras dengan menara logam hitam di dekatnya, sehingga kedua bangunan itu terlihat sangat jelas.     

Rumah putih dan kelabu, mansion, hotel, serta berbagai macam toko dibangun di tepi-tepi jalan. Disana sangat banyak bangunan, sehingga jarak antar bangunan sangatlah kecil.     

Di bawah cahaya matahari yang tidak begitu terang, terlihat beberapa pejalan kaki berjalan di jalan yang berada di samping barisan rumah.     

Para pria di sekirar sini mengenakan terusan merah dari kulit, sementara para wanita memiliki hiasan aneh berbentuk mata pada dahi mereka.     

Angele, mengenakan jubah putih panjang, berdiri di depan pintu kuning, tepat di depan tanah lapang berubin putih. Ia melihat sekelilingnya, tatapannya tertuju pada seorang pria kekar berbalut terusan kulit merah.     

Ia menggeleng dan mengetuk pintu. Kulitnya bersinar perak.     

Tok! Tok!     

Tidak ada jawaban.     

Ia mengernyitkan alisnya dan mengetuk pintu lagi.     

Masih tidak ada jawaban.     

Ia mengambil sebuah pin kecil dari kantongnya.     

Pin itu berbentuk persegi, warnanya emas dengan dekorasi-dekorasi merah yang mewah.     

Pada bagian depan pin, terdapat guratan-guratan merah yang rumit, dan ada lubang kecil di tengahnya.     

Pria itu melemparkan pin-nya ke udara, namjn tidak ada yang terjadi. Ia memutuskan untuk mengetuk pin itu beberapa kali.     

Akhirnya, simbol berbentuk tengkorak hitam kecil muncul pada lubang di tengah pin itu.     

Krak!     

Terdengar suara-suara retakan sebelum akhirnga pintu terbuka.     

Seorang pria berambut merah dengan janggut panjang mengintip dari pintu, menatap Angele.     

"Kau siapa...?" Ia memicingkan matanya, menatap pin di tangan Angele seakan ia berusaha mengingat sesuatu.     

"Ya ampun! Kamu Green, kan? Masuklah, masuklah!" Pria itu segera membuka pintu.     

Setelah berpisah dengan kelompoknya, ia segera pergi ke arah yang ditunjukkan oleh pin kiriman anggota Menara Penyihir Kegelapan. Pin itu membantunya menemukan tempat yang tepat dengan mudah.     

Ia mengikuti pria itu masuk dan menutup pintu, menuju ruang tamu yang gelap dan berantakan.     

Sofa ruang tamu penuh dengan pakaian kotor, sementara botol-botol wine kosong berjajar di lantai, menghasilkan bau yang masam.     

"Maaf, aku tidak sempat bersih-bersih." Pria itu mengusap hidungnya. "Kukira kau sudah..."     

"Kau kira aku sudah mati, kan?" Tanya Angele dengan tenang. "Apa tantangan-tantangan ini buatan para tetua organisasi?"     

"Iya, kau benar... Tapi, kami tidak menyangka tetua roh badai akan semarah itu. Seharusnya, tantangan yang kita siapkan tidak terlalu sulit..." Pria itu tersenyum kecut dan menggeleng.     

"Iya, roh-roh badai itu benar-benar merepotkan, tapi tetap saja, perjalanan itu terlalu berbahaya. Aku bergabung sebagai seorang peramu, dan aku dites beberapa kali, apa yang akan terjadi jika aku bergabung sebagai petarung? Tantangan seperti apa yang akan kuhadapi?" tanya Angele dengan nada kecewa. "Apa kau tahu bahwa perjalanan ini adalah jebakan untuk Reyline?"     

"Tidak perlu khawatir. Untuk urusan Reyline, aku sudah mengurus para penyihir yang mencoba menyerang pria itu. Kau sudah sampai, jadi anggota kami akan segera menghubungimu. Pin itu bukan pin biasa, pin itu adalah benda sihir yang mampu melindungimu dari serangan mematikan dengan mengirimmu ke dimensi lain selama 30 hari. Percayalah pada kami," pria itu menjelaskan.     

"Begitu, ya?" Angele memicingkan matanya.     

"Benar, terjadi sebuah kesalahan dalam perjalanan-mu. Aku tidak tahu mengapa roh-roh badai itu sangat marah, dan aku tidak bisa mencari tahu karena aku bukan anggota resmi. Tunggulah disini, akan kuberitahu mereka bahwa kau sampai kemari dalam keadaan hidup. Akan ada yang menjemputmu setelah laporan sampai."     

"Baiklah kalau begitu." Angele mengangguk.     

'Hah! Kau adalah peramu kuat? Mengapa kau tidak bilang dari awal?' Terdengar suara parau seorang wanita di telinga Angele.     

'Kau selama ini tidak tahu?' Tanpa mengubah ekspresi, Angele mengubah frekuensi gelombang mentalnya dan menjawab.     

'Aku tidak tahu. Hah, kau adalah peramu dan kau adalah anggota Menara Penyihir Kegelapan. Sepertinya, mencari teknik meditasi tingkat tinggi akan sangat mudah bagimu.'     

'Kau benar,' Angele tersenyum.     

'Tapi, kau yakin mereka akan memberimu teknik meditasi tingkat tinggi yang bagus?' tanya Henn.     

'Tidak juga. Mereka hanya mau ramuan kualitas tinggiku, sehingga mereka kemungkinan besar hanya akan memberiku teknik rendahan.' jawab Angele. 'Kau akan memberiku yang terbaik, kan?'     

'Aku tidak pernah menjanjikan itu padamu.' Henn tertawa. 'Menara Penyihir Kegelapan adalah organisasi yang kuat, tapi aku tidak tahu banyak tentang mereka. Bersiaplah… ah, tidak, lupakan. Aku tidak takut pada mereka. Asal tahu saja, teknik meditasi mereka sangat spesial. Benar... Benar... Spesial, hah.'     

'Kita ini ada di posisi yang sama. Kau menolongku, aku akan menolongmu. Kupikir kita sudah setuju.'     

'Iya sih, tapi kau harus melakukan sesuatu untukku sebagai bayaran teknik meditasi tingkat tinggi pemberianku.' kata Henn. 'Kita bicarakan ini nanti.'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.