Dunia Penyihir

Kedatangan (2)



Kedatangan (2)

0Partikel-partikel energi masuk ke dalam liontin dan menciptakan tabung transparan, yang menghubungkan tiang kapal dan tepi kapal.     

"Reenslanvarea!" Hikari mengucapkan mantra. Gerakan tangannya tampak aneh. Partikel-partikel energi berwarna hijau berkumpul di depan dadanya dan membentuk bola cahaya raksasa berwarna hijau.     

Ia mendorong bola cahaya itu ke tiang kapal.     

*SHING*     

Bola itu mengeluarkan tabung cahaya hijau, yang kemudian terhubung dengan liontin yang Angele pegang.     

*SHING SHING*     

Bola itu memancarkan dua tabung lainnya, yang juga terhubung dengan liontin Angele. Satu tabung berwarna hitam, sedangkan yang lain berwarna biru.     

Reyline dan Stigma berdiri di samping pintu kabin. Mereka tengah mengamati situasi itu.     

Reyline mengumpulkan energi listrik berwarna biru di sekitar tangannya, sementara Stigma melepaskan cahaya yang terbentuk dari beberapa partikel energi berwarna hitam.     

Semua tabung cahaya itu terhubung dengan liontin Angele, sehingga tampak seperti tiga rantai yang bercahaya.     

Partikel-partikel energi merah dan hijau di sekitar liontin itu mulai berputar, bergerak ke tengah liontin, dan membentuk pusaran kecil.     

Liontin itu mengubah semua partikel energi menjadi tabung cahaya berwarna putih dan memindahkan energinya ke matriks di ketiga kapal.     

Di antara awan-awan gelap berwarna kelabu.     

Ketiga kapal Angele dan kelompoknya perlahan bergerak maju. Saat partikel energi Angin mulai meningkatkan kecepatannya, lapisan tipis berwarna putih melindungi ketiganya.     

Roh-roh badai itu akhirnya menampilkan wujud asli mereka. Mereka mengejar ketiga kapal itu dengan menunggangi awan badai. Mereka juga membawa berbagai macam senjata.     

Night Sparrow hasil modifikasi Angele terbang melalui awan-awan tebal itu menuju para roh badai di belakang kapal.     

*WUUSH*     

Roh badai pria bertubuh kekar mengenakan anting berwarna hitam di telinga kirinya dan membawa tombak panjang berwarna biru. Ia terbang di samping Night Sparrow dengan kecepatan penuh.     

"Ha!" teriak roh itu. Gelombang suaranya tampak di sekitar mulutnya.     

Night Sparrow terkena serangan gelombang suara itu dan hampir terjatuh.     

Ada begitu banyak roh badai yang terbang melewati Night Sparrow, hingga meninggalkan begitu banyak lengkungan biru di langit. Mereka terus mengejar ketiga kapal itu, yang bergerak semakin cepat.     

"WOO~WOO!" Roh badai dengan luka di dahinya mengeluarkan teriakan yang sangat memekakkan telinga.     

Night Sparrow terbang di sekitar awan-awan itu dan melirik ke arah kapal.     

Awan yang dipijak para roh badai itu meninggalkan energi petir di udara, yang ikut menggerakkan ketiga kapal para penyihir.     

Night Sparrow Angele mengepakkan sayapnya, kemudian ia berbalik dan terbang kembali menuju kapal.     

"HA!"     

Roh di samping burung itu terbang lebih rendah dan memukulnya dengan trisula.     

Pria botak itu menyeringai dan mengangkat trisula-nya tinggi-tinggi. Night Sparrow pun mati tertusuk senjata itu. Darahnya mengalir ke pegangan trisula itu.     

"WOO!" teriak roh itu. "Untuk Azus!" Suaranya terdengar seperti auman singa.     

"Untuk Azus! Untuk Azus! Untuk Azus!" Semua roh badai di sekitarnya berteriak marah.     

Mayat Night sparrow terbakar menjadi abu oleh energi petir dan menghilang di udara.     

Tiba-tiba, Angele membuka matanya. Roh badai berkepala botak yang tampak sangat mengerikan masih lekat di ingatannya.     

Kapal-kapal para penyihir akhirnya berhasil melewati awan tebal itu dan meninggalkan area badai. Setelah itu, mereka memasuki langit biru yang bersih di atas dataran hijau.     

Ada begitu banyak roh badai yang berhenti di tepi awan itu dan melihat kapal-kapal itu pergi.     

Roh berkepala botak yang membawa trisula itu berdiri di barisan paling depan. Sepasang matanya yang tajam memancarkan kegilaan, dan hidungnya terlihat seperti paruh burung rajawali.     

Ia menatap ketiga kapal itu sambil mengangkat tangan kanannya.     

Tiba-tiba, kapal-kapal itu tampak di depan matanya. Perlahan, ia menggerakkan tangannya ke arah ilusi kapal tersebut.     

Tangan raksasa berwarna biru keluar dari awan badai itu dan bergerak menuju kapal-kapal para penyihir.      

Di dekat tangan raksasa tersebut, kapal-kapal itu tampak seperti tiga semut hitam.     

Tangan itu tiba-tiba memukul area di bawahnya.     

*BAM*     

Kapal itu berhasil menghancurkan dua kapal hingga menjadi berkeping-keping. Kapal yang terbang di posisi paling depan berhasil menghindari serangan itu, namun tepi kapalnya rusak. Saat kapal itu berhasil kabur, kepingan-kepingan kayu hitam beterbangan di udara.     

Di kapal terakhir.     

Perlahan, Angele menurunkan liontin-nya. Permukaan benda itu penuh dengan retakan kecil.     

Ia berbalik dan memeriksa situasi.     

Angele masih bisa merasakan tatapan dingin roh menyeramkan tadi. Ia teringat saat roh itu dikelilingi begitu banyak roh badai lainnya.     

"Ah..." Angele langsung menutup matanya. Air matanya pun jatuh melalui dagunya.     

"Akhirnya, kita berhasil kabur!" Stigma berjalan ke arah Angele dengan dibantu oleh Reyline. Morissa dan Hikari berjalan mengikuti mereka. Angele melihat ke sekelilingnya. Ia tahu bahwa anggota lainnya juga tidak mengetahui apa yang baru saja terjadi.     

Roh badai berkepala botak tadi sangat hebat. Bahkan para penyihir tingkat 1 di kapal itu tak mengerti bagaimana roh itu bisa kembali menyerang kapal mereka. Jika serangan itu tepat sasaran, Angele yakin bahwa mereka semua pasti sudah mati.      

"Stigma, mengapa kau tak memberitahukan ini kepada kami? Roh-roh itu sangat banyak. Bagaimana kau bisa selamat dan sampai ke pesisir barat?" Hikari menghela nafas dalam dan melihat Stigma.     

"Aku tak tahu..." Stigma menggeleng. "Aku tak bertemu dengan roh-roh seperti itu... Area ini dikendalikan oleh Dewa Al'akir. Ia adalah raksasa badai yang tak pernah menyerang kapal terbang. Roh-roh yang kita temui di dek tadi sangat kasar." Stigma mengingat kejadian mengerikan tadi sambil menggigit bibirnya.     

"Angele, apa matamu baik-baik saja? Night Sparrow-mu membuat mereka marah." Hikari menoleh ke Angele.     

"Aku tak apa," kata Angele sambil membuka mata dan mengangguk. Ia menunjukkan liontinnya. "Liontin ini sudah rusak."     

Liontin di atas telapak tangan Angele itu berubah menjadi asap putih dan menghilang di udara.     

"Kalau begitu, kita harus mendarat." Stigma menggeleng. "Untungnya, kita berhasil selamat ari Mata Badai itu. Tapi, kita masih harus melewati satu tempat berbahaya lagi, hingga kita sampai di tempat tinggal para penyihir..."     

"Tempat apa itu?" tanya Angele sambil melihat Stigma.     

Jurang Neraka. Jangan khawatir, ayahku mempunyai pos penjagaan di sana. Namun, berhati-hatilah, karena tempat itu penuh dengan bajing*an dari ras-ras lain. Perampok, pembunuh, dan pencuri ada di mana-mana. Bersiaplah untuk bertarung, dan jangan sampai lengah. Adikku pernah berkata, 'Jangan percaya pada siapa pun di jurang itu.'"     

"Bukankah tadi kau bilang bahwa tempat itu tak berpenghuni?" tanya Reyline dengan santai.     

"Yah, memang tak ada manusia di sana, karena tempat itu kacau dan sangat berbahaya. Aku juga tak pernah ke sana." Stigma mengangguk.     

"Kita baru saja berhasil selamat dari banyak tantangan, jadi jangan takut pada apa pun." Hikari tertawa.     

"Sebenarnya, Jurang Nereka bagus untuk kita. Apa kalian ingat perkataan Reyline?" Mungkin akan ada pembunuh yang menunggu kita di tempat tujuan awal kita." Angele berbisik.     

"Kau benar. Ayo kita pergi ke sana dan menyamar. Mungkin ini adalah kesempatan terbaik kita." Stigma tersenyum kecut.     

"Bersiaplah untuk mendarat," perintah Angele.     

Di bawah hamparan langit biru yang luas, ada sebuah kapal berwarna kelabu yang mendarat di dataran hijau.     

Di sana, ada banyak pohon yang sudah mati dan beberapa makhluk berwarna kelabu yang terlihat seperti marmut tanah melompat-lompat di sekitarnya. Mereka melihat kapal berwarna hitam itu dengan penuh rasa ingin tahu.     

Rerumputan hijau menyelimuti lumpur berwarna kuning di dataran itu.     

Pohon raksasa berwarna hijau yang tampak seperti payung berdiri di tengah dataran itu.     

Kapal hitam itu mendarat perlahan di depan pohon raksasa.     

"BAM*     

Saat kapal itu mendarat, lumpur dan debu kuning beterbangan ke mana-mana.     

Di siang hari ini, cahaya matahari sangat terik. Setelah beberapa menit, debu itu kembali jatuh ke tanah, sehingga langit menjadi bersih lagi.     

Ada banyak titik berwarna kuning yang muncul di cakrawala. Makhluk-makhluk yang tampak aneh itu memeriksa situasi karena mendengar suara itu.     

Di bawah pohon raksasa, kelompok titik berwarna putih naik ke cabang-cabang pohon itu.     

Mereka terbang melalui celah di antara dedaunan dan menghadap sinar matahari yang sangat menyilaukan.     

Makhluk itu adalah origami berbentuk manusia, dengan sayap di belakang punggungnya. Ada kuncir yang terbuat dari kertas di kepalanya.     

Origami perempuan tak mengenakan riasan apa pun. Jubah panjang putihnya juga terbuat dari kertas. Mereka tampak sederhana namun elegan.     

Sebagian besar dari mereka bersembunyi di bawah dedaunan sambil melihat kapal yang mendarat itu.     

Mereka terbang tanpa bersuara. Mereka hanya menatap kapal itu di bawah bayangan pohon. Pemandangan itu tampak aneh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.