Dunia Penyihir

Undangan (Bagian 1)



Undangan (Bagian 1)

0Eye Devil mendarat perlahan. Keempat sayap hitamnya berangsur-angsur menghilang. Pasir pada jam di matanya pun telah menghilang, dan cahaya matahari yang akan terbenam kembali menyinari hutan.     

Cahaya merah dari dada Angele menghilang, namun ketiga kristal hitam masih berputar di sekelilingnya, sehingga ia memicingkan matanya kepada Eye Devil.     

Seketika, ketiga kristal hancur berkeping-keping dan jatuh ke tanah.     

Tubuh Angele terasa ringan. Semua efek negatif serangan wanita itu berangsur-angsur hilang.     

"Kekuatan yang misterius. Kau bisa menembus semua pertahananku. Aku tidak pernah melihat kekuatan seperti itu sebelumnya," puji Angele.     

Ia yakin bahwa Eye Devil tidak menggunakan seluruh kekuatannya. Dengan bantuan informasi Zero, ia membandingkan kekuatan mereka. Ia menemukan bahwa kekuatannya sedikit lebih lemah – itulah alasan mengapa ia berbicara pada wanita itu dengan sopan.     

Walau ia memiliki signet darah kuno, bukan berarti bahwa ia pasti akan menang.     

Entah mengapa, ia merasa seperti akan mati setelah melukai Eye Devil. Walau dengan bantuan Henn, ia sadar bahwa ia akan kalah jika pertarungan itu terus berlanjut.     

Kekuatan Eye Devil sangatlah mengerikan.     

Namun, Eye Devil juga berpikir demikian – mereka tidak mengenal kekuatan satu sama lain.     

"Ini bukanlah pertama kalinya aku mendengar pujian itu." Eye Devil tersenyum lembut. Ia memastikan bahwa pria bernama Phoenix ini memiliki latar belakang yang kuat. Kekuatan Phoenix sangat mirip dengannya, dan saat mereka bertarung, ia mampu merasakan tekanan dahsyat dari berbagai sudut.     

Setelah berpikir selama beberapa saat, ekspresinya menjadi santai. Wanita itu melemparkan tombak hitamnya ke udara.     

Shing!     

Tombak itu berubah kembali menjadi asap dan masuk ke dalam tubuhnya.     

"Jika kau mau, aku ingin mengundangmu ke pesta perjamuanku. Para bangsawan-bangsawan kuat akan ada di sana, dan aku bisa memperkenalkan mereka padamu." Eye Devil tersenyum.     

"Pesta?" tanya Angele dengan ragu. "Di Kota Pohon Singa?"     

"Tentu saja, aku sudah mengundang para bangsawan di sekitar. Kau ingin bahan-bahan eksperimen spesial, kan? Aku yakin bahwa kau akan menemukan sesuatu yang menarik di sana.     

Angele tidak yakin apakah menerima undangan ini adalah ide yang baik.     

Ia berdiri di sana dan terdiam sesaat, namun akhirnya ia memutuskan untuk menerima undangan itu.     

"Baiklah, aku sudah hidup terlalu lama di hutan. Aku harus mempelajari lebih banyak tentang keadaan saat ini. Terima kasih atas undangannya, aku akan hadir. Kapan pesta ini dimulai?"     

Eye Devil mengangkat tangan kanannya dan menunjuk peta itu dengan jari telunjuknya.     

Shing!     

Sebuah cahaya hitam bersinar pada peta itu, dan menghilang dalam waktu beberapa detik.     

Angele kembali membuka petanya dan menemukan sebuah tanda panah hitam di atas peta itu.     

"Apa ini?"     

Eye Devil menurunkan tangannya. "Ini hanya trik sederhana. Arah panah itu akan berubah-ubah sampai kau menemukan tempat pestanya."     

Titik-titik cahaya biru bersinar di depan matanya. Angele segera memeriksa peta itu, dan mengangguk perlahan.     

"Trik yang menarik. Baiklah, kalau begitu aku akan bersiap-siap untuk pestanya. Kapan akan dimulai?"     

"Besok lusa."     

Angele melipat gulungan itu dan memasukkannya ke dalam kantongnya.     

"Kita akan segera bertemu."     

Eye Devil tersenyum. "Aku akan menunggumu."     

Angele mengangguk dan mengambil bola-bola mata berlapis cairan perak. Kemudian ia berbalik dan kembali ke rumahnya.     

Ia terus memeriksa keadaan sekelilingnya dengan bantuan chip dan gelombang mental-nya. Tangan kanannya berada memegang sebuah ramuan penambah energi di dalam kantong. Ia siap untuk bertarung lagi.     

Tatapan dingin Eye Devil membuat bulu kuduknya berdiri. Ia tidak tahu apakah wanita itu hanya berbohong untuk membuatnya lengah.     

Akhirnya, setelah memastikan Eye Devil tidak lagi melihatnya, ia berbalik dan melihat ke arah hutan.     

Sosok wanita itu sudah menghilang di balik pepohonan dan semak belukar.     

"Nah, sekarang…" Angele menghela nafas. Ia berbalik dan berjalan ke rumahnya.     

Setengah jam, akhirnya ia sampai di rumahnya.     

Sulur-sulur hitam mengelilingi rumah itu. Saat Angele mendekat, semua sulur itu bergerak menepi untuk membuka jalan.     

Setelah melewati sulur, ia menghilang masuk ke dalam pelindung berbentuk lonceng di sekeliling rumahnya.     

Eye Devil muncul di dekat pohon hutan kecil itu saat Angele masuk.     

"Jadi, dia tidak berbohong…" gumamnya seraya menyentuh dahinya. Sebuah lubang darah muncul di dahinya, memperlihatkan pembuluh-pembuluh darah merah dan tengkorak putihnya.     

Dalam beberapa detik, seekor gurita kecil berwarna cokelat memanjat keluar dari lubang itu. Gurita tersebut segera melompat ke tangan Eye Devil dan mengayun-ayunkan tentakelnya.     

Eye Devil tersenyum seraya menatap gurita itu.     

Ia melemparkan gurita itu sehingga hewan tersebut berguling beberapa kali dan menghilang ke dalam lumpur.     

'Kekuatan orang ini mampu menyerang darah-ku, jadi mungkin dia sudah punya wujud asli… Tapi, dia tidak menggunakan wujud aslinya untuk melawanku waktu itu. Seharusnya aku bisa menang…' Eye Devil menatap semua pelindung-pelindung itu dengan terkejut. "Pertahanan yang mengagumkan. Tanpa bantuan wujud asli, seseorang tidak akan bisa membangun benteng sekuat ini dan menjaga sistemnya tetap berfungsi. Untung saja, aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika…'     

Eye Devil merasa beruntung. Ia tidak ingin terluka, apalagi saat ia memiliki sebuah rencana besar. Ia yakin bahwa sosok bernama Phoenix itu memiliki kekuatan yang nyaris sama dengannya.     

'Tunggu, jika dia punya sifat yang sama dengan Carl… Mungkin aku bisa meyakinkannya untuk bekerja sama denganku…'     

Eye Devil menghela nafas. Ia menatap rumah Angele untuk terakhir kalinya dan menghilang ke dalam hutan.     

**     

Di dalam rumah…     

Angele melihat bayangan hitam itu menghilang masuk ke hutan dari jendela lantai dua.     

Tiba-tiba, wajahnya menjadi pucat. Ia menutup mulutnya.     

Nyaris saja ia memuntahkan darah, namun ia memaksakan diri untuk menelan darah tersebut.     

Setelah Eye Devil pergi jauh, ia menarik nafas.     

'Sepertinya dia salah paham. Aku yakin bahwa Eye Devil tidak serius dalam pertarungan itu, dan ia belum mengeluarkan kekuatan aslinya. Tapi, kekuatan itu cukup untuk memaksaku menggunakan rencana akhirku…' Tekanan dari kekuatan Eye Devil sangatlah kuat, nyaris sama kuat dengan Vivian.     

Ia kembali menarik nafas, menenangkan diri, dan memeriksa keadaan tubuhnya.     

Untuk menyembuhkan diri, ia terpaksa meminum banyak ramuan-ramuan berkualitas tinggi, bersama dengan pil-pil lainnya. Namun, meminum obat sebanyak itu memiliki efek samping tersendiri.     

Titik-titik cahaya biru bersinar di depan matanya selama beberapa menit, sebelum ia mengambil sebuah tabung biru kecil dari kantongnya. Ia membuka tabung itu dan meminum salah satu pil hitam.     

Wajahnya yang pucat kembali normal. Sepertinya, pil itu membantunya untuk sembuh.     

'Pertarungan tadi menghabiskan semua logam spesial untuk Pelindung Logam-ku. Aku harus membuat lebih banyak lagi.' Angele mengernyitkan alisnya. Walaupun kekuatan sihir-sihir logamnya meningkat drastis, kecepatan pengurangan lelehan logam itu adalah masalah besar baginya. Biasanya, ia membawa cukup logam untuk pertarungan singkat, namun pertarungan tadi sudah terlalu sengit.     

Kebanyakan logam spesial itu telah menyublim dalam pertarungan melawan makhluk-makhluk bermata satu itu, sehingga Angele tidak dapat mengumpulkan logam-logam itu kembali. Hari ini, ia benar-benar rugi.     

'Semua ini gara-gara bola-bola mata sialan itu…' Angele menghela nafas.     

Ia berbalik dan menatap podium putih di tengah ruangan. Bongkahan-bongkahan bola mata bertumpuk rapi secara di atas podium. Bentuknya terlihat seperti buah aneh dan mengerikan.     

Ia menjentikkan jarinya dan memunculkan bola api kuning di sekitar tubuhnya.     

Cahaya kuning muda menyinari podium itu, sehingga memberikan penerangan yang cukup untuk eksperimen Angele.     

Tanpa membuang waktu, ia mengambil salah satu bola mata. Kedua pupil bola mata itu sangat mirip dengan mata manusia biasa.     

'Teksturnya…' Angele mengernyitkan alisnya. 'Aku ingin tahu informasi apa yang bisa kudapat. Ketahanan, aktivitas sel, pH… Aku harus mulai dari awal.'     

Membawa bola mata itu, ia berjalan ke wastafel di sisi depan ruangan. Di atas wastafel, terdapat sebuah rak khusus tabung reaksi, penuh dengan tabung-tabung berisi cairan berbagai warna. Semua cairan itu bergerak-gerak seperti makhluk hidup. Ada yang mendidih, ada yang bergerak, ada juga yang berubah-ubah bentuk setiap detiknya.     

Setengah jam kemudian, Angele mengambil bola mata itu dan memeriksanya dengan bantuan Zero.     

'Ini semua adalah informasi dasar yang kubutuhkan.'Sambil membawa bola mata tersebut, ia berjalan kembali ke podium, tepatnya ke sebuah lingkaran sihir yang telah tersedia di permukaannya.     

Lingkaran sihir itu cukup besar untuk menampung semua bola. Di tengah lingkaran, terdapat sebuah rune berbentuk bulan, dengan pola seperti kumbang di tengahnya.     

Dengan hati-hati, Angele meletakkan bola mata di tangannya pada lingkaran itu.     

Wush!     

Lingkaran sihir itu bercahaya merah, seakan rune dan benang-benang penyambung lingkaran tersebut dialiri darah segar.     

Tumpukan bola mata itu meleleh dengan cepatnya, hingga Angele dapat melihat perubahan-perubahan pada bola mata tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.