Dunia Penyihir

Perjamuan Eye Devil (Bagian 6)



Perjamuan Eye Devil (Bagian 6)

0Setelah meninggalkan portal, mereka kembali ke bangunan pertama, di mana mereka masuk.     

Sebuah lingkaran sihir berwarna merah melepaskan cahaya merah yang berkedip-kedip. Di tengah lingkaran tersebut, terdapat sebuah lempengan batu, dengan pedang crossguard perak panjang tertancap di tengahnya.     

Bone meregangkan tubuhnya, sehingga zirah tulang-nya bergelemetuk.     

"Baiklah, kukira ada sesuatu yang bisa kulakukan untukmu, tapi mahkota yang dilelangkan itu benar-benar mengecewakan." Bone menjentikkan jarinya. Muncul titik putih yang berubah menjadi tengkorak berwarna putih.     

Angele memeriksa berat tengkorak itu.     

"Apa ini?"     

"Kau bisa menghubungiku dengan benda itu. Sejujurnya, sudah bertahun-tahun aku tidak bertemu dengan orang yang kusukai. Jika kau butuh bantuan, katakan saja!" Bone mengetuk zirahnya dengan kepalan tangan kanannya. "Aku akan kembali ke Lautan Tulang dulu. Jangan percaya pada Eye Devil. Wanita itu sulit diprediksi. Ia bisa marah padamu kapan saja. Hati-hati."     

"Baiklah." Angele mengangguk. Ia masih punya pertanyaan, namun api hijau telah membakar tubuh Bone sebelum ia bisa mengatakan apa pun.     

Api hijau itu berkedip, dan penglihatan Angele menjadi buram. Saat penglihatannya kembali, Bone sudah menghilang.     

Sebuah lorong lebar dan halus muncul di atas bangunan itu. Angele melihat langit malam dari lubang itu.     

Bone tampak seperti bintang hijau yang terbang di langit. Tubuhnya diselimuti api berwarna hijau.     

Lorong di atas langit-langit bangunan itu perlahan-lahan menghilang, seperti luka yang sembuh dengan cepat.     

Namun, pelayan wanita itu tidak terkejut sama sekali. Setelah Bone pergi, ia berkata, "Ikuti saya, Master."     

"Baiklah."     

Angele, bersama dengan pelayan itu, berjalan langsung ke lantai 27. Mereka berhenti di depan ruangan berdinding merah gelap.     

Pintu ruangan itu masih terbuka.     

Seorang gadis berambut pirang duduk di tengah ruangan itu. Gadis itulah yang tadinya disajikan pada piringnya. Sekelompok pria bermata satu, dengan telinga runcing dan tajam, terikat di atas dinding. Wajah mereka terlihat kelelahan.     

Namun, Angele tidak tertarik pada mereka – ia tertarik pada kolam darah di tengah ruangan.     

Darah di kolam itu mendidih dan menghasilkan bau manis dalam ruangan itu.     

Pada keempat sisi kolam, terdapat patung-patung ular hitam raksasa. Patung-patung tersebut memuntahkan darah dari mulut mereka.     

Pelayan wanita itu membungkuk hormat.     

"Ini hadiah dari Master-ku. Darah dalam kolam itu adalah esensi makhluk-makhluk yang telah dikumpulkan oleh keluarga Seribu Mata. Para manusia bermata satu itu adalah pewaris darah Raksasa Bermata Satu. Selain itu, manusia yang kau minta telah dipersiapkan di sini.     

"Bagus." Angele mengangguk dan tersenyum puas. "Kau boleh pergi sekarang."     

"Baik."     

Pelayan itu segera pergi.     

Angele melihat sekelilingnya. Gadis berambut pirang itu, bersama dengan para makhluk bermata satu, menatapnya dengan ketakutan. Ia menggeleng seraya berjalan mendekati kolam darah yang disediakan.     

"Eye Devil, di mana hadiah yang kau janjikan?" Angele berbalik dan berbicara ke arah dinding. Saat masuk, ia menyadari ada yang bersembunyi di dinding. Ia yakin bahwa sosok yang sedang bersembunyi itu adalah Eye Devil.     

Dengan bantuan kedua signet darah-nya, ia mampu membedakan dinding tempat persembunyian dan ketiga dinding lainnya.     

Shing!     

Sebuah mata raksasa berdarah merobek dinding tersebut. Pupil hitam mata itu berkedut beberapa kali sebelum akhirnya berhenti.     

"Hadiahnya juga ada di ruangan ini, namun sebelumnya kau harus tahu bahwa aku tidak bisa memberimu soul crystal. Kau bisa memilih sesuatu yang lain." Suara Eye Devil terdengar dari bola mata itu.     

"Aku tidak terlalu peduli dengan soul crystal. Berikan aku informasi tentang dunia ini. Kali ini, setelah menghancurkan segel, aku merasakan ada yang tidak beres." Angele berbicara dengan tenang, namun detak jantungnya sedikit meningkat. Ia sedang berusaha berpura-pura menjadi orang yang baru saja menghancurkan wujud tersegel setelah tidur panjang.     

"Dunia saling bertabrakan, tapi ini bukan masalah besar. Sudah berapa lama kau tidur… Sudahlah, mari kita langsung saja. Apa yang kau mau?" tanya Eye Devil dengan tenang.     

"Apa yang kau punya?" tanya Angele. Ekspresinya tidak berubah,     

"Aku baru menemukan teknik rahasia seorang penerus, dari seorang makhluk tersegel yang punya kekuatan yang hampir sama denganmu. Akan kuberikan secara gratis. Teknik itu akan sangat membantumu. Walaupun teknik itu sangat bagus, aku mungkin akan butuh bantuanmu suatu hari nanti."     

"Teknik rahasia penerus? Apa kau yakin bahwa teknik itu tidak ada jebakannya?" tanya Angele.     

"Pasti akan ada jebakan di sana, tapi di dunia ini tidak ada yang namanya gratis. Ada banyak makhluk hidup yang memiliki informasi ini dan mencoba menggunakannya, tapi hanya beberapa yang berhasil." Eye Devil tidak terlalu peduli.     

"Kau benar." Angele mengangguk perlahan.     

"Baiklah. Kalau begitu, akan kuberikan teknik itu. Haruskah kuantar teknik itu?"     

"Tidak, tidak apa-apa. Aku akan berjalan kembali dan memeriksa perubahan dunia ini dalam perjalanan." Angele menolak tawaran itu.     

"Baiklah. Sampai jumpa." Eye Devil pergi. Mata di dinding itu pun perlahan-lahan menutup. Sebuah gulungan hitam muncul dari mata itu dan jatuh ke sisi kaki Angele.     

Angele membuka gulungan itu dan meletakkannya ke dalam kantong, kemudian ia menatap kolam darah di depannya. Titik-titik cahaya biru bersinar di depan matanya.     

**     

Satu jam kemudian, Angele berjalan keluar dari bangunan itu.     

Seorang gadis berambut pirang tanpa busana berjalan di belakangnya. Cahaya merah di sekitar gadis itu adalah pelindung agar ia tidak mati terkena temperatur ekstrim di tempat tersebut.     

Mereka berjalan melalui kota, menyeberangi sungai lahar, dan berhenti perlahan setelah mereka jauh dari kota.     

Ia berbalik dan berdiri di atas tebing kecil, tepat di seberang kota hitam tersebut.     

Signet darah berbentuk mata merah itu berkedip-kedip di dadanya. Cahaya signet itu jauh lebih terang ketimbang signet not musik dari wanita kalajengking beberapa waktu lalu.     

Angele memainkan sebongkah batu merah kecil di tangannya.     

Tadi, ia mengekstrak esensi darah dari kolam itu dan mengubahnya menjadi kristal darah berisi energi. Ia tidak menyangka bahwa kolam itu akan memiliki sangat banyak energi, sehingga proses kristalisasi dapat dilakukan.     

Sebagai hadiah datang ke pesta itu, signet darah dari raksasa bermata satu yang ia dapatkan menjadi semakin kuat. Pesta itu memberikannya banyak keuntungan.     

Ia memicingkan matanya pada wanita pirang itu.     

"Siapa namamu?" Angele bertanya dengan partikel energi.     

"Aku… Aku tidak tahu…" Gadis itu terdiam. Lidahnya telah dipasang kembali oleh para pelayan Eye Devil. "Aku tidak ingat apa-apa… Saat di sel kurungan darah, ingatanku diambil, jadi aku tidak tahu apa-apa tentang diriku."     

"Begitukah? Menarik." Angele memutuskan untuk tidak banyak bertanya. Sebenarnya, ia tidak ingin menyelamatkan gadis itu, namun ia juga tidak ingin membunuhnya. Ia hidup dengan aturan sendiri. Gadis itu tidak membuatnya tersinggung atau mengambil haknya. Tidak ada gunanya membunuh manusia tanpa alasan yang jelas, sehingga ia memutuskan untuk menyelamatkan gadis itu.     

Gadis itu tidak bisa bertahan dalam dunia aneh ini, dan Angele tidak ingin mereka tahu bahwa ia adalah manusia biasa. Jika Eye Devil tahu, wanita itu pasti akan mencoba membunuhnya.     

Ditambah lagi, ia tidak ingin membawa gadis asing itu ke rumahnya. Ia tidak tahu apakah gadis itu adalah jebakan atau bukan. Ia tidak ingin membahayakan Freia.     

Setelah berpikir selama beberapa saat, ia mengambil gulungan hitam pemberian Eye Devil.     

Saat dibuka, rune-rune berwarna merah gelap muncul pada permukaan gulungan hitam tersebut.     

Wush!     

Gulungan itu bergetar dan melepaskan cahaya merah, yang kemudian berubah menjadi layar transparan.     

Di atas layar tersebut, terdapat sebuah peta raksasa berwarna merah.     

Peta itu dibagi menjadi tiga wilayah, yang dipisahkan oleh sungai lahar. Kedua wilayah di sisi kiri berwarna merah, dengan titik-titik hitam sebagai penanda lokasi. Di sebelah kanan, titik-titik itu berubah menjadi biru, dan menjadi putih.     

"Phoenix, ini adalah peta interaktif bernama Mata Pencari Kenyataan. Informasi pada peta ini adalah hasil jaringan informasi dari mata orang-orang dari keturunan Seribu Mata. Peta ini sangat penting, jadi jangan membiarkan orang lain melihatnya… Yah, mereka tidak akan bisa membaca peta itu tanpa izinku. Jika kau ingin tahu apa yang terjadi di dunia ini, kau hanya perlu membaca peta." Perlahan-lahan, suara Eye Devil segera menghilang.     

Angele menatap peta itu, kemudian ia mengangkat tangan kirinya dan menyentuh sisi kiri peta.     

Shing!     

Daerah merah pada peta menjadi besar, hingga memenuhi seluruh layar. Di depan matanya, terlihat sungai-sungai, gunung, dan hutan secara langsung.     

Di bawah peta itu, tertulis sebuah kalimat dalam bahasa kuno: "Dua Jam Pasir sampai waktu Dunia Kegelapan bertemu dengan dunia ini."     

Pada bagian belakang kalimat itu, terdapat sepasang jam pasir merah. Pasir dalam jam tersebut sudah mulai bergerak ke bawah.     

"Bertemu? Dunia Kegelapan?" Angele sedikit terkejut.     

Ia menatap gulungan dan membuka bagian kedua.     

Wush!     

Cahaya merah muncul pada layar, dan tampilan layar itu segera berubah.     

Terdengar suara berat seorang pria dari layar tersebut.     

"Menurut informasi dari penerus Seribu Mata, beberapa tahun ini, Dunia Kegelapan semakin mendekati dunia kita. Dunia Kegelapan adalah sarang kematian dan kehancuran, berbeda dengan Dunia Mimpi Buruk. Seharusnya, ini tidak terjadi, namun sepertinya dunia-dunia akan saling bergabung. Ini hanya asumsiku. Kita bukanlah satu-satunya orang di sini."     

Suara seorang wanita ikut masuk dan menimpali perkataan suara pria itu.     

"Maksudmu, dunia akan berubah jika terjadi kontak, kan? Inilah kesempatan kita untuk melakukan penjelajahan, penjajahan, dan mengambil alih wilayah baru! Kita belum mendapat kesempatan pergi dan berkomunikasi dengan dunia lain semenjak para penyihir menghilang. Ini kesempatan emas! Ambil semua yang ada di depan mata kita!"     

"Sabarlah. Kau terlalu agresif. Kita tunggu orang-orang tua bangka itu dari dunia-dunia lain dulu saja. Jika kita mengikuti rencanamu setiap kali terjadi pertemuan dua dunia, kita tidak akan pernah mendapat wilayah baru. Sudahlah, sekarang adalah waktunya untuk menghentikan pengumuman. Ini Collins dan Blue Feather dari Seribu Mata. Jangan lupa, saksikan kami di esok hari…"     

Mendengar hal itu, Angele hanya terdiam. Ia menutup gulungan tersebut.     

Awalnya, ia mengira bahwa pembicaraan itu hanya rekaman pertemuan, namun ternyata kenyataan berkata lain…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.