Dunia Penyihir

Perjamuan Eye Devil (Bagian 3)



Perjamuan Eye Devil (Bagian 3)

0Gadis berumur sekitar 15 tahun ini memiliki kulit yang bersih dan elastis. Ukuran piring perak yang menyajikan tubuhnya sangat pas dengan tinggi badannya.     

Gadis itu menatap Angele; sorot matanya bercampur antara ketakutan dan kesedihan.     

Tulang-tulang di belakang Spider menusuk anak laki-laki pada piringnya. Daging dan organ-organ tubuh anak itu berubah menjadi cairan. Tubuh anak lelaki itu membesar, seperti balon yang penuh air.     

Dengan tulang-tulang itu, Spider menyedot keluar cairan berwarna kemerahan.     

Vapor, yang masih mengenakan baju zirahnya, menopang dagunya dengan tangan kanan. Ia tidak menyentuh gadis di piringnya. Sepertinya, ia sedang sibuk memikirkan sesuatu.     

Cahaya hijau tua di baju zirahnya sudah menghilang dan berubah menjadi berwarna kelabu. Benang hijau pada pedang panjangnya berubah dari transparan menjadi logam. Warna helm dan baju zirahnya juga berubah menjadi kelabu.     

Ia duduk sambil melihat patung batu berwarna perak.     

'Bagus. Sepertinya tidak semua orang di sini makan manusia.' Angele menghela nafas lega. Ia hendak berpaling dari Vapor.     

Cras!     

Tiba-tiba, Vapor mengangkat tangannya dan menarik dada kanan gadis itu. Ia melepaskannya dan memasukkannya ke dalam mulutnya dengan wajah tanpa ekspresi. Darah merembes keluar dari helm-nya dan terciprat di atas meja.     

Tanpa peduli, Vapor menghapus darah pada helm-nya dengan punggung tangannya, kemudian ia kembali berpikir.     

Gadis di atas piring Vapor itu bergerak-gerak kesakitan. Wajahnya seperti orang yang akan mati.     

Angele hanya terdiam dan melihat gadis di piringnya dengan mata memicing. Ia bersandar ke samping dan melihat gadis berkulit merah yang berdiri di sebelahnya.     

"Di mana kau menemukan bahan makanan ini?" Angele menunjuk ke arah gadis di atas mejanya.     

Mata-mata gadis berkulit merah itu berkedip dengan bingung.     

"Manusia ini? Ini adalah makanan langka. Kamu menangkapnya di daerah manusia beberapa waktu lalu, kemudian membiarkan mereka bereproduksi dalam sel-sel kurungan darah. Ini adalah hasil teknik sel darah dari keturunan Seribu Mata. Hanya satu manusia yang bisa dibuat setiap sepuluh tahun. Manusia di piring Anda adalah manusia sumber yang sangat penting."     

Setelah mendengar penjelasan itu, Angele menjadi tertarik.     

"Aku ingin membawanya kembali untuk penelitian. Benarkah ia ditangkap beberapa waktu lalu?"     

"Tentu saja. Apa kau mau membungkusnya? Akan kami siapkan," jawab gadis merah itu dengan sopan.     

"Akan kupotong tangan, kaki, dan kepalanya untuk diletakkan dalam kantong terpisah, sehingga lebih mudah dibawa." Gadis itu menjelaskan.     

"Kalau kau melakukan itu, dia akan mati. Aku butuh manusia ini hidup-hidup untuk eksperimen." Angele terdengar kecewa.     

Gadis itu terkejut. Ia segera membungkuk dan meminta maaf. "Maafkan saya, Tuan! Maafkan saya, saya tidak tahu…"     

"Kau boleh pergi." Angele melambaikan tangannya.     

"Baik, Tuan." Mata-mata pada tubuh gadis itu berkedip beberapa kali, sebelum ia berbalik dan berjalan ke pintu samping.     

Angele menatap gadis itu dan menghentikan pergerakannya dengan kedua tangan.     

Sepertinya, setelah mendengar pembicaraan itu, gadis itu menyadari bahwa ia tidak akan dibunuh. Wajahnya terlihat sedih dan lelah.     

Namun, walaupun ia tidak akan dibunuh, Angele akan melakukan eksperimen dengan tubuhnya. Ia tahu bahwa eksperimen itu pasti akan menyakitkan.     

Angele menggosok pinggang gadis itu. Rasanya bersih dan halus, seperti menyentuh kain sutra yang hangat.     

Saat ia menyentuh dada gadis itu, teksturnya empuk dan lembut. Angele segera melepaskan genggamannya dan memeriksa mata si gadis.     

"Bagus, bola matanya terlihat normal," gumamnya.     

"Buka mulut dan tunjukkan lidahmu," perintahnya dengan santai.     

Air mata menetes dari kedua mata gadis itu. Saat ia membuka mulut, tidak ada apa-apa di dalamnya.     

"Maaf, aku lupa bahwa lidahmu dipotong." Angele menghela nafas dan membuka pengikat logam yang mengikat tangan dan kaki gadis itu, kemudian ia membaliknya.     

Perlahan-lahan, ia menyentuh leher gadis itu, lalu meraba ke arah bawah.     

Setelah sampai di daerah tulang ekor, Angele melepaskan tangannya.     

Ia menghela nafas lega.     

'Tidak ada kutukan, tidak ada sihir pelacak… Tikus percobaan yang sehat,' gumamnya, tidak ingin membawa pulang benda berbahaya.     

Angele mengikat gadis itu dan menurunkan tangannya. Ia kembali duduk di kursinya, sementara gadis itu bergerak-gerak lagi.     

Setelah duduk, ia melihat sekilas keadaan di sekitarnya.     

Ratusan orang sedang duduk di samping dua meja panjang pada kedua sisi ruangan. Mereka semua telanjang, berkulit merah, dan memiliki ratusan mata merah pada tubuh mereka. Sepertinya, mata-mata pada tubuh mereka terus memeriksa keadaan di sekitar.     

Ada yang sibuk minum darah, ada yang sibuk makan daging manusia, dan ada juga yang sedang berbincang-bincang.     

Selain mata pada tubuh mereka, mereka juga memiliki sepasang mata biasa di bawah alis mereka. Selain itu, mereka tidak peduli walau alat kelamin mereka terlihat. Mungkin itu adalah budaya mereka.     

Ada juga sosok bertubuh tinggi bermata satu yang sedang memakan makanan di atas meja.     

Sosok-sosok bermata satu itu memiliki tubuh yang kekar, dengan kaos kulit berwarna kuning untuk menutupi tubuh mereka. Mereka tak mengenakan celana ataupun sepatu. Sepertinya, tulang-tulang besar berwarna putih yang mereka bawa adalah senjata.     

Kebanyakan dari mereka sedang mengunyah tulang besar dengan sedikit daging.     

Saat Angele sibuk melihat-lihat, seorang pria bertubuh tinggi dan kekar berjalan masuk melalui pintu. Sosok itu bernafas terengah-engah karena marah, sehingga helm tulang bertanduk, beserta dengan dua kapak hijau di punggungnya, terlihat lebih menakutkan.     

"Eye Devil bajing*n! Mati saja kau! Suatu hari nanti, kau akan kucincang sampai kecil-kecil dan kujadikan makanan serangga!" Ia mengumpat seraya berjalan ke kursi utama ruangan. Sepertinya, dia sudah siap untuk bertarung.     

Jika dilihat dari keadaan ruangan itu, sepertinya monster-monster lainnya sudah biasa dengan kelakuan Bone, sehingga mereka hanya membungkuk hormat.     

Tanpa memedulikan pemikiran para tamu, Bone berjalan dan duduk di kursi kosong depan Angele.     

"Pelayan! Bawakan aku seekor badak liar!" teriaknya pada para pelayan di tepi ruangan.     

Dalam beberapa menit, dua orang gadis berkulit merah menyajikan seekor badak hitam berukuran lima sampai enam meter.     

Brak!     

Piring besar itu diletakkan di depan Bone. Badak itu masih dalam posisi berdiri agar Angele masih punya tempat untuk makan.     

Sebelum mengambil kepala badak itu, ia menoleh ke arah Angele.     

"Hei, kau Phoenix, kan? Kau tidak suka daging empuk itu, ya?" Bone menunjuk si gadis pirang dan mengerutkan bibirnya.     

Angele terkejut dan hanya terdiam. Ia tidak tahu harus berkata apa.     

Bone menarik kepala badak itu seraya melepaskan sepotong kulit besar dari kepalanya. "Cobalah ini. Rasanya unik." Ia menggapai tubuh bagian tengah badak itu.     

Brak!     

Sepotong besar daging badak berdarah beserta tulangnya dijatuhkan pada piring Angele.     

"Percayalah padaku. Kau akan suka ini!" Bone tertawa, kemudian ia menyedot otak badak tersebut. Ia menarik kepala badak itu dan mulai memakannya.     

Gadis pirang itu tertimpa daging badak, sehingga ia gemetar dan ingin menjauh karena jijik. Namun, tali-tali pengikat pada tubuhnya membuatnya diam.     

Angele memegang daging itu; teksturnya terasa seperti batu. Rasanya seperti memegang roda besar berwarna merah.     

Ia lebih memilih untuk memakan daging badak mentah daripada daging manusia. Walaupun ia lebih suka daging yang dimasak, ia tidak ingin menarik perhatian.     

Angele tidak memakan manusia di depannya dengan menggunakan eksperimen sebagai alasan, namun tidak ada alasan baginya untuk tidak memakan makanan pemberian Bone. Setidaknya, sebagai tamu, ia harus menunjukkan rasa terima kasihnya.     

Ia menganalisa daging itu dengan bantuan Zero dan menarik selapis daging dengan kekuatannya. Bagian mulut topengnya meleleh, sehingga ia dapat melemparkan daging itu ke dalam mulutnya.     

Tanpa membuang waktu, Angele cepat-cepat mengunyah daging itu.     

"Ha?" Tidak disangka, daging itu rasanya manis, dan baunya wangi.     

Tekstur daging itu mirip dengan daging panggang krim di bumi, dan darah badak itu membuat daging menjadi semakin lezat. Rasanya benar-benar enak.     

"Selera daging-mu sangat tinggi." Angele mengangguk pada Bone dengan puas. "Tapi, daging ini sedikit terlalu keras."     

"Ha! Aku tahu kau pasti akan suka!" Bone tertawa senang. "Daging itu tidak terlalu keras, kau saja yang terlalu lemah. Makanlah lebih banyak daging badak, ma kekuatanmu akan bertambah!"     

Angele terdiam. Dengan kekuatan 15 poin, ia memiliki kekuatan yang sama dengan seekor hewan mutan. Ia pasti mampu melawan mamut, makhluk legendaris yang terkenal akan kekuatannya. Ia dapat menghancurkan badak di piring Bone tanpa menggunakan sihir, namun Bone masih menganggapnya terlalu lemah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.