Dunia Penyihir

Perjamuan Eye Devil (Bagian 2)



Perjamuan Eye Devil (Bagian 2)

0Jika dilihat dengan teknik Mata Api, ketiga sosok itu melepaskan cahaya yang sangat terang, hingga terlihat seperti tiga matahari kecil.     

Semakin kuat makhluk-makhluk yang dilihat, semakin terang pula cahaya di sekitar mereka. Inilah prinsip dasar teknik Mata Api. Namun, Angele tidak pernah melihat cahaya seterang itu, bahkan saat mencoba teknik tersebut untuk melihat Vivian.     

Mereka bertiga berhenti berbicara. Mereka hanya berdiri dan menunggu.     

Angele memutuskan untuk berhati-hati, jadi ia hanya diam.     

Ketiga orang yang ada di sana mampu membunuhnya dengan mudah. Satu-satunya kekuatannya adalah kedua signet darah di dadanya. Entah mengapa, gelombang energi dari kedua signet itu menutupi gelombang mental yang ia lepaskan.     

Beberapa waktu lalu, ia mengetahui bahwa penyamaran gelombang itu adalah sejenis mantra pasif kedua signet yang diaktifkan. Gelombang-gelombang yang dilepaskan kedua signet itu terasa kuno namun elegan.     

Ketiga orang itu tidak memahami gelombang aneh tersebut, sehingga mereka memutuskan untuk tak mengatakan apa pun.     

Ia tidak menyangka akan bertemu orang-orang menyeramkan seperti itu. Awalnya, ia mengira bahwa para bangsawan yang akan mendatangi perjamuan berada pada tingkat yang sama dengan Eye Devil, sehingga ia mampu menggunakan signet-nya jika terjadi apa-apa. Namun, ternyata situasi ini lebih rumit dari yang ia pikirkan.     

Ia sadar bahwa makhluk-makhluk di Dunia Mimpi Buruk sangat berbahaya. Apa yang ia lihat telah mengingatkannya akan bahaya itu.     

Mereka berempat berdiri di depan gedung selama dua jam. Mereka hanya diam seperti empat patung realistis.     

Tiba-tiba, sebuah bola mata besar berwarna putih muncul di depan gedung itu. Mata tersebut dipenuhi tentakel dan dihiasi pembuluh darah berwarna kemerahan.     

"Tuan-tuan, ikutlah aku. Tuanku sudah selesai bersiap-siap," kata bola mata itu dengan suara melengking. Ia berbalik dan pergi melalui pintu masuk gedung. Tentakel-tentakel di sekitar tubuhnya bergerak dan menggeliat-geliat di udara.     

Bone masuk terlebih dahulu, diikuti oleh Spider, si pria berzirah hitam, dan Angele.     

Mereka memasuki ruangan gelap itu bersama-sama.     

Terlihat sebuah lingkaran sihir merah dengan pola yang rumit pada permukaan lantai, dengan sebuah lempengan batu berbentuk segitiga yang melayang di tengah lingkaran sihir itu. Sebilah pedang crossguard perak berdiri di atas lempengan itu.     

Lempengan batu itu bergerak naik dan turun.     

Mereka berempat mengikuti bola mata itu mendekati lingkaran sihir tersebut.     

Shing!     

Secercah cahaya merah bersinar terang, dan keadaan di sekelilingnya tiba-tiba berubah.     

Saat cahaya merah itu meredup, mereka tiba di sebuah ruangan luas berdinding merah.     

Ruangan itu dipenuhi oleh kristal-kristal berbentuk mata yang melepaskan cahaya merah terang.     

Melalui jendela, ia mampu melihat sebuah tebing hitam, dengan air terjun lava yang jatuh dari atas tebing tersebut. Suara lahar panas itu sangatlah keras, dan suhu tempat itu lebih dari 1000 derajat Celsius.     

'Ruang bawah tanah, ya…' Angele mendongak, namun ia tidak melihat apa-apa selain bebatuan hitam.     

Plok! Plok!     

"Selamat datang di Gua Eye Devil, semuanya!" teriak sebuah mata berdarah yang muncul di sisi kanan dinding.     

Mata berbentuk seperti mata kucing itu terus bergerak-gerak, seakan berusaha membiasakan diri dengan kelopak mata yang berada di dinding itu.     

Angele langsung mengenal suara itu – suara wanita yang ia temui di hutan beberapa waktu lalu.     

"Langsung saja, jangan membuang-buang waktu!" teriak si zirah hitam seraya bersandar di dinding dan melipat tangannya. Sepertinya, ia sudah tidak sabar.     

Mata di dinding itu bergerak, melihat sosok berzirah hitam itu. "Sabarlah, Vapor. Aku mengundang banyak tamu."     

"Ha? Apa mereka semua memiliki hubungan dengan keturunan Seribu Mata?" tanya Spider. Ia tampak gembira.     

Eye Devil tertawa. "Yah, kali ini, aku bukanlah satu-satunya pemilik darah Seribu Mata."     

"Iya, iya. Kita keluar saja, jadi kita tahu berapa orang yang ada di sini." Bone menggerakkan tubuhnya, sehingga zirah tulangnya bergemeletuk keras. Ia berjalan ke sisi kiri lorong, dan dinding lorong itu terbuka.     

Di belakang dinding itu, terdapat lahar panas, namun Bone masuk tanpa ragu.     

"Tunggu, aku masih belum selesai bicara… Lokasi kali ini adalah Aula Darah." Eye Devil membuka mulutnya, tepat saat Bone pergi.     

Spider menggeleng dan tertawa. "Perlakukanlah Bone dengan lebih baik."     

Angele tidak mengatakan apa-apa, namun ia merasa lega.     

Jika pesta itu diadakan di dalam lahar panas, ia tidak yakin akan mampu bertahan dalam lahar panas bersuhu lebih dari seribu derajat. Ditambah lagi, jika mereka berenang dalam lahar, ia tidak akan bisa melakukan penelitian.     

Untungnya, mereka mengganti tempatnya.     

"Ah, aku hampir lupa." Eye Devil melihat ke arah Angele. "Ini adalah seorang pertapa yang kutemukan di daerah barat daya. Tubuhnya yang tersegel punya kekuatan yang sama denganku. Sepertinya, dia adalah salah satu pertapa yang dulu tidur, namun terbangun karena segelnya hancur. Teman, katakanlah nama panggilanmu, agar semua menjadi lebih mudah."     

Kedua orang lain menatap Angele, menunggu jawaban.     

Angele melihat ada sedikit rasa ketakutan di mata mereka, sehingga ia merasa seperti berdiri di atas tebing. Ada dua orang yang akan mendorongnya ke bawah. Bisakah ia bermain api? Atau justru sebaliknya? Semua tergantung padanya.     

Ia tidak boleh mengeluarkan kekuatan aslinya pada makhluk-makhluk itu. Jika mereka sadar, ia pasti akan dibunuh.     

Angele menenangkan dirinya dan tersenyum.      

"Panggil saja Phoenix. Aku sudah bilang waktu itu."     

"Oh… Iya, aku punya ingatan yang buruk, maaf. Baiklah, Phoenix. Kuharap perjamuan ini akan menjadi pengalaman baru untukmu. Kau bisa keluar melalui pintu itu. Koordinat-nya sudah diganti." Setelah selesai berbicara, mata itu menghilang.     

Seketika, lahar di pintu keluar berubah menjadi pelindung kaca berwarna merah.     

"Mari kita pergi." Vapor menggenggam pedangnya erat-erat dan masuk.     

Spider juga ikut masuk.     

Angele menoleh ke arah dinding dan menatap tempat di mana Eye Devil muncul beberapa saat lalu.      

"Hei, Eye Devil, kuharap aku menemukan sesuatu yang menarik," gumamnya seraya berjalan mendekati pintu.     

"Aku tidak akan mengecewakanmu…" jawab Eye Devil dari belakang.     

Angele segera berjalan masuk.     

Saat teleportasi terjadi, penglihatannya menjadi buram sesaat.     

Seketika, ia memasuki aula merah besar. Ada beberapa orang yang sudah menunggu di sana.     

Semua orang di ruangan itu telanjang. Mata-mata merah yang menutupi seluruh tubuh mereka. Tangan, leher, dan wajah mereka tertutup mata.     

Pada kedua sisi ruangan itu, terdapat dua meja panjang, dengan daging mentah di atasnya. Daging-daging itu terlihat seperti lengan dan kaki manusia.     

Shing!     

Seorang pria bertubuh tinggi, dengan tubuh penuh dengan mata merah, sedang duduk di samping Angele. Ia sibuk memotong manusia yang masih hidup menjadi setengah. Setelah memotongnya, ia memakan kaki wanita itu, hingga kaki itu berlubang.     

Darah menetes dari kaki itu, dan masuk ke dalam salah satu lubang pembuangan di tanah.     

Bau darah, bercampur dengan daging bakar, bercampur memenuhi udara di ruangan itu.     

Angele berdiri di depan pintu dan melihat sekelilingnya, kemudian ia mengikuti Vapor dan Spider. Mereka pergi ke tengah aula bersama-sama.     

Manusia-manusia merah itu membungkuk hormat saat ia berjalan. Tatapan mata mereka memancarkan rasa hormat bercampur takut.     

Sepertinya, mereka membungkuk karena Angele berjalan mengikuti para bangsawan.     

Spider tidak memedulikan orang-orang itu. Ia hanya melihat sekelilingnya dengan kecewa. "Aula Darah, ya? Tempat ini menjijikkan seperti kotoran."     

"Yah, aku suka tempat ini." Vapor tertawa seraya berjalan di depan.     

Mereka bertiga berjalan melalui aula dan berhenti di depan barisan kursi hitam di seberang ruangan.     

Angele melihat sekelilingnya, sebelum duduk di salah satu kursi hitam. Kursi tersebut memiliki sandaran yang tinggi.     

Ada delapan kursi; empat pada masing-masing sisi. Kursi-kursi itu ditujukan untuk tamu-tamu utama pesta.     

Ia duduk di sisi ujung, sementara Spider dan Vapor duduk bersebelahan.     

Aula Darah itu berbau sangat busuk; bau busuk mayat hewan, tubuh manusia, dan darah bercampur menjadi satu. Potongan-potongan daging manusia yang tidak belum matang berceceran di mana-mana.     

Darah berwarna hijau, biru, dan merah bercampur menjadi satu dan berubah menjadi warna merah gelap yang tampak aneh dan mengerikan.     

Angele segera menenangkan dirinya. Walaupun pemandangan itu menjijikkan, sebagai penyihir kegelapan, ia sudah biasa melihat orang bereksperimen menggunakan manusia hidup.     

Walaupun tempat itu membuatnya tidak nyaman, ia memutuskan untuk diam saja. Ia ingin membuat orang-orang di sana mengira bahwa ia adalah orang kuat yang tidak banyak bicara. Jika ia diam, ia akan lebih aman.     

Wush!     

Saat Angele sibuk berpikir, lantai ruangan itu bergetar.     

Sebuah meja panjang muncul di depan kursi tersebut.     

Tiga wanita, dengan tubuh penuh mata dan berkulit merah, berjalan keluar dari sisi ruangan sambil membawa tiga piring perak besar. Dengan hati-hati, mereka meletakkan piring-piring itu di depan para tamu penting.     

Di atas piring itu, terdapat seorang gadis cantik dengan rambut pirang yang bersih. Tangan dan kakinya terikat pada tepi piring. Sepertinya, mereka telah memotong lidah gadis tersebut, sehingga ia hanya bisa bergerak-gerak dan menangis.     

Ketiga gadis merah itu juga menyajikan minuman hijau berbuih.     

"Silakan dinikmati. Hidangan pembuka kami adalah gadis wanita yang cantik dan masih muda. Kami sudah memeriksa keadaan darah dan kesehatannya sebelum mencucinya. Kami bisa menjamin bahwa gadis ini tidak terluka. Ia baru bangun dari sel darah sekitar 2 jam lalu." Salah satu gadis merah menjelaskan dengan suara lembut.     

Angele menatap gadis itu. Wajahnya berkedut-kedut.     

Sepertinya, mereka ingin ia memakan gadis itu hidup-hidup…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.