Dunia Penyihir

Perjamuan Eye Devil (Bagian 1)



Perjamuan Eye Devil (Bagian 1)

0Warna lumpur yang diinjak Angele menjadi semakin gelap, dan suhu tanah menjadi semakin panas. Gumpalan asap berwarna merah jambu membumbung tinggi dari retakan-retakan di permukaan tanah yang telah mengering.     

Tap! Tap! Tap!     

Angele berjalan perlahan tapi pasti. Setiap langkahnya memunculkan asap putih dari kakinya.     

Css!     

Terdengar suara mendesis dari kakinya.     

Suara itu adalah suara sepatu botnya yang telah meleleh. Kakinya terasa semakin panas.     

Saat ia menunduk, ia melihat bahwa ia hanya berjarak beberapa ratus meter dengan sungai lahar panas itu.     

'Aku punya ketahanan api yang tinggi, tapi panasnya masih terasa…' Angele menatap ke depan.     

Asap merah membumbung dari lumpur hitam di depan, sementara retakan-retakan di atas tanah dialiri oleh lahar panas yang membara.     

Bau belerang memenuhi udara di tempat itu.     

Ia berhenti selama beberapa saat, kemudian maju selangkah.     

Psh!     

Percikan api mengenai tepi jubahnya dan menyebar dengan cepat, sampai akhirnya membakar jubah itu hingga hangus.     

Tubuh Angele tertutup api merah, menggantikan jubahnya yang telah hangus.     

Angele mengangkat tangannya.     

Logam cair berwarna hitam keluar dari kulitnya dan menutupi permukaan jubah yang telah hangus itu.     

Dalam beberapa detik, api tersebut akhirnya padam. Angele mengenakan jubah hitam baru dari logam.     

Wajahnya memucat. Ia cepat-cepat menutupi wajahnya dengan tangan kanan.     

Topeng hitam muncul di atas telapak tangannya, dan ia segera menutupi wajahnya dengan topeng itu. Bagian hidung dan mulut topeng itu perlahan-lahan berubah menjadi penyaring udara berwarna hitam.     

Setelah topeng itu selesai, ia mengambil sebuah tabung kaca berisi bubuk berwarna kuning. Ia menyiramkan bubuk itu ke penyaring udara topengnya dan membuang tabung itu ke tanah.     

Ia kembali berjalan mendekati kota gelap itu.     

Sungai lahar panas yang ada di depannya terlihat semakin mendekat.     

Terdengar suara benda terbakar. Warna langit berubah dari hitam menjadi merah terang.     

Di seberang sungai, terlihat titik-titik merah membara sedang bergerak-gerak.     

Titik-titik cahaya dengan makhluk seperti manusia di dalamnya itu diselimuti oleh api beracun. Tubuh telanjang mereka telah memerah terkena panas. Pada bola mata mereka, terdapat api merah. Makhluk-makhluk aneh itu berjalan membungkuk. Kaki dan tangan mereka memiliki kuku-kuku melengkung dan runcing. Entah mengapa, nafas mereka terengah-engah.     

Dengan bantuan jubah dan topeng hitam logam-nya, tubuhnya tidak terkena pengaruh udara sekitar. Ia berdiri di samping sungai lahar itu. Asap putih membumbung dari kulitnya.     

Angele berdiri di dekat sungai lahar itu dan mendongak, namun tidak melihat ada satu pun jembatan.     

'Sial, tempat ini sudah pasti bukan untuk manusia…' Titik-titik biru bersinar di depan matanya.     

'Suhu rata-rata: 782 – 952 derajat Celsius. Udara: Terdapat kandungan gas beracun yang tidak diketahui sebanyak 87,21%. Kesimpulan: Tempat ini bukan untuk manusia biasa,' lapor Zero.     

Angele menarik nafas dalam-dalam dan menikmati udara segar berbau mint dari topeng penyaring udaranya. Sebagai seorang penyihir yang telah menyelesaikan tahap ketiga teknik Lautan Pusat Api, ia memiliki ketahanan api yang lebih tinggi ketimbang makhluk-makhluk di sekitarnya, sehingga suhu tinggi itu bukan masalah.     

Tanpa ragu, ia berjalan mendekati sungai dan menginjak lahar.     

Klang!     

Cairan logam hitam muncul di atas kakinya, dan membentuk alas yang memisahkan kakinya dari sungai lahar panas itu.     

Dengan tenang, ia berjalan di atas jembatan logam yang dibuatnya.     

Makhluk-makhluk itu menatap Angele, tamu yang tak diundang dalam wilayah mereka.     

'Ha…" Asap merah beracun keluar dari mulut makhluk-makhluk itu. Mereka menatap Angele seperti orang kelaparan yang melihat sepotong daging lezat. Mereka telah bersiap menyerang dengan kuku-kuku mereka.     

Dalam 30 detik, Angele telah selesai menyeberang dan sampai ke kota. Lebih dari 20 makhluk api sedang bergerak mendekatinya dari berbagai penjuru.     

Ia melihat semua makhluk-makhluk itu.     

Setiap makhluk itu memiliki tinggi sekitar 1 meter. Mereka semakin mendekat hingga nyaris menghalangi jalan.     

'Apa-apaan ini?'      

Angele berjalan maju. Ekspresi wajahnya tampak datar.     

Shing!     

Lautan rambut merah muncul dari jubah hitamnya dan menusuk kepala makhluk-makhluk itu.     

Shing!     

Setelah serangan itu selesai, semua rambutnya kembali ke dalam jubah.     

Ia hanya berhenti tidak lebih dari satu detik, kemudian berjalan lagi.     

Di sekitarnya, manusia-manusia api itu terjatuh, berubah menjadi tumpukan lahar merah, dan tenggelam masuk ke dalam retakan tanah.     

Melihat kejadian itu, manusia-manusia api lainnya memutuskan untuk mundur. Mereka melihat Angele masuk ke kota dengan perlahan.     

Angele melihat bangunan-bangunan di kota itu menghitam karena terbakar. Jejak-jejak api terlihat di mana-mana. Tak ada satu pun makhluk hidup di sana.     

Angin hangat meniup abu hitam ke udara.     

Berjalan di tempat itu terasa seperti berjalan di atas selimut tebal yang ditutupi oleh abu. Abu yang berceceran di mana-mana itu nyaris menutupi seluruh alas sepatu botnya.     

Tempat itu seperti lapangan bahan bakar, dengan api yang terus berkobar dan terpercik ke mana-mana.     

Jalan kota itu sangatlah gelap. Tidak ada satu pun pergerakan makhluk hidup di sana.     

Setelah memeriksa keadaan sekelilingnya, ia berjalan ke tengah kota, tepatnya ke sebuah bangunan tinggi berwarna hitam.     

Hanya dalam sepuluh menit, ia sampai ke bangunan itu.     

Kota tersebut terlihat seperti reruntuhan yang baru saja terbakar. Api membara di mana-mana, dan mayat-mayat terbakar hingga menghitam.     

Ange melihat dua orang berdiri di depan bangunan itu.     

Orang pertama adalah sosok yang jatuh dari langit, yang mengenakan baju zirah dan helm dari tulang.     

Pelindung tubuh dari tulang itu berwarna putih keabu-abuan, dihiasi oleh kristal-kristal berwarna hijau tua. Sepasang kapak hijau, yang terbuat dari kristal hijau gelap yang cemerlang, tersemat pada punggung pria itu.     

Helm tulang dengan sepasang tanduk menutupi kepala pria itu. Kedua tanduk tersebut memiliki panjang yang berbeda, sehingga memberikan kesan liar pada sang pemakai.     

Di samping pria itu, terdapat seorang wanita yang mengenakan baju zirah berwarna merah gelap, dengan daerah terbuka berbentuk V di dadanya. Dari kejauhan, wanita itu tampak seperti mengenakan pakaian ketat dengan lubang pada bagian dadanya.     

Kedua sosok itu segera menyadari keberadaan Angele, sehingga Angele memutuskan untuk berhenti beberapa meter. Ia melakukan itu agar dapat mempersiapkan diri akan kemungkinan terburuk.     

Wanita itu melihat Angele dan tersenyum. Kristal-kristal hijau muncul di kedua pipinya. Kristal-kristal hijau itu tampak seperti mata yang mengerikan, mata yang terus berkedip-kedip dan mengeluarkan cahaya kehijauan.     

"Akhirnya, ada anak baru." Wanita itu tertawa. "Aku tidak menyangka bahwa Eye Devil akan benar-benar menemukan anak baru."     

Sosok berzirah tulang itu tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya memicingkan matanya pada Angele, kemudian menunduk. Pria itu memiliki tubuh kekar setinggi tinggi dua meter. Tangannya seukuran kaki manusia dewasa. Ia terlihat sangat kuat.     

"Pendatang baru." Ia berkata dengan suara berat.     

Saat sosok itu selesai berbicara, terdengar suara denting zirah logam.     

Tang! Tang!     

Suara itu semakin dekat dan terdengar seperti baju zirah kosong yang berjalan.      

Ketiga orang itu menoleh ke arah jalanan yang gelap.     

Seorang pria berzirah hitam lengkap sedang berjalan mendekati bangunan itu.     

Pada punggung zirahnya, jubah ungu yang sudah terkoyak-koyak menari-nari di atas gelombang panas api.     

Anehnya, gumpalan gas-gas hijau muncul dari celah pada baju zirah pria itu saat ia berjalan.     

Sebilah pedang perak panjang, dengan sepasang mata hijau pada pegangannya, ada di genggaman tangan kanan pria itu. Pedang itu memiliki panjang sekitar dua meter, namun sangat tipis, dengan seutas benang tipis berwarna hijau pada bagian tengah bilahnya.     

"Kalian datang terlalu cepat." Suara dari zirah itu terdengar seperti suara robot yang mencoba berbicara dengan bahasa kuno. Suaranya tidak bisa diidentifikasi, seperti suara dengung membingungkan dari ratusan ekor lebah.     

Pria berzirah itu melihat sekelilingnya. Ia menatap Angele, orang asing berjubah hitam.     

"Ha? Pendatang baru? Siapa yang mengundangnya? Spider, apa kau mengundangnya? Ataukah kau, Bone?"     

"Apa maksudmu?" Sepertinya, pria berzirah tulang itu membenci nama panggilannya. "Kenapa harus kita? Kau bahkan tidak bertanya tentang Eye Devil!"     

"Kita sudah saling kenal selama bertahun-tahun. Aku tahu bahwa Eye Devil akan mencoba membunuh setiap pendatang baru yang ia temui. Jadi, dia mungkin tidak bisa membunuh orang ini," kata si pria berzirah hitam. "Menurut kalian? Apa benar Eye Devil kalah melawan orang ini?"     

"Tidak ada yang tidak mungkin." Wanita bernama Spider itu memainkan kuku panjangnya yang berwarna ungu.     

Lagi-lagi, sosok berzirah hitam itu memicingkan matanya pada Angele, kemudian ia berjalan melewatinya. Ia bersandar pada bangunan itu dan menusuk pedang panjangnya ke dalam tanah.     

Angele bersembunyi di balik jubahnya dengan ekspresi heran.     

Ia telah mencoba menganalisa ketiga sosok itu dengan chip-nya, namun medan gaya yang melindungi mereka memiliki kekuatan lebih dari 1000 derajat, sehingga Zero tidak dapat memastikan tingkat kekuatan mereka.     

Untung saja Angele memiliki tingkat kekuatan yang cukup besar, dan juga perlindungan dari patung kalajengking kristal-nya. Jika tidak, sekarang ia tidak akan bisa berdiri karena kekuatan ketiga sosok itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.