Dunia Penyihir

Eye Devil (2)



Eye Devil (2)

0Retakan-retakan pada kedua bola lahar yang terbang ke arah tengkorak itu dialiri oleh cairan lahar berwarna emas.     

Jarak antara kedua bola lahar itu sangatlah kecil.     

Tengkorak itu memiringkan tubuhnya ke kiri untuk menghindari bola lahar pertama.     

Duar!     

Setelah melewati tengkorak tersebut, bola pertama pun meledak dan berubah menjadi bola cahaya emas yang terus mencipratkan hujan lahar pada tengkorak tersebut.     

"Ah!" Tulang itu berteriak. Suaranya melengking dan terdengar keras. Separuh tubuhnya telah terbakar, sehingga tubuh tengkorak itu tidak lagi berbentuk.     

Bentuk tulang itu menjadi seperti benda yang digigit hewan buas dan diinjak-injak.     

Pyar!     

Tengkorak itu hancur berkeping-keping dan jatuh ke tanah.     

Bola lahar kedua melesat cepat pada sosok misterius tersebut.     

Tanpa memeriksa hasil serangan kedua bola lahar, Angele mengambil banyak botol kaca dan tabung reaksi dari kantongnya.     

Dengan bantuan medan gaya, ia segera membuka semua penyumbat botol-botol tersebut.     

Angele mengangkat tangannya, menuangkan semua pil-pil dan cairan berwarna-warni itu ke dalam mulutnya, dan akhirnya menelan semuanya.     

Dalam beberapa detik, semua ramuan dan pil itu menyembuhkan tubuhnya. Ia tidak lagi merasa lambat dan lemah.     

Ia mengangkat tangan kanannya dan menggapai ke depan.     

Duar!     

Benang-benang peraknya bersatu dan berubah menjadi ombak perak yang melesat ke arah sosok berjubah hitam itu.     

Semua pohon dan rerumputan di antara mereka hancur karena ombak itu.     

"Basilicata!" Sosok berjubah hitam itu berteriak dengan suara melengking, sehingga menciptakan gelombang suara yang menyebar ke seluruh penjuru.     

"Penghakiman Akhir!" Terdengar suara lain, yang bercampur dengan suara pria berjubah hitam tadi.     

Shing!     

Tiba-tiba, empat sayap hitam muncul di punggung sosok misterius itu.     

Keempat sayap berbentuk seperti sayap kelelawar itu tumbuh dengan cepat dan menutupi tempat itu hanya dalam beberapa detik.     

Bayangan hitam di bawah keempat sayap itu menutupi rerumputan, pohon, dedaunan, dan langit, sehingga menyelimuti tempat itu dengan kegelapan.     

Setiap sayap itu memiliki panjang lebih dari sepuluh meter.     

Gelombang energi dingin dan mengerikan, yang berbentuk tiga buah kristal hitam yang berputar perlahan, bergerak ke arah Angele. Energi dari kristal-kristal itu mampu menembus medan pertahanannya dan menyerang tubuhnya secara langsung.     

Ombak cairan perak itu menyerang si pria misterius secara bersamaan.     

Duar!     

Ombak cairan perak itu berhenti dan ditangkis oleh medan energi tak kasat mata, tepat satu meter di depan sosok tersebut. Walaupun jarum-jarum perak dari ombak itu berusaha menyerang, medan energi di depan pria itu tak kunjung menghilang.     

Cahaya hitam bersinar di matanya. Seketika, wajah Angele menjadi pucat.     

"Matilah kau!" teriaknya seraya mengangkat tangannya dan menciptakan sebilah pedang perak panjang.     

Shing!     

Pedang itu menghilang dan berubah menjadi benang perak yang terus memanjang. Dengan bantuan ombak perak buatan Angele, benang itu terus melaju ke arah dahi sosok tersebut.     

Akhirnya, sosok tersebut melepaskan topengnya, sehingga terlihat wajah seorang wanita yang sangat cantik.     

Secercah cahaya hitam muncul dari mulutnya dan menabrak ujung pedang perak Angele.     

Klang!     

Cahaya hitam itu menyentuh pedang tersebut, hingga keduanya menghilang.     

Wanita itu mengepakkan keempat sayapnya dan melompat ke udara, seperti malaikat maut raksasa yang siap untuk mencabut nyawa.     

"Malam Abadi!" teriaknya.     

Duar!     

Keempat sayap itu kembali membesar hingga menutupi langit seperti tinta hitam yang tumpah.     

Matahari yang akan terbenam di ufuk barat menghilang, tertutup di bawah sayap-sayap itu. Bagian bawah sayap terlihat seperti bintang-bintang yang biasa menerangi langit malam.     

Seluruh hutan tertutup bayangan tersebut.     

Lagi-lagi, pergerakan Angele melambat. Ia masih belum tahu kekuatan sihir-sihir yang digunakan wanita itu. Akhirnya, ia melepaskan dua bola lahar, hingga tiga luka perak muncul pada kedua pipinya.     

Duar!     

Kekuatan ombak perak itu meningkat, dan ombak itu mengejar wanita yang sedang terbang di langit.     

"Phoenix!" Seekor burung merah muncul pada pundak kanannya.     

Angele memutuskan untuk membiarkan ombak perak itu. Ia mengangkat tangannya, menciptakan sebilah busur logam panjang, dan menarik tali busur itu kuat-kuat.     

Shing!     

Sebilah panah perak muncul pada tali busur itu. Angele menatap sasarannya.     

Wush!     

Cahaya merah bersinar pada matanya, hingga matanya menjadi seperti sepasang batu rubi tembus pandang yang indah.     

'Memodifikasi sudut pergerakan…' Suara Zero bergema dalam telinganya.     

"Iamususi, jawablah panggilanku!" Angele menggumamkan sebuah mantra.     

Titik-titik merah muncul di sekitar panah, seperti kumpulan kelereng kaca yang terus berputar.     

Kemudian, titik-titik itu menyatu menjadi api merah gelap pada tepi panah.     

Titik-titik cahaya merah dan biru terus bergerak-gerak di depan matanya, hingga mata kirinya berubah menjadi merah, dan mata kanannya berubah menjadi biru. Cahaya biru itu berasal dari chip-nya, sementara cahaya merah itu berasal dari teknik Lautan Pusat Api.     

"Ledakan Pyro!"     

Shing!     

Panah itu melesat cepat dan berubah menjadi benang merah yang terbang ke arah wanita itu.     

Tanpa sempat memeriksa hasil serangannya, Angele segera mundur dan menghentikan ombak perak buatannya.     

Akhirnya, setelah mundur lebih dari 10 meter, ia keluar dari daerah gelap ciptaan wanita itu.     

Benang merah, bercampur dengan ombak perak dan dua bola lahar, bersatu dan menyerang wanita itu.     

Bola merah terang meledak di udara, seperti ada matahari kecil yang muncul di atas langit malam.     

Angele menutup matanya untuk menghalau sebagian cahaya yang menyilaukan itu.     

Gelombang panas ledakan tersebut menghangatkan angin dan terus menyebar ke seluruh penjuru. Bau kayu yang telah terbakar memenuhi udara, dan gumpalan asap hitam tebal membumbung tinggi ke langit.     

Tidak lama kemudian, cahaya merah itu menghilang.     

Pakaian hitam wanita itu telah terkoyak-koyak, namun sayap di punggungnya lagi-lagi berubah.     

Pada mata kanan wanita itu, terdapat sebuah pola berbentuk jam pasir yang terbuat dari kayu redwood dan kaca. Pada bagian atas jam, hanya tersisa sedikit pasir.     

Shing.     

Sebilah tombak hitam muncul di tangan wanita itu, diselimuti oleh bayangan-bayangan hitam yang menari-nari.     

Tombak itu menggunakan energi kegelapan sebagai kekuatannya, sehingga tombak itu terus memanjang. Bayangan-bayangan hitam di sekeliling tombak itu pun menjadi semakin kuat.     

Angele dapat merasakan tekanan yang dahsyat dari langit, sehingga ia memutuskan untuk meletakkan tangannya di dadanya. Cahaya merah muncul, dan suara seorang wanita bergema di langit.     

Cahaya merah itu menerangi tubuhnya, sebelum akhirnya melepaskan gelombang energi aneh. Rambut merahnya memanjang dengan cepat.     

Mereka tahu bahwa kekuatan mereka kurang lebih sama.     

Walaupun kekuatan wanita itu sedikit lebih tinggi darinya, sepertinya wanita itu takut pada signet darah milik Angele.     

Ditambah lagi, ia terluka karena pengaruh gelombang energi kegelapan dari tiga kristal yang melayang-layang di sekitar tubuhnya.     

Energi kegelapan berbentuk seperti asap hitam itu menyusup melalui medan pelindung-nya dan langsung masuk ke dalam tubuhnya. Pelindung dari kalajengking kristal, pelindung logam, dan pelindung medan bersuhu tinggi gagal menghalau energi tersebut, sehingga tubuhnya menjadi lambat dan melemah lagi.     

Tanpa bantuan ramuan-ramuan dan pil yang dibawanya, ia pasti sudah kalah sekarang.     

Mereka saling pandang, namun tidak ada yang mulai menyerang duluan.     

Keduanya menyadari bahwa mereka akan melepaskan kekuatan terkuat masing-masing. Dari tadi, mereka beradu serangan, namun tidak ada yang berhasil membuat lawan terluka fatal. Kali ini, peraduan kekuatan mereka akan menentukan akhir pertarungan.     

Wanita itu terdiam sesaat dan mulai tertawa.     

"Yah, apa harus sampai begini? Maksudku, kita bertarung karena kau membunuh Kurcaci Bermata Satu milikku, namun aku tidak yakin kita harus saling bunuh." Suara wanita itu kembali normal, namun masih terdengar sedikit aneh.     

"Kau benar. Aku hanya ingin menggunakan mereka untuk bahan eksperimen. Aku tahu bahwa akan ada yang terjadi, tapi aku tidak menyangka akan bertemu lawan yang kuat." Ekspresi Angele menjadi rileks.     

"Eksperimen?" tanya wanita itu. "Mereka hanya bahan untukmu?"     

"Tentu saja." Angele mengangguk. "Aku menghabiskan hidupku mengumpulkan benda-benda aneh, dan aku akan mengejar apa pun yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Sejujurnya, aku tidak terlalu mau bertarung."     

"Kalau begitu, kita berhenti saja." Wanita itu mengangguk. "Aku dikenal sebagai Eye Devil Teritori-ku berada di Kota Pohon Singa."     

Angele memutuskan untuk memberi nama palsu. "Panggil saja Phoenix. Teritori-ku adalah hutan dan sungai di sana."     

"Coba kau katakan dari awal, para bangsawan tidak pernah mendengar tentang dirimu. Kau tahu kan, sekarang dunia ini sedang berantakan?" Setan Bola Mata tertawa. "Aku kemari untuk memperluas teritori-ku. Aku tidak bermaksud membuatmu tersinggung."     

"Tidak apa-apa, ini adalah salahku. Aku hidup terlalu lama di hutan, jadi aku tidak tahu apa yang sedang terjadi. Apa kau punya peta daerah sini? Kita bisa barter. Bagaimana? Katakan apa yang kau inginkan." Angele mengedikkan bahunya.     

"Tidak perlu barter." Eye Devil melemparkan selembar gulungan kulit.     

Tap!     

Angele menangkap gulungan itu, menganalisanya dengan bantuan Zero, dan membukanya.     

Peta itu sangat besar, dengan gambar yang sangat rinci.     

Pada bagian tengah peta, terdapat sebuah kota berlambang kotak putih bertuliskan 'Kota Pohon Singa'. Selain itu, ia menemukan Kota Awan Hitam, Kota Matahari Terbit, dan beberapa danau.     

Angele telah mengunjungi Kota Awan Hitam, yang berada di barat daya Sungai Ness, sehingga ia mampu mengenalinya dengan mudah.     

Ketiga kota di bagian kanan atas Sungai Ness itu membentuk pola seperti segitiga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.