Dunia Penyihir

Eye Devil (Bagian 1)



Eye Devil (Bagian 1)

0Angele memicingkan matanya pada ikan itu seraya melemparkan Pedang Kebesaran Ular ke udara.     

Shing!     

Pedang itu menusuk ikan yang dilemparkan Freia, kemudian terjatuh ke dalam air.     

"Green, mengapa kau membuang pedang itu?" Freia bertanya. Ia tampak terkejut, kemudian ia melihat bahwa pedang itu terhubung dengan benang perak yang ada di tangan Angele.     

Plop!     

Angele menarik benang itu, sehingga pedang itu keluar bersama dengan seekor ikan yang tertusuk di ujungnya.     

Setelah pedang itu kembali, ia mulai memeriksa kondisi bilah pedang tersebut.     

Darah ikan yang tertusuk itu mengalir hingga ke bagian bawah pedang, sehingga menciptakan ilusi seakan-akan pedang itu memiliki pembuluh darah.     

Ia menatap pedang pendek itu dan mulai berpikir.     

Freia masih memancing dengan menggunakan bunga-bunga sebagai umpan. Sebagian besar makhluk berbentuk aneh yang tertangkap dilemparkannya kembali ke dalam sungai.     

Matahari mulai terbenam, dan hari semakin gelap. Akhirnya, Freia berdiri.     

"Mari kita pulang, Green," kata gadis itu seraya membawa bak logam ciptaan Angele di tangannya. Ada seekor ikan kecil di dalam bak itu. Ikan itu enak jika dimasak sup.     

Angele mengangguk perlahan dan berhenti berpikir.     

"Ah, Freia. Tinggallah di dalam rumah, jangan keluar selama beberapa hari ini Aku harus memastikan bahwa daerah di sekitar rumah masih aman." Angele mengingatkan.     

"Aku mengerti, Green." Freia mengangguk beberapa kali.     

Angele mengantar Freia kembali. Ia meminta gadis itu memasak sup dulu, sementara ia mengenakan kembali jubah hitamnya dan berjalan keluar.     

Ia berjalan mengelilingi rumah, sebelum akhirnya memasuki hutan kecil di seberang kamar Freia.     

Cahaya oranye dari matahari yang mulai terbenam menerangi hutan, sehingga dedaunan, batang pohon, dan rerumputan terlihat berwarna oranye. Angin sore terasa hangat dan menyegarkan.     

Sesampainya di hutan, ia berjalan mendekati salah satu pohon besar dan melihatnya dengan teliti.     

Perlahan-lahan, ia berjongkok di samping salah satu pohon.     

Rumput di bawah pohon itu terlihat miring, seperti ada yang menginjaknya.     

Saat disentuh, rumput itu terasa hangat dan sedikit lembap. Ada jejak partikel-partikel energi di dalamnya.     

Dengan tenang, ia berdiri dan melihat sekelilingnya.     

Cras!     

Terdengar suara orang yang sedang menginjak rumput jauh di dalam hutan.     

"Siapa di sana?!" Angele menghilang meninggalkan lubang kecil di tempatnya berdiri tadi.     

Ia berlari cepat ke arah suara itu, hingga tubuhnya berubah menjadi kilat hitam yang tampak buram.     

Brak!     

Bayangan hitam itu menabrak pohon, dan Angele segera menciptakan dua bilah pedang perak di tangannya.     

Shing!     

Pohon itu terpotong, hingga akhirnya roboh. Terdengar suara dedaunan dan cabang yang saling bertabrakan.     

Ia berdiri di samping pohon yang telah roboh itu dan melihat sekelilingnya.     

Tiba-tiba, ia melihat bayangan kelabu. Bayangan itu sedang berlari dan hendak melompat ke dalam semak belukar.     

Ekspresinya berubah dingin. Ia berlari mengejar bayangan kelabu itu dengan sangat cepat, hingga tampak seperti kilat hitam.     

Jarak di antara mereka semakin berkurang.     

Sebuah titik cahaya perak muncul di belakang bayangan hitam itu sebelum menyerang bayangan kelabu di depannya.     

Duar!     

Bayangan kelabu itu tertancap pada sebuah batang pohon.     

"Moo!" Terdengar suara aneh bergema di udara.     

Angele berbalik di samping bayangan itu.     

Bayangan itu adalah milik seorang pria kecil setinggi 1 meter, dengan wujud seperti anak kecil dan pakaian linen yang sudah hancur. Kulitnya berwarna seperti lilin tua, dan tubuhnya terlihat tidak seimbang.     

Pria kecil itu tertancap menghadap batang pohon. Ia berusaha melepaskan diri dan menyingkirkan pisau Angele, namun tidak berhasil.     

Walaupun pisau itu menancap dadanya, luka itu tidak berdarah sama sekali, seakan pria itu hanyalah sebuah boneka.     

Angele mengernyitkan alisnya, kemudian mendekati pohon itu dengan hati-hati. Tiba-tiba, pria itu menoleh ke belakang dan kembali berteriak.     

Melihat wajah pria yang tertancap itu, Angele berkedip heran.     

'Pria' itu hanya memiliki satu mata pada bagian hidung. Satu mata dengan dua pupil di sebelah kiri dan kanan. Bentuk matanya mirip mata biasa, namun hanya ada satu bola mata.     

Pria kecil itu menatap Angele. Rasa takut terlihat jelas pada sorot matanya. Walaupun makhluk itu telah mendorong pohon tersebut sekuat tenaga, ia tetap tidak bisa bergerak.     

"Apa kau mengerti perkataanku?" Angele bertanya dengan lirih.     

"Moo!" Lagi-lagi, makhluk itu berteriak ketakutan.     

Angele mengerutkan bibirnya. Ia mengangkat pisau di tangan kanannya.     

Shing!     

Ujung pisau itu memanjang hingga meninggalkan lubang berdarah pada dahi makhluk itu.     

Makhluk itu berhenti bergerak, seperti hewan buas yang tergantung di batang pohon.     

Dengan hati-hati, Angele mengeluarkan pisaunya dari mayat pria itu dan mengambil matanya yang besar.     

Setelah selesai, ia memegang bola mata seukuran kepalan tangan itu.     

Ia mengambil sebuah tabung reaksi berisi cairan bening lengket dari kantongnya.     

Ia membuka penyumbat kayu tabung itu dan mengoleskan cairan di dalamnya pada mata tersebut untuk menjaga agar mata itu tidak mengering.     

Bola mata itu memiliki tekstur seperti bola karet yang lembut dengan sedikit aroma wanita yang memikat.     

Setelah mengoleskan cairan, ia menutupi mata itu dengan lapisan tipis logam cair dan menggantungkannya pada sabuknya. Dengan bantuan sihirnya, ia menjaga agar bola itu tidak jatuh.     

Brak!     

Mayat makhluk itu pun terjatuh.     

Tidak tertarik pada mayat di belakangnya, ia melihat pepohonan di depan.     

Sekitar sepuluh bayangan hitam sedang bergerak.     

"Ha." Angele mengerutkan bibirnya. Ia berlari cepat, hingga tubuhnya tampak seperti kilat, dan menerjang semua bayangan itu.     

"Moo! Moo!" Suara itu tidak asing, sama dengan suara makhluk yang dibunuhnya tadi. Sekelompok besar bayangan kelabu sedang berusaha kabur.     

Angele terus berlari menuju ke arah timur laut dari rumahnya. Membutuhkan setengah jam untuk membunuh sosok-sosok bermata satu itu, sehingga ia mendapatkan enam belas bola mata. Bola-bola mata itu terlihat seperti bongkahan anggur-anggur berwarna putih.     

Hari sudah mulai malam. Angele berdiri, memegang semua bola-bola mata itu, dan memutuskan untuk kembali ke rumah.     

"Kau mau pergi begitu saja?" Terdengar suara melengking dari belakang. Tidak dapat dipastikan apakah suara itu adalah suara pria atau wanita.     

Angele berbalik dan melihat seseorang berjalan keluar dari kabut tipis di antara pepohonan.     

"Ha? Kau mengerti bahasaku?" Angele memicingkan matanya. Raut wajahnya tampak senang. "Dari semua orang yang kutemui di sini, kau adalah orang kedua yang mengerti bahasaku."     

"Menarik." Sosok misterius itu meninggalkan kabut, dan akhirnya menunjukkan penampilannya.     

Sosok tersebut mengenakan pakaian, topeng, dan topi hitam, yang menutupi semua bagian tubuhnya kecuali sepasang mata biru.     

"Kau telah membunuh Kurcaci Bermata Satu-ku, dan kau mau pergi begitu saja?"     

"Kurcaci Bermata Satu?" Angele menatap bola mata di tangannya. "Jadi, kau adalah pemilik makhluk-makhluk ini?"     

"Siapa lagi?" jawab sosok itu dengan dingin.     

"Jadi, kau mau bertarung denganku?" Ekspresi Angele berubah serius.     

"Kurcaci Bermata Satu tidak akan terkena pengaruh mutasi. Merekalah pelayan terbaik yang bisa kau temukan sekarang, namun kau membunuh mereka semua. Kau harus membayar perbuatanmu," kata sosok tersebut, "Aku tidak suka menghadapi makhluk-makhluk aneh di malam hari, namun bukan berarti aku takut. Malam hampir tiba, tentukan pilihanmu."     

"Kau mau mengancamku?" Angele menatap sosok berbaju hitam itu. "Hah." Ia mengangkat tangan kanannya.     

Shing!     

Secercah cahaya perak melesat ke arah sosok berjubah hitam itu.     

Klang!     

Dengan bantuan sebilah pisau perak, sosok itu menangkis cahaya perak Angele.     

Namun, saat kedua benda logam itu beradu, sosok berjubah hitam itu terbelalak kaget.     

Cahaya perak itu meledak setelah ditangkis, dan berubah menjadi benang-benang perak yang terbang ke arah sosok tersebut.     

"Halo!" teriak pria itu. Ia menciptakan sebuah benang hitam. Seekor burung hitam yang terbuat dari bayangan muncul dari benang tersebut.     

Burung itu mengepakkan sayapnya beberapa kali dan terbang ke arah benang-benang perak tersebut.     

Tidak lama kemudian, benang-benang perak Angele terserap ke dalam tubuh burung itu dan menghilang.     

Kaak!     

Burung hitam itu memekik dan terbang ke arah Angele.     

Angele mengangkat tangan kirinya dan menciptakan bola cahaya emas dari cincin putih pada jari tengahnya.     

"Cahaya Duri!"     

Shing! Shing! Shing!     

Cahaya-cahaya emas yang sangat terang menangkis burung itu. Walaupun burung itu mampu bertahan melawan sihir logam-nya, saat cahaya-cahaya menyerangnya, seketika burung itu meleleh seperti es batu yang terkena hawa panas.     

Cahaya emas beterbangan ke mana-mana, dan suhu tempat itu meningkat.     

Tubuh Angele, bersama dengan tubuh sosok itu, memantulkan cahaya-cahaya emas yang bertebaran.     

"Rossie!" Sosok itu berteriak dengan melengking. Suaranya terdengar seperti suara seorang wanita, dan asap hitam muncul di belakangnya.     

Asap itu bergerak cepat ke arah Angele, seperti makhluk hidup.     

Perlahan-lahan, asap itu menghilang sebelum mencapai Angele. Terlihat sosok tulang-belulang berbalut pakaian hitam yang hancur. Tulang itu melayang di udara sebelum terbang mendekati Angele.     

Rambut putih pada kepala sosok tengkorak itu bersinar dengan cahaya hitam.     

Entah mengapa, Angele merasa seperti terikat. Tubuhnya masih kuat, namun ia merasa lemah, dan pergerakannya melambat.     

'Peringatan! Peringatan! Anda berada di bawah efek medan gaya tak dikenal. Keadaan: Lamban, Penuaan.' Peringatan Zero bergema dalam telinganya.     

'Jadi, serangan ini menembus pelindung-ku dan menyerangku secara langsung.' Ekspresi Angele berubah kecut. Sepasang bola lahar muncul di depannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.