Dunia Penyihir

Kuburan (Bagian 2)



Kuburan (Bagian 2)

0Sepasang obor yang telah lama padam tergantung pada kedua sisi lorong. Angele berjalan turun sekitar lima meter, sebelum akhirnya sampai di depan sebuah pintu berwarna cokelat. Tadi, ia mendengar raksasa darah-nya membunuh para penjaga, namun tidak terlihat ada mayat yang tergeletak di lantai.     

Pintu itu terbuat dari papan-papan kayu. Jarak antar papan yang cukup lebar.     

Angele mencoba mendorong pintu, namun pintu itu tidak bergerak.     

Pada sisi kiri pintu, terdapat sebuah lubang kunci. Ia mengangkat tangan kanannya dan memasukkan salah satu pisaunya ke dalam. Ujung pisau itu meleleh, masuk ke dalam lubang kunci, dan berubah menjadi kunci.     

Krak!     

Akhirnya, pintu kayu itu terbuka.     

Di belakang pintu, terdapat meja persembahan berwarna kuning, dengan sepasang lilin yang menyala-nyala di atasnya. Cahaya oranye lilin itu menerangi seluruh ruangan.     

Di tengah meja, terdapat sebuah buku tebal bersampul merah yang bersandar pada penyangga kayu.     

Angele memastikan bahwa tidak ada orang di belakangnya, kemudian ia berjalan masuk dan menutup pintu.     

Setelah masuk, ia berjalan mendekati meja persembahan dan membersihkan sampul buku itu. Di sampulnya, tertulis judul: "Buku Kematian."     

Judul itu tertulis dengan bahasa kuno. Sampulnya berbentuk seperti tengkorak hitam yang mengerikan dengan sepasang tanduk.     

'Buku Kematian?' Angele terlihat sedikit bingung. 'Orang-orang tertentu akan mengumpulkan pencapaian-pencapaian terhebat mereka dalam sebuah buku sebelum mereka meninggal. Jadi, perkataan raksasa itu benar – tempat ini adalah kuburan seseorang…'     

Angele membuka buku itu. Ia melihat sebuah gambar berwarna pada halaman pertama.     

Gambar itu menunjukkan sosok seorang prajurit berbaju zirah merah yang berat menunggang seekor kuda perang. Api merah terang berkobar pada sekeliling tubuhnya, dan scimitar-nya yang berwarna putih diangkat-nya tinggi-tinggi.     

Pada bagian bawah gambar, tertulis sebuah kalimat sederhana berbunyi: "Ksatria Api Orlando, keberaniannya akan selalu dikenang."     

Halaman-halaman selanjutnya berisi informasi tentang pencapaian sang Ksatria, dan perang-perang yang telah ia jalani. Namun, Angele sama sekali tidak mengenal negara-negara yang tertulis di sana.     

Tidak ada informasi penting pada buku itu, sehingga Angele mengembalikannya ke atas meja persembahan.     

Ia melihat sekelilingnya. Ada sepasang lorong yang mengarah pada satu pintu. Obor pada lorong-lorong tersebut masih menyala terang, menghangatkan dan menerangi tempat itu.     

Bau busuk, bercampur dengan bau khas minyak pinus, tercium di seluruh makam itu. Pemakaman itu sunyi senyap, hanya terdengar suara-suara api yang terus membakar kayu obor.     

Angele berbelok ke kiri dan berjalan melalui lorong pendek. Tak lama kemudian, ia sampai pada pintu kayu di sisi seberang.     

Di balik pintu tersebut, terdapat sebuah aula yang sangat luas.     

Di seberang aula, terdapat sebuah tangga batu yanh mengarah ke meja persembahan, dengan desain seperti piring di atasnya. Api berwarna kekuningan terus membara pada piring tersebut.     

Pada kedua sisi aula, terdapat masing-masing tiga gua. Dalam setiap gua, terdapat sebuah buku bersampul merah yang diletakkan di atas podium kecil.     

Ada enam buku yang tergeletak di atas podium-podium miring.     

Di tengah aula, terdapat sebuah peti mati dari batu, dengan batu-batu rubi merah kecil pada sisi-sisinya sebagai hiasan. Setiap rubi itu berukuran sebesar bola mata manusia, cukup besar untuk memantulkan cahaya dari api di sana.     

Perlahan-lahan, Angele masuk ke dalam aula, seraya terus waspada dan selalu memeriksa keadaan sekitar dengan hati-hati. Tiba-tiba, ia merasa bahwa ada seseorang sedang menyerangnya dari belakang.     

Klang!     

Ia segera menciptakan perisai perak dan menangkis sebuah kapak yang menyerangnya dari belakang.     

Kapak itu menyerangnya dengan keras, hingga bagian tengah perisai menjadi penyok. Perisai itu kembali berubah menjadi bola logam dan masuk ke dalam tubuhnya.     

Tanpa berbalik, ia menusuk ke belakang dengan salah satu pisaunya.     

Namun, ternyata ia tidak menusuk apa pun.     

Angele melihat musuhnya akan menyerang lagi, sehingga ia menciptakan sebuah perisai perak untuk menangkisnya.     

Ia berjalan maju beberapa langkah dan berbalik. Akhirnya, ia melihat sosok yang berani menyerangnya.     

Penyerangnya adalah tengkorak yang berdiri di samping pintu.     

Tulang-belulang putih berkumpul dan membentuk tubuh tengkorak itu, kedua tangannya memegang kapak perang hitam yang sudah berkarat. Saat tengkorak itu berlari, terdengar suara retak tulang-tulang yang saling bertabrakan.     

'Prajurit tengkorak?' Angele terdiam. 'Prajurit tengkorak yang tidak dikendalikan oleh penyihir ahli Nekromansi?'     

Lagi-lagi, tengkorak itu menerjang, mengayunkan kapaknya kuat-kuat ke arah bawah.     

Klang!     

Lagi-lagi, kapak beradu dengan permukaan perisai Angele, sehingga mencipratkan bara api ke seluruh penjuru.     

'Menarik…' Angele telah menganalisa kekuatan tengkorak itu dengan bantuan Zero. Kekuatan prajurit itu sama dengan manusia biasa yang kekar, sehingga kekuatan serangannya hanya berkisar 8 sampai 10 derajat.     

Angele mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah prajurit tengkorak itu.      

Shing!     

Rambut panjangnya tumbuh, mengikat tengkorak itu, dan membuat tengkorak tersebut tak berkutik di atas tanah.     

Ssk! Ssk!     

Prajurit tengkorak itu bergerak beberapa kali, namun tetap tidak bisa lepas dari jerat rambut Angele. Kapak perangnya masih terangkat, tidak dapat diturunkan karena terikat.     

Seperti sarang laba-laba berwarna merah, rambut Angele mengikat tengkorak itu tepat di bagian tengah.     

Setelah memastikan bahwa tengkorak itu tidak bisa bergerak, ia pun berjalan mendekat.     

Ia menyentuh tulang rusuk prajurit itu.     

Rasanya dingin dan keras; ujung-ujung rusuk itu sudah mulai terurai. Saat Angele menyentuh tulang itu, tangannya menjadi kotor terkena bubuk putih.     

Prajurit itu terus bergerak-gerak dan bergumam, sementara Angele merogoh masuk ke dalam rongga dada prajurit tersebut. Seperti wujudnya, rongga dada prajurit itu kosong.     

Setelah rongga dada, ia memeriksa rongga mata pada tengkorak prajurit tersebut.     

Jelas saja, tidak ada bola mata. Hanya ada ulat-ulat hitam yang menggeliat-geliat disana.     

'Energi apa yang digunakan prajurit tengkorak ini? Bagaimana benda ini bisa terus bergerak?' Angele mengitari prajurit tersebut dan memasukkan tangannya ke dalam rongga mata tengkoraknya.     

Jelas saja, tidak ada apa-apa disana.     

'Makhluk ini tidak cukup pintar untuk mengetahui cara memperkirakan kekuatan musuhnya, namun cukup resistan dan tidak terluka terkena gelombang mental elemen-ku… Menarik…' Angele terus berpikir.     

'Bagaimana kalau begini?' Ia memotong sebagian tulang rongga dada tengkorak tersebut dan menusuk bagian dadanya.     

Prajurit tengkorak itu terus bergerak.     

'Jadi, makhluk ini tidak gampang mati… Bagaimana kalau…' Angele menunjuk dahi prajurit tengkorak itu dengan telunjuk tangan kanannya.     

Shing!     

Sebilah jarum perak menusuk kepala tengkorak itu, menembus hingga membuat bagian belakang kepalanya berlubang.     

Tengkorak itu masih terus bergerak, sehingga menunjukkan bahwa serangan Angele tidak mempan.     

'Tidak mungkin, pasti benda ini punya inti…' Ia menarik jarum itu kembali ke dalam tubuhnya seraya mengamati prajurit yang terus bergerak-gerak itu.     

'Zero, analisa makhluk ini. Sesuaikan jarak analisa jika diperlukan.'      

'Menganalisa…' Titik-titik biru bersinar di depan matanya.     

Cahaya biru menerangi tengkorak itu, sebelum bergerak dari atas ke bawah seperti mesin pemeriksaan.     

'Analisa selesai. Genetika tak diketahui telah terdeteksi, tunjukkan peraga?'     

'Baiklah.' Lagi-lagi, matanya bersinar biru.     

Sebuah layar biru muncul di depan matanya.     

Pada layar tersebut, terlihat model prajurit tengkorak yang berputar-putar.     

Gambar itu berubah beberapa kali dab menunjukkan permukaan tulang belakang, sel-sel, dan persendian.     

Terlihat jelas persendian sel-sel pada gambar hologram tersebut.     

Ia menarik nafas, tidak menyangka apa yang ia temukan dalam sel-sel tersebut.     

Sel-sel itu dipenuhi oleh lingkaran-lingkaran sihir hitam berbentuk seperti segitiga; masing-masing berkedip dalam ritme seperti ritme pernafasan.     

Setiap lingkaran sihir memiliki tiga titik dasar, dan masing-masing titik berbentuk seperti '&'.     

'Ini… Hebat sekali…'     

Angele menyadari bahwa struktur rune ini akan membawanya lebih dekat pada rahasia para penyihir zaman kuno.     

Sel-sel dari semua bagian tengkorak terlihat di depan matanya, masing-masing berisi lingkaran sihir sederhana itu.     

Angele berjongkok, menyalin struktur lingkaran sihir tersebut dengan bantuan benang-benang logam, dan mengukir ketiga simbol & pada masing-masing sisi.     

Lingkaran itu sama persis dengan lingkaran dalam sel-sel tengkorak.     

Ia mengambil tiga magic stone kualitas biasa dari kantongnya dan meletakkan ketiga batu itu pada masing-masing tanda '&'     

Krak!     

Saat batu terakhir diletakkan, ketiga magic stone segera retak, berubah menjadi hitam, putih, dan transparan.     

Bagian tengah lingkaran sihir itu menjadi gelap, seperti sebuah lubang yang mengarah ke dalam kegelapan.     

Shing!     

Sebuah bola mata raksasa muncul di tengah lingkaran itu. Mata tersebut memiliki pupil hitam ukurannya sama dengan ukuran seekor ikan kecil. Bentuk mata itu sama dengan bentuk mata manusia biasa, namun jauh lebih besar.     

'Apa ini…?' Angele menatap lingkaran itu dengan bingung. Walaupun mata itu terus bergerak-gerak, tidak ada yang terjadi.     

'Jika lingkaran sihir dalam sel-sel tulang ini adalah dasar dari pergerakan dan energi-nya, mungkin sesuatu akan terjadi setelah aku memperkuat lingkaran-nya dengan magic stone.' Angele mengernyitkan alisnya.     

'Tunggu, ada kemungkinan…' Ia berusaha mengingat sesuatu. 'Mungkin lingkaran sihir ini hanyalah katalis. Efeknya berbeda tergantung benda yang digunakan. Jika digunakan pada mayat seorang prajurit, lingkaran itu dapat menggerakkannya… Aku menggunakan magic stone untuk memperkuat lingkaran tadi, jadi efeknya pasti berhubungan dengan magic stone…'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.